Suami Amnesiaku

Suami Amnesiaku

Awal Kisah

💜

💜

💜

💜

💜

Di sebuah rumah mewah, terlihat satu keluarga sedang membereskan barang-barang pribadi milik mereka.

“Pa, Ririn tidak mau pindah dari rumah ini,” rengek Ririn.

“Sayang, rumah ini sudah disita oleh bank, jadi kita semua harus segera mengosongkan rumah ini,” sahut Yudi, yang merupakan Papa Ririn.

“Tapi Pa, kita mau tinggal di mana?” tanya Yulia.

“Kita cari kontrakan saja, karena untuk saat ini uang Papa hanya cukup untuk bayar kontrakan, kita harus berhemat sampai Papa punya pekerjaan lagi,” seru Yudi.

“Tidak Pa, Ririn tidak mau tinggal di kontrakan, Ririn malu, apa kata teman-teman Ririn nanti,” rengek Ririn.

“Ririn, kamu harus menerima kenyataan kalau sekarang kita sudah jatuh miskin,” seru Yudi.

Keluarga Yudi jatuh miskin karena perusahaannya bangkrut akibat salah satu karyawannya sudah melakukan korupsi besar-besaran, sehingga untuk saat ini Yudi terpaksa mengajak anak dan istrinya tinggal di sebuah kontrakan kecil.

Awalnya Ririn sangat menolak tinggal di kontrakan, tapi lama-kelamaan Ririn pun bisa menerima nasibnya asalkan dengan syarat, Ririn tidak mau berhenti kuliah.

Orangtua Ririn akhirnya mengabulkan syarat dari Ririn, walaupun mereka harus bekerja banting tulang untuk membiayai kuliah Ririn.

Suatu hari, Ririn hampir saja tertabrak oleh mobil saat dia hendak menyebrang. Orang yang hendak menabrak Ririn itu adalah seorang pria tampan dan merupakan anak dari seorang pengusaha kaya raya.

“Astaga, Nona kalau mau nyebrang itu lihat-lihat dulu dong, untung aku bawa mobilnya pelan, bagaimana kalau aku ngebut, bisa celaka kamu!” bentak Bian.

“Masnya yang bawa mobil tidak hati-hati, tadi kan aku sudah melambaikan tangan supaya Masnya berhenti,” ketus Ririn.

Ririn mendongakan kepalanya dan menatap Bian, betapa terkejutnya Bian saat melihat Ririn.

“Ririn, kamu Ririn Ayundia, kan?” tanya Bian.

Ririn mengerutkan keningnya. “Kamu siapa? Kenapa kamu mengenalku?” sahut Ririn bingung.

“Aku Bian, Biantara Ganendra teman masa kecilmu dulu, dulu kan rumah kita bersebelahan.”

“Bian?”

Ririn tampak berpikir, hingga beberapa menit kemudian, Ritin pun teringat.

“Astaga, Bian si gendut?”

“Iya, betul sekali.”

“Ya ampun, sekarang kamu beda banget ya, tampan,” puji Ririn.

Bian membantu Ririn untuk berdiri. “Ah, kamu bisa saja, kamu juga terlihat sangat cantik.”

“Idih gombal.”

“Bagaimana kalau kita cari tempat untuk ngobrol?” seru Bian.

“Oke, bagaimana kalau di restoran saja?” tawar Ririn.

“Boleh, ayo masuk.”

Ririn pun akhirnya masuk ke dalam mobil Bian, dan Bian mulai melajukan mobilnya menuju sebuah restoran. Sesampainya di restoran, Bian langsung memesankan makanan untuknya dan juga Ririn.

“Oh iya, kamu pas lulus SMP pindah ke mana kok gak ngasih tahu aku?” tanya Ririn.

“Maaf, waktu itu terjadi masalah di perusahaan Papiku yang ada di Amerika, jadi kami pindah ke sana dengan terburu-buru bahkan aku juga gak sempat pamitan sama kamu,” sahut Bian.

“Oh.”

“Kalau kamu bagaimana? Bagaimana dengan kabar Om Yudi dan Tante Yulia?” tanya Bian.

Seketika raut wajah Ririn terlihat sedih, lalu Ririn menceritakan apa yang sudah terjadi mengenai keluarganya membuat Bian terkejut.

Setelah cukup lama berbincang-bincang, akhirnya Bian pun mengantarkan Ririn pulang.

“Bi, mau mampir dulu ke kontrakan aku?” tawar Ririn.

“Mau sih, tapi untuk saat ini sepertinya aku tidak bisa soalnya aku harus segera pulang, Papi sama Mami pasti akan ngomel-ngomel karena aku belum sampai rumah, lain kali saja aku pasti bakalan mampir ke kontrakan kamu,” sahut Bian.

“Ya sudah, sekali lagi terima kasih dan kamu hati-hati di jalan.”

Bian pun mulai melajukan mobilnya meninggalkan kontrakan Ririn, selama dalam perjalanan Bian terus saja menyunggingkan senyumannya, dia sangat bahagia bisa dipertemukan lagi dengan wanita yang sudah sejak dulu dia sukai.

“Akhirnya aku bisa menemukanmu lagi Ririn, aku sangat merindukanmu bahkan selama ini yang ada di hatiku hanyalah kamu,” batin Bian dengan senyumannya.

Sejak kecil, Bian memang sudah menyukai Ririn selain cantik, Ririn juga sangat perhatian kepada Bian sehingga Bian sangat mengagumi sosok Ririn.

Tapi Bian harus berpisah dengan Ririn karena perusahaan Papinya yang ada di Amerika mengalami masalah, selama Bian tinggal di sana, hanya wajah Ririn yang selalu terbayang di otaknya, makanya Bian bisa langsung mengenali wajah Ririn.

Berbeda dengan Ririn, dia tidak pernah punya rasa kepada Bian bahkan saat ini Ririn sudah mempunyai kekasih yang selama dua tahun ini mengisi hatinya, pria itu adalah Bima Kusuma seorang chef. Berkat kerja keras dan usahanya, saat ini Bima mempunyai sebuah restoran walaupun restoran itu masih terbilang sederhana.

Bian pun sampai di rumah mewahnya.

“Siang Mi, Pi,” seru Bian.

“Ya ampun, Bian, kamu kemana saja sih? Pulang dari Amerika bukanya langsung pulang malah keluyuran dulu, sopir kamu sampai pulang naik taksi karena kamu ingin bawa mobil sendiri,” seru Maharani.

“Maaf Mi, tapi Bian punya kabar bahagia, Mi.”

“Apa?”

“Barusan Bian bertemu dengan Ririn, Mi,” sahut Bian antusias.

“Ririn?” seru Maharani dan Ganendra bersamaan.

“Iya, Ririn anaknya Om Yudi dan Tante Yulia tetangga kita dulu,” sahut Bian.

“Ya Allah, kamu bertemu di mana dengan Ririn?” tanya Maharani.

“Di jalan Mi, tadi Bian hampir saja menabraknya tapi untung Bian dengan cepat menginjak rem.”

“Astaga, terus bagaimana keadaan Ririn?” tanya Ganendra.

“Tidak apa-apa kok, Pi.”

Bian pun menceritakan tentang keadaan Ririn dan orangtuanya membuat Maharani dan Ganendra merasa kasihan.

“Ya ampun, kasihan sekali Yudi,” seru Ganendra.

“Iya Pi, kita harus membantu mereka.”

“Kamu semangat banget, Bian,” goda Maharani.

Bian tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya.

“Mi, sepertinya ada yang aneh dengan putra kita, apa perlu Papi lamarkan Ririn untukmu?” goda Ganendra.

“Apaan sih Pi, jangan-jangan sekarang Ririn sudah punya kekasih,” sahut Bian.

“Tidak masalah, masih status kekasih belum menikah. Kamu bilang saja di mana alamat rumah mereka, biar besok Papi dan Mami menemui mereka,” seru Ganendra.

Bian tersenyum lebar, Bian memang sejak dulu menyukai Ririn, Bian hanya berharap kalau saat ini Ririn belum mempunyai kekasih.

 

***

 

Keesokan harinya...

Tok..tok..tok..

“Iya sebentar!” teriak Yulia.

Dengan setengah berlari, Yulia pun membukakan pintu dan Yulia tampak terkejut dengan kedatangan Bian dan kedua orangtuanya.

“Mbak Maharani.”

“Ya Allah, Yulia.”

Maharani dan Yulia saling berpelukan melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

“Ayo Mbak, Mas, silakan masuk. Maaf ya, rumahnya kecil.”

“Tidak apa-apa, Yul.”

“Pa, Ririn, ini ada Mbak Maharani dan Mas Ganendra!” teriak Yulia.

Yudi dan Ririn pun langsung keluar dari dalam kamar, Yudi tampak menangis dan memeluk Ganendra yang merupakan sahabatnya itu.

Mereka semua pun berbincang-bincang hingga akhirnya Ganendra pun berdehem membuat semua orang menatapnya.

“Yudi, Yulia, kami sudah tahu semuanya dari Bian tentang masalah yang sedang dihadapi kalian, kebetulan saya punya perusahaan dan belum ada yang mengurus, maukah kamu mengurus perusahaan itu, Yudi?” seru Ganendra.

Yudi, Yulia, dan Ririn saling pandang satu sama lain, bahkan mereka tampak mengembangkan senyumannya.

“Ya Allah Mas, saya mau banget,” sahut Yudi.

“Dan kalian juga tidak perlu tinggal di rumah kontrakan ini, karena rumah kalian yang dulu sudah saya beli dan saya berikan untuk kalian,” seru Ganendra.

Ketiganya tampak terkejut. “Terima kasih Mas, sudah mau membantu keluarga kami, kami tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa?” seru Yulia dengan deraian airmata.

“Yulia, kami ikhlas membantu kalian dan kalian tidak perlu melakukan apa-apa untuk membalasnya, cukup kamu berikan Ririn saja untuk Bian,” sahut Maharani.

Ketiganya sangat terkejut, terlebih lagi Ririn.

“Maksud Mbak Maharani apa?” tanya Yudi.

“Begini Yudi, kami ingin Ririn menjadi menantu kami,” sahut Ganendra.

Yudi dan Yulia tentu saja sangat bahagia tapi berbeda dengan Ririn yang tampak terkejut, dia tidak mau menikah dengan Bian karena dia sudah mempunyai kekasih.

“Bagaimana, apa kamu mau Nak, menikah dengan Bian?” tanya Maharani lembut.

Saking terkejutnya, Ririn sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Mbak Maharani tenang saja, Ririn akan menikah dengan Nak Bian, iya kan, Rin?” seru Yulia.

Ririn tetap diam, sedangkan Bian tersenyum sumringah karena Bian memang sudah dari dulu menyukai Ririn.

Setelah berbincang-bincang dan menentukan tanggal pernikahan, akhirnya Bian dan kedua orangtuanya pun pamit pulang meninggalkan rumah kontrakan Ririn.

💜

💜

💜

Karyaku yang satu ini ikutan event, mohon dukungannya🙏🙏😘😘

Terpopuler

Comments

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

hadir kak
woww karya baru semangat baru semoga sukses kak pop😍

2022-12-08

1

DSN5

DSN5

Aku hadir ,mau maraton baca dan ninggalin jejak
awal yg menarik ,kasihan kluarganya bangkrut
bakalan diterima gak nih ya perjodohannya ?

2022-11-25

2

ghan sha

ghan sha

cinta lama belum kelar

2022-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!