...Perbedaan kebiasaan dan bahasa tidak akan berarti...
...Jika tujuan kita identik dan hati kita terbuka...
Milky way terlihat begitu menawan di atas sana Rey dan Riley memilih terjaga sebentar mereka memutuskan untuk tidur sedikit larut malam ini. Dibawah sinar rembulan itu mereka menyalakan api unggun Riley sibuk dengan jagung bakarnya sedangkan Rey ia sibuk memandangi langit-langit malam entah ada apa disana sudah sejam rasanya matanya terlarut dalam keindahan altar malam itu.
Rey mengambil sebuah topi rajut milik Syena lalu ia menggenggamnya menciumi topi itu sebentar lalu meletakkannya di atas kepalanya. Riley memperhatikan tingkah laku Teman yang baru ia kenal beberapa jam lalu, ada apa dengan manusia dungu itu mengapa ia menciumi topi itu.
"Milik siapa itu?" Tanya Riley antusias Rey mengalihkan netranya ke arah Riley.
"Ini milik adikku Syena!" Jawab Rey jujur.
"Lantas dimana ia sekarang?" Tanya Riley lagi sambil mengunyah jagung bakarnya.
"Entahlah, Baron bilang padaku Iblis masih menyekapnya."Jawab Rey.
"Uhuk... uhuk!!!" Suara Riley mendadak terbatuk ketika Rey menyebutkan tentang Baron. Rey menaikkan satu alisnya melihat reaksi tak biasa itu.
"Hei Rey, kau menyebut tentang Baron tadi?" Tanya Riley tak percaya sedangkan Rey hanya mengangguk menanggapinya.
"Ada apa?" Tanya Rey penasaran.
"Rey benarkah kau anak dalam ramalan itu?" Tanya Riley lagi kali ini sorot matanya serius menatap dalam ke arah Rey seakan ingin jawaban pasti dan iya pada Rey, sambil menyentuh bahu kanan Rey Riley menatapnya dalam sekali.
"Kau kenapa menatapku seperti itu hah?" Tanya Rey.
"Iya atau tidak Rey?" Tanya Riley lagi.
"Jawab saja iya Rey, biar dunia paham siapa dirimu!" Ujar Baron dalam tubuhnya tunggu ada apa ini sekarang, terakhir ia mengiyakan apa yang Baron katakan ia tercebur kedalam sungai.
"Katakan mengapa aku harus mengatakan iya sedangkan kau tadi mengerjaiku!" Umpat Rey dalam hatinya.
"Aku tau kau haus pujian Rey!" Rey tersenyum mendengar itu memang sosok Baron dalam tubuhnya ini mengesalkan sekali.
"Apa kau bisa mengatakan padaku bagaimana caranya memanggilmu menjadi pedang?" Tanya Rey pada Baron.
"Melunjak sekali lah kau ini Rey, tingkatan Sihirmu bahkan tak mampu mengangkatku. Kau masih sangat rendah untuk mengangkatku Rey!"
"Keluarlah aku akan membunuhmu sekarang, sialan sekali kau!" Umpat Rey namun yang ia dengarkan hanyalah suara Baron tertawa dalam tubuhnya.
"Rey!" Panggil Riley sedikit berteriak pada Rey, Rey terkejut mendengar itu lalu mengangguk pada Riley.
"Astaga Rey! Sungguh?" Tanyanya tak percaya namun Rey kembali mengangguk.
"Apa abjad Sihirmu?" Tanya Riley, Rey membuka tangannya mengeluarkan kitab sihirnya. Seketika kitab putih bercahaya itu muncul melayang di atas telapak tangannya.
Riley berbinar melihat itu sungguh ia tak percaya bertemu dengan Baron Putih Legendaris sesuai yang di ramalkan para Lapu-lapu si penempa pedang Pembinasa.
"Memangnya apa dan darimana ramalan itu berasal?" Tanya Rey pada Riley, Rey kembali mengembalikan kitab sihirnya menghilangkannya menyimpannya kembali masuk kedalam tubuhnya.
"Bagaimana kau tidak tau itu? Lantas Baron itu darimana asalnya jika kau tak melalui Lapu-lapu?" Tanya Riley namun Rey hanya mengernyitkan keningnya tanda bahwa dirinya tak paham apa yang Riley katakan.
"Sungguh aku tidak tau Riley, yang aku tau aku hanya mengamuk ketika Syena dibawa pergi. Lalu Harith membawaku ke negeri dongeng, bertemu pohon bernama Dumba lalu aku mendapatkan Buku sihir dan pedang. Lalu mereka membukakan portal untukku kemari, dan bertemu denganmu sudah itu saja." Jelas Rey panjang dan lebar padanya Riley menggaruk kepalanya yang tak gatal itu disana ia tau satu hal Rey mabuk portal ternyata.
"Itu tandanya kau belum mampu mengendalikan Sihirmu ya?" Tanya Riley.
"Bukankah kita hanya perlu menghafal katanya saja, lalu melafalkannya?" Tanya Rey, namun Riley menggeleng cepat mendengar itu.
"Kitab itu hanya acuan, cara kerjanya tergantung padamu pada Mana mu dan pelafalanmu. Sihir akan bekerja gagal apabila mana dan pelafalanmu tidak berjalan semestinya!" Jelas Riley ia berdiri kemudian.
"Biyokh!" Ucap Riley membuka telapak tangannya lalu mengarahkannya ke arah pepohonan hutan yang rimbun, seketika terlihat dedaunan yang gelap tanpa penerangan itu muncul cahaya biru menjadikan daun-daunnya seakan memiliki lampu.
"Ini mantra penerangan Rey kita tidak menggunakan tongkat disini, namun sihir melekat dan ada dalam diri kita dengan sendirinya." Jelas Riley seraya memandangi hasil karyanya.
Rey memunculkan kembali kitab sihirnya ia juga ikut bangkit lalu berdiri disamping Riley. Ia tak ingin kalah rasanya apapun demi menjadi kuat, apapun demi kekuatan dalam tubuhnya mampu menolong dunia, dan apapun untuk mengembalikan satu-satunya keluarganya Syena.
"Lantas apa saja yang akan diuji besok? Tuhan, singkat sekali waktu ini rasanya aku tidak diijinkan beristirahat sungguh!" Racau Rey.
"Sekalipun kita beristirahat kita tidak akan pernah tenang bodoh! Kau tau Iblis sialan itu bisa saja membunuh kita disini. Tidak ada bumi aman lagi Rey selagi Iblis itu tak lenyap." Jelas Riley benar sekali apa yang di ucapkan Riley itu.
"Ajari aku pelafalan dan mengelola mana! Aku ingin segera membinasakan mereka, Riley!" Ucap Rey ia menempatkan Kitab sihirnya tepat dihadapannya seketika itu Kitab itu membuka halamannya sendiri.
"Baiklah, aku akan mengajarimu." Ucap Riley penuh dengan semangat.
"Pertama-tama kau harus pejamkan matamu untuk mengelola manamu Rey. Rasakan aliran mana itu, pusatnya terletak di ulu hati ia adalah sumbu kecil dengan kapasitas besar." Tuntun Riley ia memberitahu proses demi proses menggerakan sihir pada Rey.
Rey mengikuti tahapan itu ia memejamkan matanya mencoba tenang sesuai instruksi, disana ia mendengar bahkan melihat kepulan-kepulan suar asap putih menyala begitu kecil. Rey tersenyum sekarang, apakah ini yang disebut domain?
"Apakah ilusi ini yang disebut domain?" Lirih Rey, Riley tersenyum mendengar itu rupanya Rey cepat sekali belajar.
"Ya Rey itu adalah domainmu sebuah tempat dalam tubuhmu yang menyimpan manamu. Bahkan kau bisa mengundangku masuk kedalam sana." Jelas Riley, seketika Rey meraih tangan Riley menggenggamnya.
Detik kemudian kesadaran Riley masuk kedalam domain itu. Sebuah cahaya menyala-nyala terlihat begitu indah cahaya itu diselimuti dengan petir-petir yang mengelilinginya. Binar kagum dari sorot mata Riley tak meredup sungguh ia sangat mengagumi kualitas mana dalam diri Baron ini, indah dan hangat sekali auranya.
"Wah lihatlah! Indah sekali itu seperti kunang-kunang!" Ucap Rey disebelahnya.
"Benar, sekarang buka matamu mari kita gunakan manamu." Ajak Riley, Rey mengangguk mendengar itu mereka berdua pun kembali membuka mata.
Seketika kedua telapak Rey mengeluarkan cahaya disana Rey mengangguk sungguh cepat sekali pemahaman Rey mengelola mananya.
"Kau bisa melafalkan Sihirmu Rey! Ingat, lafalkan dengan benar ya!" Jelas Riley pada Rey.
Rey mencoba fokus kali ini ia mengingat satu mantra sihir dalam kepalanya. Beberapa jam lalu ia sempat membaca mantra itu, sekarang waktunya mencobanya.
"Autrom!" Ujar Rey, langit bergemuruh ketika Rey merapal mantra itu kilatan-kilatan petir itu bersaut-sautan di langit.
Rey mengangkat tangannya ke atas sebuah kilatan petir dari langit turun kearahnya mengitari tubuhnya.
"Accow Axlinow!" Ucap Rey merapalkan mantra barunya.
Kedua tangan itu di aliri petir kali ini Rey menempatkan telapak tangannya ke arah tanah detik kemudian tubuhnya terangkat keatas bersama dengan petir yang keluar dari dalam telapak tangannya. Seakan-akan petir sedang mengangkatnya untuk terbang ke atas.
Riley dibuat kagum akan keberhasilan itu. Rapalan dua mantra itu cukup sulit sebenarnya bagi pemula, karena mana yang akan di keluarkan akan lebih banyak juga akan membuat penyihirnya letih. Namun raut wajah Rey yang masih sumringah itu menandakan bahwa Pemuda ini kuat dan hebat dalam mengelola mananya.
"Batrium!" Ucap Riley seketika sebuah daun-daun gugur tertiup angin, terbang mengelilinginya lalu membawanya naik ke samping Rey.
"Wah kau hebat sekali Rey!" Puji Riley terbang bersama Rey di angkasa.
"Baiklah, ajari aku lebih banyak lagi agar besok aku lulus seleksi." Ujar Rey, Riley mengangguk mendengar itu.
"Tentu saja, dua mantra lagi lalu istirahat! Aku letih!" Ucap Riley, Rey mengangguk mendengar itu.
"Oke, tentu saja!" Jawab Rey semangat.
Malam itu kedua penyihir muda saling berlatih. Keduanya saling mematangkan diri untuk apa yang akan dihadapi esok, semangat mereka membara ingin segera mengakhiri segala kekacauan dibumi mereka.
...Tidak peduli seperti apa seseorang dilahirkan...
...Tapi tumbuh menjadi seperti apa mereka...
__________
Ensiklopedia :
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang, gas dan debu medium antarbintang, dan materi gelap–komponen yang penting namun belum begitu dimengerti. Kata galaksi berasal dari bahasa Yunani galaxias, yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada galaksi Bima Sakti.
Putih seperti susu warnanya 👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Keindahan yang penuh dengan kesejukan yang begitu nyata, kerlipan kecil yang mampu mengunci setiap mata insan yang mengaguminya.
2023-02-18
1
Nadia
suasana seperti ini pasti enak banget apalagi kalau banyak masalah terasa nyaman
2023-02-18
0
b.z
tuh berterus terang saja lah, biar seorang tau sapa dirimu. bener kn, slalu mnt pujian
2023-02-17
0