" Sial. . !" kata Rayyen sambil melepaskan leher pria misterius itu.
Ira mengulurkan sapu tangan pada Rayyen
Dooorrrrr. . !
Peluru menuju ke kepala Ira, dengan sigap.
" Huffff. . .!" Leon memeluk Ira, dan langsung membawanya beeguling ke tanah, membuat pluru itu tidak mengenai sasaran.
Rayyen dan Arief dengan sigap berlari ke arah, pria penembak tadi.
" Uhuk. uhuk uhuk. . !" mata Ira melotot dan batuk- batuk.
Leon dengan sigap, langsung memeluknya dari belakang, dan mengeluarkan permen karet, yang tertelan oleh Ira.
" Huek. . !" Ira ahirnya tertolong, sedang Arief berhasil menendang pistol pria misterius 2, saat bidikanya mengarah pada Leon dan Ira.
" Makanya, kalou berantem, jangan makan peemen karet " Kata Leon sambil mengusap kepala Ira.
" Bukan musuhnya yang mati, tapi kamu " kata Leon lagi.
Ira dan Leon bercanda di atas rerumputan, lapangan sekolahan, dua insan satu darah mengalir dalam tubuh membuatnya ada hubungan batin, sampai - sampai ada penjual es krim, dan cilok lewat, langsung di bayar oleh Leon demi Ira, agar mau melepas permen karet dari mulutnya.
Sedang Arief dan Rayyen berhasil mwmbekuk lawan dan tekah di bawa kantor polisi, Leon dan Ira tidak menghiraukan.
Arief melihatnya tersenyum, tertawa lepas Leon yang tidak pernah di lihat Arief ataupun keluarganya.
" Hubungan batin kak Leon lebih kuat dengan kak Ira, di banding, hubungan batin denganku " gumam Arief.
" Udah ah aku kenyang, aku lelah, nanti kalau kebanyakan es, aku di marah daddy " kata Ira sambil berdiri.
Sedang Rayyen masih mengolak alik sapu tanganya, seperti kenal, tapi saat akan membuka.
" Ini sepeeti sapu tangan sulaman bunda !" kata Rayyen mengingat sesuatu.
" Hai jangan sembarangan ini sapu tanganku " kata Ira sambil merebut sapu tangan dari tangan Rayten dengan kasar.
" Tidak kak, aku hanya " kata Rayyen terputus.
" Tidak boleh kepo pada privasi orang, dengar. . !" bentak Ira membuat Rayyen kaget.
" Maaf kak !?" kata Rayyen.
May, yang melihatnya dari ke jauhan merasa cemburu.
" Kenapa kamu selalu duluan Bella " kata May dalam hati.
Leon pergi dalam keadaan masih tersenyum, membayangkan Ira yang imut.
" Siapa dia Rif, ternyata lucu juga kalau sudah kenal !" kata Leon sambil tersenyum.
" Adikmu. . !" kata Arief.
Membuat Leon heran, tapi Arief tertawa, dapat mencairkan suasana.
...****************...
Plak. . . !
Plak. . . !
" Dasar anak tidak tahu diri, kau sudah dewasa Leon, kenapa kamu masih saja suka berkelahi !" bentak Angga.
Leon yang pada dasarnya, jarang akur dengan papinya di gertak sekalian.
" Aku tidak berkelahi, apa aku salah kalau aku ingin menyelamatkan nyawa orang !" bentak Leon.
" Cuih, , mana mungkin, itu hanya kilahmu saja " kata Angga.
" Dasar anak tidak ada gunanya !" bentak Angga lagi.
Membuat mata Leon, ingin menangis, tapi dia laki - laki, tidak mungkin dia menangis, dengan sekuat tenaga Leon menahan amarahnya.
" Aku yang membesarkan perusahaanmu, aku, yang memulihkanya, di saat, di ambang ke bangkrutan !" kata Leon sambil memandang tajam Angga.
" Itu sebagai balas budi, karena kau sudah aku besarkan !" bentak Angga.
" Cukup papi, jika di salahkan Arief yang salah, karena menginginkan kak Leon menjadi motivator, di sekolahan Arief " kata Arief.
" Aku baru sadar, ada orang tua tidak iklas, membesarkan anaknya, orang tua seperti apa kalian !" bentak Leon lalu pergi, tapi Arief mengejarnya.
" Kak, kak Leon mau kemana ?" tanya Arief.
" Kak Leon mau pergi, nenangin diri !" kata Leon.
" Aku ikut !" kata Arief.
" Jaga mami, jangan sampai di sakiti papi " kata Leon.
Arief hanya bisa mengangguk.
" Aku kangen pada Leon, pi, sedikitpun belum aku peluk, kenapa sudah pergi. . !" tangis Dahlia.
" Jangan kau bela terus anak sialan itu ! " kata Angga.
" Dia anaku, untuk selamanya, anaku Angga, tanpa kau besarkan, dia besar sendiri, kau tidak tahu balas budi, yang buat makan adalah dari perusahaan miliknya " kata Dahlia.
" Tutup mulutmu, kalau perlu aku bunuh dia bersama ayahnya !" bentak Angga.
" Kau jahat Angga !, mas Deon kembali, lindungi anakmu !" teriak Dahlia.
Plak. . !
" Tutup mulutmu, Deon sudah mati, dan jangan kau sebut nama keparat itu di depanku, bukankah kau juga yang mendukung membunuhnya !?" kata Angga dengan senyum smirk.
Arief yang merekamnya, lalu di kirim ke Deon, Deon tidak habis pikir, hanya geleng kepala.
Dahlia mendekati Arief, dan meminta penjelasan pada Arief, dan Arief menceritakan semua.
" Kak Leon tidak salah " kata Arief.
" Antarkan mami ke tempat kakakmu ya ?" kata Dahlia dan di angguki oleh Arief, dan segera meluncur.
Sedang Leon memilih di apartemen, menyendiri, hidup tertekan inilah yang membuat Leon sering mabuk, dan dingin.
Saat Dahlia sampai, betapa terkejutnya, melihat Leon telah mabuk berat.
...****************...
Sedang Ira mau pulang tapi di tahan oleh Rayyen.
***Duhai engkau sang belahan jiwa
Namamu terukir dalam pusara
Di setiap langkah ku selalu berdoa
Semoga kita bersama
Duhai engkau tambatan hatiku
Labuhkanlah cintamu di hidupku
Ku ingin kau tahu betapa merindu
Hiduplah engkau denganku
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta
Semoga kita bersama
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Cintaku untukmu selalu terjaga
Dan aku pasti setia
Ha
Duhai engkau tambatan hatiku
Labuhkanlah cintamu di hidupku
Ku ingin kau tahu betapa merindu
Hiduplah engkau denganku
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta
Semoga kita bersama
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Cintaku untukmu selalu terjaga
Dan aku pasti setia
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta
Semoga kita bersama
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Cintaku untukmu selalu terjaga
Dan aku pasti setia dengarkanlah***
Main gitar di taman sekolah, May yang melihatnya, ikut gabung, tadinya bernyanyi lagu romantis, sekarang menjadi lagu, tikus kantor, membuat May tidak nyaman.
***Kisah usang tikus-tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi
Di balik meja teman sekerja
Di dalam lemari dari baja
Kucing datang cepat ganti muka
Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi
Tikus-tikus tak kenal kenyang
Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang
Kucing-kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik, licik, tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura-pura mendelik
Tikus tahu sang kucing lapar
Kasih roti jalan pun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar
Tikus-tikus tak kenal kenyang
Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments