Mawar bergegas masuk, dan mencuci mukanya dan mengoles bedak, agar tidak terlihat sembab.
Mereka menyambut ke datangan suami dan anak - anaknya sarapan bersama, di meja makan, Latif memberikan kode pada Mawar, agar memberi nasi di piring abi, sedang Latif lebih memilih, memberi nasi di piring Dion.
Aby manyu, memandang Latif sedikit kecewa, " Abi masih belum lapar, kalian makan duluan !" kata Aby manyu langsung masuk kamar, membuat Mawar menunduk lesu.
Latif mengikutinya.
" Abi, abi tidak boleh egois, bagai manapun Mawar juga istri abi, dia juga punya hati, di saat tidak ada umi, dia melayani abi dengan baik, tidak selamanya abi, umi bisa mendampingi abi !" kata Latif.
" Apa kau ingin pergi meninggalkan aku Latif ?" tanya Aby manyu dan di gelengi Latif.
" Kita tidak tahu, apa rencana tuhan abi ?" kata Latif.
" Ayok kita makan , kasihan anak - anak menunggu kita " ajak Latif.
" Tapi aku minta kamu yang melayaniku " kata Aby manyu dan di angguki Latif.
Mereka menuju meja makan dengan canda membuat semua anaknya tersenyum.
' Tawamu, hanya buat mbak Latif abi ' Gumam Mawar tapi Mawar berusaha tersenyum.
" Dion, abi punya nama untuk kamu ?" kata Aby manyu.
" Jadi Dion mau ganti nama ?" tanya Dion Aby manyu mengangguk.
" Boleh tidak Mawar ?" tanya Aby manyu pada Mawar.
" Abi adalah ayah kandung Dion, jadi terserah abi, karena dulu lahirnya Dion, abi tidak ada, jadi Mawar kasih nama se adanya !" jawab Mawar.
" Rayyan. . !" kata Aby manyu.
" Yang artinya adalah sesuatu yang sedap dipandang mata dan erat kaitannya dengan kemegahan karena kau tampan seperti kakakmu Ahmad ?" kata Aby manyu.
" Ya abi " kata Dion.
" Sekarang panggil dengan nama Rayyan " kata Aby manyu.
" Kita syukuran bersama nanti dengan anak pondok, supaya tidak terjadi ke salah pahaman, kalu Mawar istri siri, akan menjadi istri sah kedua dari abah kiayi Aby manyu, dan status Rayyan bisa di akui negara " kata Latif.
Semua anaknya mengangguk.
" Hari ini kita mengurus di kantor agama, lusa kita syukuran !" lanjut Latif.
" Baik umi. . !" kata semua anaknya.
Seiring berjalanya waktu, Rayyen menjadi seorang pendakwah, sedang Ahmad sudah menikah dan dia seorang hafiz dan menikah dengan putri ustad juga.
Sedang Rahma di jodohkan dengan putra kiayi juga, sedang yang Ikbal seorang Qiroati dan sudah berkerja, dan satunya Fatimah masih sekolah, yang umurnya tidak jauh dari Rayyan, dan Mawar punya anak laki - laki lagi yang di beri nama Yusuf.
Rayyen lebih dekat dengan Ahmad, Ahmad pun rajin mendidik Rayyan, karena Ahmah juga masih tinggal di perumahan pondok.
" Kak, bisa antarkan Rayyan ke kampung yang Rayyan tinggali dulu ?" pinta Rayyan.
" Untuk apa dek ?" tanya Ahmad.
" Rayyan punya janji pada Ira, akan sering mengunjunginya, tapi Rayyan lupa, mungkin kini Ira menjadi gadis yang cantik !" kata Rayyan.
" Baiklah !" kata Ahmad.
Mereka berangkat menuju perkampungan dan mendapati warga yang dulu, dan melihat rumah Ira sudah terbakar dan bekasnya sudah lama
Rayyan bertanya tentang Ira.
" Oh, sejak kepergianmu Dion " kata Lina.
" Sekarang bukan Dion lagi buk, tapi gus Rayyam " jawab Ahmad.
" Pantas kau tampan dan berpakaian rapih ber koko, ternyata kau putra kiayi, dan ini kakakmu yang jemput dulu ya ?" tanya Lina.
" Iya buk, kak Ahmad, bisa di sebut gus Ahmad " kata Rayyan.
" Jadi begini ceritanya, sejak kepergianmu, orang yang akan membawa ibumu itu, datang lagi dengan membawa anak buahnya, Deon bisa menghadapinya, tapi yang lain membakar rumah Deon saat rumahnya sudah terbakar, mereka pergi, dan di jalan mengalami kecelakaan mobilnya terjun ke jurang dan terbakar " cerita Lina.
" Tidak mungkin, tidak mungkin. . om Deon dan kakek Wijaya orang yang baik, dan Ira sahabatku kak. . . !" tangis Rayyan.
" Kalau tidak percaya tanya sama warga yang lain, kalau mobilnya masih di jurang, terlihat kok, !" cerita Lina.
" Kau jangan menangis, kita lihat dulu ?" kata Ahmad.
Saat di tempat ke jadian Rayyan turun dan menuruni, sedikit jurang mendekati bangkai mobil yang terbakar beberapa tahun yang lalu, betapa kagetnya Rayyen, menemukan gantungan tas, yang biasa di bawa Ira, dan robekan baju kemeja Ira yang sudah lusuh.
" Ira a a a a a a. . . . . !" teriak Rayyan putus asa.
flas back on
Semenjak Dion pergi.
" Deon. . apa yang kamu lakukan, apa kau kembali menjadi seorang mafia ?" tanya Wijaya pada Deon, yang baru datang dengan berjaket.
" Papi, jika Deon memang seperti ini !" jawab Deon.
" Aku tidak mau anakmu terkena masalah !" kata Wijaya.
" Deon seperti ini, Deon mengumpulkan anak buah Deon pi, papi tenang saja, kita akan pergi dari sini secepatnya !" kata Deon.
Madam datang dengan banyak anak buahnya, menghajar Deon, dan Ira, mereka sanggup menghadapinya sebelum para warga datang, tapi ternyata madam lebih cepat, membakar rumahnya, rumah yang hanya berdinding bambu, membuat api cepat merambat.
Ahirnya mereka pergi, dengan menghilangkan jejak Deon mendorong mobilnya ke jurang dan membakarnya, Ira lupa kalau gantungan tasnya tertinggal, dan di beri robekan baju Ira.
Lalu jalan kaki memasuki semak belukar dan sedikit hutan, di tengah - tengahnya, terdapat gedung jelek seperti tidak di urus, tapi saat memasukinya, alangkah kagetnya Wijaya dan Ira.
" Waw. . !" melihat istana di balik gedung usang, dan di sambut, oleh pengawal dan pelayan dengan hormat bak seorang raja.
" Tuan Deon mari. . !" ajak salah satu pelayan menunjukan kamarnya masing - masing.
" Daddy, kau punya istana, kenapa mengajak anakmu tinggal di gubuk ?" tanya Ira.
" Sudah seharusnya kau tahu kalau daddymu seorang mafia " kata Deon.
" Ira tidak pernah mempermasalahkan siapa daddy, yang penting daddy, selalu sayang pada Ira !" kata Ira.
Deon mengacak rambut Ira dengan gemas dan menariknya dalam pelukan.
" Kau anak daddy, maafkan daddy. . !" kata Deon dan di angguki Ira.
Flas back off.
Deon masih menangis sampai pesantren dengan membawa gantungan tas Ira.
" Hai dek jangan menangis, seharusnya kota berdo'a supaya orang yang baik, dan menolongmu, di terima di surganya allah, dan iklaskan dia !" kata Ahmad.
" Aku yang bersalah kak, andai saja bumi bisa di putar kembali, pasti aku akan sering mengunjungi Ira " kata Rayyan.
" Kalau saja aku mengunjunginya, pasti tidak akan ke jadian seperti ini " kata Rayyan.
" Penyesalan tidak ada gunanya, lebih baik kita berdo'a !" kata Ahmad.
Rayyan, langsung menangis di pangkuan Latif, sespaonya di rumah, membuat Latif bingung, sedang Rayyan sudah tidak bisa di tanua lagi, ahirnya Ahmad yang cerita.
" kita adakan do'a bersama ya ?" kata Latif.
Mawar yang mendengar cerita Ahmad ikut menangis, dan lemas kakinya di pintu.
" Mas Deon, pak Wijaya !" Rahma, memapah Mawar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments