" Kau jangan salahkan dia terus, di dalam dirinya, mrngalir darahmu, jadi dia punya jiwa kerasmu, dan pantang roboh !" kata Wijaya.
Deon tidak menanggapi dan langsung pergi.
Deon berpikir keras untuk menyelamatkan anaknya, agar tidak terlibat dengan segerombolan mafia.
Saat Ira tertidur, Deon mendekatinya.
" Ira, daddy sangat menyayangimu, maafkan daddy, telah membawamu dalam sangkar berdarah ini " kata Deon sambil mengelus kepala Ira yang pura - pura tertidur.
" Daddy, rela tidak menikah lagi, karena kamu, daddy takut, perhatian daddy, terbagi "
" Semoga saja kakakmu mendapatkan jodoh yang sabar, yang suatu saat nanti bosa menddidikmu sayang !" kata Deon sambil memcium kening Ira dan keluar kamarnya.
" Maafkan Ira daddy, tapi Ira hanya ingin mbantu daddy " kata Ira sambil melihat kepergian Deon.
Di sekolah, setelah selesai tes mental, juniornya, mereka melakukan belajar normal lagi, seperti biasa, Ira yang tidak suka dengan ajaran gus Ahmad, menaikan kakinya di meja, dengan asik, menikmati permen karetnya.
" Ira, kalau kau tidak suka silakan keluar !" kata Gus Ahmad, yang sedang mengajar pelajaran bahasa arab dengan halus.
Ira keluar dengan santai, di depan gus Ahmad menunduk sopan dan permisi, membuat Ahmad geleng kepala, dengan tingkah Ira.
" Kenapa kau tidak keluar sendiri, kalau tidak suka pelajaranku ?" tanya gus Ahmad saat di pintu.
" Karena aku masih menghargai anda mengajar, tapi aku bukan orang munafik, yang harus pura - pura suka dengan pelajaran anda " Jawab Ira membuat gus Ahmad kagum.
" Kenapa anda masih bicara halus dengan saya ? Sedang saya tidak pernah menghargai apa yang anda ajarkan ?" tanya Ira balik.
" Karena aku tahu kau anak baik, dan kau punya kecerdasan, walaupun bukan pelajaran saya " kata Ahmad.
Setelah itu, Ira keluar dan duduk di taman sekolahan, di taman sekolahan ternyata ada Rayyen yang sedang mengerjakan sesuatu.
" Kenapa kamu di sini ?" tanya Ira pada Rayyen.
" Aku mengerjakan tugas, yang bikin aku pusing !" kata Rayyen.
" Kamu ngapain ?" tanya Rayyen balik.
" Aku, biasa, pelajaran gus Ahmad, yang bikin aku pusing, kalau dia ngajar pelajaran fisika aku suka, tapi kalau ini, saya mengantuk " jelas Ira, membuat Rayyen geleng.
" Mau ini ?" tanya Ira sambil menyodorkan permen karet.
Rayyen mengambil satu, dan fokus pada bukunya lagi, Ira mengambilnya dan mengajarinya.
" Aku melihatmu, mengingat seseorang !" kata Rayyen sambil memandang Ira.
" Maksudmu ?" tanya Ira.
" Teman masa kecilku tapi sudahlah, orangnya sudah meninggal " kata Rayyen langsung pasang muka sedih.
Mereka ngobrol dengan asik, tidak terasa kalau panas terik
" Ada bom. . . !
" Ada bom. . . !"
Teriak para siswa sambil berlarian keluar, Ira dan Rayyen yang sedang ngobrol, langsung berdiri.
Ira bukanya lari ke luar tapi dia malah menerobos masuk ke dalam ruangan kepala sekolah, di sana terdapat guru yang sudah panik memikirkan anak muridnya.
Telepon sekolah berbunyi, Ira langsung menyahutnya.
" Serahkan anggota mafia yang ada di sekolahan itu, atau akan aku pencet tombol ini semuanya akan rata dengan tanah " kata peneror.
Ira mengeluarkan ponselnya dan melacak arah di mana penelpon, Ira mempunyai skil yang tonggi dalam ilmu fisika, dan teknologi, sehingga, membuat dia gampang, menemukan lawan, dan merancang strategi, dan dalam bidang, bom, ataupun granat.
Deon mengajarinya, jika suatu saat nanyi di butuhkan seperti saat ini.
" Bantu saya !" kata Ira pada Rayyen yang baru sampai pintu sambil melempar pemukul bos ***.
seluruh guru mengikutinya.
" Cukup di sini, ! kau lihat mobil itu, ternyata dia adalah anggotanya ayahnya May " kata Ira.
" Pakai penutup wajah ini, dan tunjukan wajahmu pada May saja, biar aku yang merebut remotnya di pria berbadan kekar itu" kata Ira, dan di angguki Rayyen.
Ira memberi intruksi Rayyen, Ira dan di bantu beberapa guru yang lain, dengan cekatan Ira bisa melumpuhkan lawan dengan ilmu bela dirinya, di bantu Rayyen, Ahmad pun tidak menyangka, kalau adiknya, bosa bela diri dengan lincah dan berhasil menagkap beberapa peneror. Dan tembakan mengarah pada Rayyen, tapi.
" Aghhhhhht. . . !" salah sasaran, saat Rayyen menghindarinya, dan menunduk, ternyata May, di belakangnya. Dan pas mengenai tenggorokan May, beberapa guru yang lain, membawa May ke rumah sakit.
Setelah remot sudah di tangan Ira, Ira mampu melumpuhkan.
Ira bertanya pada para peneror di mana menaruh bomnya.
" Ha ha ha ha walaupun remot itu kau rebut, tidak akan menyelamatkan temanmu, karena dia pakai waktu, sedang waktunya tiga puluh menit lagi " kata peneror dengan angkuh.
Bught. . !
" Bajingan di mana tempatnya !" bentak Ira.
Setelah tahu di mana tempat bomnya dan para guru mengamankan para peneror, tapi belum semua siswa di evakuasi
Ira meneeobos lautan manusia, yang sedang panik lagi.
"Anak segitu, tidak bakalan mampu mematikan bom dalam jangka cepat !" kata peneror meremehkan Ira.
Ahmad langsung memburunya, tapi di hadang oleh istrinya yang juga ikut mengajar di sekolah itu.
" Kenapa kau peduli dengan anak itu, sedang dia tidak pernah peduli dengan pelajaranmu dan pilih keluar, dan tidak menghargainya?" tanya Aisyah.
" Dia anak muridku, dia hanya tidak peduli dengan pelajaranku tapi dia lebih peduli dengan orang lain dari pada nyawanya, aku sendiri tidak punya jiwa seperti itu " kata Ahmad.
" Dia hanya anak jalanan, masoh segitu sudah jadi berandalan " kata Aisyah.
" Hati doa leboh murni, dari pada orang selalu menjelekanya " kata Ahmad membiat istrinya bungkam, dan langsung berlari menyusul Ira.
Saat di tempat posisi bomnya, di dekat lantainya, di beri minyak oleh peneror, jadi kalau tersentuh bom itu akan meledak.
Ira yang tanpa sadar, langsung berlari, dan terpeleset untung saja ada Ahmad yang menahan tanganya.
" Gus Ahmad !" kata Ira. Ahmad hanya membalas dengan senyuman, dan Ira segera melepas peganganya, dan menuju bom.
" Apa kau bisa menaklukan bom ?" tanya Ahmad.
" Kenapa gus Ahmad ikut, apa ingin mati bersama ?" Ira tanya balik.
(QS Jumu'ah : 8). Artinya: “Di manapun kamu berada,kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh." jelas Ahmad.
" Mati itu di tangan allah Ira. Seperti firman allah dalam al qur'an yang artinya Setiap yang hidup, pasti akan mati " kata gus Ahmad.
" Kalau kita mati di sini, kota mati di tangan peneror, mati karena bom, " jelas Ira membuat Ahmad geleng kepala.
" Gus, kau tahu kita akan mati, makanya kau dakwah dulu, tapi sayang aku belum sempat tobat !" kata Ira senyum smirk.
Sedang gus Ahmad hanya tersenyum.
" Gunting gus, tidak pakai lama !" teriak Ira.
Ternyata bom bisa di jinakan.
" Hai apa kau seorang mafia kecil, atau kau seorang ?" kata gus Ahmad yang terputus.
" Kita tidak ada waktu lama, bom yang dua belum di jinakan !" kata Ira sambil berlari menuju bom ke dua.
Di sana di pasang jebakan juga dengan memasang jepitan tikus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments