" Seluruh aset, papa di sita polisi, papa sudah di ketahui, korupsi, mengambil hak rakyat, dengan beberapa jajaranya, sehingga, kita tidak punya apa - apa lagi " kata Dora, May menangis.
" Mama tidak tahu, kita harus pergi ke mana, sedang uang seribu perakpun mama tidak punya, hanya tinggal baju yang menempel di badan kita, untung biaya rumah sakit sudah ada orang baik yang menanggung " tangis Dora.
" Teman papa di mana ?" tanya May, dengan menggerakan bibirnya.
" Semuanya menghindar sudah tidak peduli, dengan keluarga sahabatnya, dengan alasan, dia masih sobuk, akan membunuh yang membunuh papa, " kata Dora.
" Jadi saat ini, kita menjadi gelandangan May. Dan kau harus tuna wicara seumur hidup, karena mama tidak mampu membawamu, ke rumah sakit besar " tangis Dora lagi.
Dora dan May, berjalan, menyusuri trotoar, dengan leher May yang masih di perban.
Mereka di pinggir pasar, meminta - minta pada orang lewat, hingga ada seorang preman menghampirinya.
" Hai ini daerah kekuasaan kami, jangan mengemis di sini !" bentak salah satu preman.
Seorang bandit datang dengan mengawasi May, dari atas sampai bawah.
" Cantik juga anaknya, dari pada mengemis, leboh baik kita main yok ?" ajak sang bandit, sambil menarik tangan May, tapi May menolaknya, sang ibu yang akan menolong anaknya malah di dorong.
" Kita akan enak - enal, dan nanti kamu akan dapat tips !" kata bandit sambil tersenyum mesum.
" Jangan, jangan sakiti anaku !" teriak Dora.
Di saat yang tepat, Aby manyu dan Latif sedang jalan santai keluar dari pasar melihat kedua wanita yang akan di lecehkan lalu menhampirinya.
" Jangan dia saudaraku !" teriak Latif.
" Ha ha ha , pakaian se seksi ini saudara anda !" tawa bandit tidak percaya.
" Setiap manusia di muka bumi ini semua saudara, yang awalnya hanya satu pasang, sekarang menjadi banyak pasang " kata Latif.
" Jangan kau umbar nafsu sesaatmu, karwna allah sangan membenci orang penzina " lanjut Latif.
" Saya sudah lelah di ceramahi, aku lelah jadi orang baik, aku takut tas ku tidak akan muat, untuk menampung pahala " ejek bandit.
" Ha ha ha. . !" tawa kawan bandit.
" Asstagfirullah " Aby istigfar.
" Kalu ingin dia, hadapi aku dulu !" bentak bandit.
Saat bandit akan melayangkan bogemnya ke arah Aby, Ira datang dengan bermasker menghadangnya, masih dengan almamater sekolahnya,
Bught. . !
Bught. . !
Dua lawan satu tapi Ira bisa menghalngnya.
Walaupun sesekali Ira terkena bogem bandit.
Setelah dia preman itu lari tidak lupa meninggalkan pesan.
" Tunggu pembalasanku, akan aku panggilkan bosku !" bentak bandit.
" Aku tunggu. . !" ejek Ira.
Setelah semuanya pergi, mereka mengucap terima lasih pada Ira.
Ira hanya menganggukan kepala, dan memasukan tanganya kembali ke dalam kantong celana jeansnya yang robek di bagian lututnya berjalan dengan permen karet yang masih mengembung di mulutnya, dan mengadahkan wajahnya ke atas.
" Asstagfirullah anak jaman sekarang, unik semua " kata Aby, samvil melihat Ira, dan May yang berpakaian seksi.
Latif, menanyai ibu dan anak itu, Dora menceritalan semua, dan ahirnya Latif, meminta Aby manyu untuk mengajaknya ke pesantren, sesampainya di pesantren, Latif memberikan beberapa gamisnya, dan juga baju Fatimah.
" Walau ini tidak bagus, dan tidak mahal, paling tidak ini bisa menutupi tubuh kalian !" kata Latif.
Tapi May melemparnya, dia tidak terima suruh memakai baju syar i.
Mawar datang dengan emosi karena kakak madunya, di lempar baju yang di berikan pada orang yang di tolongnya.
" Masih untung kamu di tolong mbak Latif, kalau kamu di biarkan, mungkin sudah jadi glandangan, dan jadi pel*c*r gratisan, di perk**a ramai - ramai, sepeeti anj*ng! " kata Mawar, karena tidak terima Latif di lempari baju di wajahnya.
" Sudah mawar, istigfar !?" kata Latif mengelus punggung Mawar.
" Mbak keras dikit kenapa, sama orang seperti ini, tidak tahu terima kasih !" kata Mawar yang geram, selalu diam, kalau di jahati orang.
" Istigfar. . !" kata Latif.
" Astagfirullah halngadim " kata Mawar sambil mengelus dadanya.
Ikbal dan Ahmad datang menengahi.
" Ada apa ini, kok ribut - ribut !?" tanya ikbal, yang lebih pendek dari Ahmad, tapi sama tampanya, dengan berbaju koko, dan anaknya Abi manyu sifatnya paling keras sendiri.
" Umi, di hina oleh cewek tidak tahu diri ini !" kata Mawar pada ke dua putra Latif dan menunjuk wajah May, dan juga Dora.
Tapi Ikbal, memandang May, dengan pandangan aneh.
" Istigfar Ikbal. . !" kata Ahmad mengingatkan adiknya.
" Buk jaga anaknya, ajari dia, ini pesantren, bukan klub " kata Ikbal pada Dora, sedang May, hanya bisa menunduk takut pada Ahmad.
" Maafkan anak saya, anak saya, memang sama sekali, tidak tau ilmu agama " Jelas Dora.
Ahmad hanya bisa geleng kepala.
" Lebih baik kalian istirahat dulu, dan bunda, mungkin lelah, jadi emosinya tidak terkendali " kata Ahmad lembut, sambil memegang pundak Mawar, mengajaknya pergi, sedang Latif dan Ikbal mengikuti di belakangnya.
" Ini Rayyen mana, kok tidak ikut kalian ?" tanya Latif.
" Rayyen masih mengerjakan tugas, dia punya kakak kelas pintar, makanya tadi saya tinggal di rumah makan padang " cerita Ahmad, Latif yang mendengarkan cerita Ahmad, tersenyum dan geleng kepala.
" Semoga dia sudah bisa melupakan Ira " kata Mawar.
" Amiiin. . !" jawab semua.
" Bagai mana sosok bocah yang bernama Ira itu, membiat Rayyen tidak bisa melupakan ?" tanya Latif.
" Dia tomboy, yang merawatnya, kakek dan ayahnya, tapi dia berhati malaikat, dan yang paling lucu, dia tidak pernah ketinggalan permen karet di mulutnya, umurnya dua tahun lebih tua dari Rayyen, dan otaknya cerdas " jawab Mawar.
' Apa benar yang di katakan Rayyen, kalau Bella, itu Ira, semua ciri - ciri yang di katakan bunda sama dengan Ira ' kata Ahmad di dalam hati.
" Assalamualaikum ?" Rayyen datang dengan wajah sumringah semua sedang duduk santai dan menjawabnya.
" Kayaknya ada yang lagi senang nih ?" tanya Ahmad melihat Rayyen datang dengan senyum mengembang.
" Tugasku berhasil, dan tau kak, roket ini bisa terbang " kata Rayyen, menunjukan sebuah, roket kecil yang terbuat dari kaleng bekas.
" Siapa yang ajari kamu ?" tanya Ikbal.
" Kak Bella " kata Rayyen.
" Hebat. . !" puji Ikbal sambil, mengolak, alik, roket buatan Rayyen.
" Bisamenang, berarti kamu besok, di pertunjukan IPA !?" kata Ahmad.
" Insya allah, " jawab Rayyen dengan senyum.
" Kak, bagi duitnya dong !?" pinta Rayyen pada Ikbal.
" Buat apa? Bukanya kamu punya duit sendiri, hasil dari dakwah ?" tanya Ikbal.
" Buat beli permen karet, kak Bella tidak bisa mikir, kalau tanpa permen karet " kata Rayyen mengiba.
" Terus duit kamu ?" tanya Ikbal.
" Rayyen kan ingin kuliah di Turky, jadi Rayyen harus rajin menabung " kata Rayyen membuat ke tiga orang tuanya geleng kepala.
Memang Rayyen orangnya hemat, dan jeli, masalah sepatu tas, dan baju, dia jarang beli, karena dapat dari para fans.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments