Ira yang makan sambil menaikan kakinya satu hanya geleng kepala. May, melihatnya lalu menantangnya.
" Kenapa kamu iri, karena kamu tidak secantik aku ?" tanya May pada Ira.
Ira cuek, hanya mengangkat pundaknya lalu berdiri akan pergi, May merasa terhina, lalu akan menampar Ira.
" Bella. . . !" panggil May.
Plak. . . !
Bukanya Ira yang di tampar, malah berbanding terbalik Ira yang menampar May.
" Aku tidak peduli, apa yang akan kau lakukan, tapi aku tidak suka di sakiti, aku diam, bukan berarti kalah ! jika kau masih menyakiti aku, aku bisa membalasnya lebih kejam " ancam Ira.
Teenyata May tidak terima, dan melapor pada guru Bk, menjadi Ira di panggil, tapi Ira dengan permen karetnya di mulutnya dengan santai masuk.
" Aku sudah tahu semua, jadi tidak perlu bapak ingatkan, bapak tahu kenapa negara kita susah majunya, karena terlalu banyak orang munafik seperti kalian " kata Ira.
" Jaga mulutmu !" bentak guru BK.
" Sudah hanya itu peringatanya, terima kasih !" kata Ira dan akan membalikan badan menuju pintu keluar.
" Bella, kau sungguh keterlaluan !" bentak BK.
" Ya tuhan benar - benar terlihat penghancur negara, kau hanya mendengarkan satu pihak, dengan bermodalkan air mata, tapi dirimu tidak cari bukti dulu, sang penghancur negara !" kata Ira.
Saat guru BK marah, dan akan menampar Ira, Ahmad yang ikut mengajar di situ sebagai guru bahasa arab melarangnya.
" Kenapa ustad Ahmad ?" tanya guru BK.
" Benar kata anak ini, kita tidak bisa mendengar satu pihak, kita harus mencari buktinya, atau pelapor mempunyai bukti ?" sambil menunjuk May.
" A a. aku tidak ada bukti tapi saksi ?" kata May dengan sanagat takut.
" Siapa saksinya ?" tanya guru BK.
" Dia berdua " kata May, Sambil menunjuk dua sahabatnya.
" Seorang sahabat tidak bisa di jadikan saksi, karena, dia pasti akan membela kamu !" jelas Ahmad.
" Kalau kamu Bella ?" tanya Ahmad.
Lalu Ira memutar rekaman yang selalu, karena dia selalu membawa penyadap suara di sakunya, ternyata Ira tidak lepas dari alat - alat seperti itu.
" Hai ngomong - ngomong gus Rayyen mau sekolah di sini loh ?" kata May, cewek idola sekolahan.
" Yang benar,? " Tanya temanya.
" Iya. . dan aku harus bisa dekati dia " kata May.
" Tapi diakan junior kita ?" kata temanya.
" Sekarang tidak jamanya umur, yang terpenting ke puasan " kata May.
" Apa dia mau sama loh, diakan seorang ustad ?" tanya temanya.
" Sekarang apa sih yang tidak dengan uang " kata May.
" Kau tahu, gus Rayyen adalah adiku, jadi jangan kau anggap remeh dia " kata Ahmad saat mendengar rekaman May, menahan amarahnya.
" Iya Gus Ahmad " Jawab May dengan rasa takut.
" Teruskan saja, kalau saya sudah selesaikan gus Ahmad, dan pak BK, kalau gitu saya permisi ?" kata Ira santai.
Belum sampai dapat jawaban Ira keluar dengan gaya tomboynya.
Saat para wali murid, mengadakan rapat, ayah May, ternyata target, koruptor yang licin, Ira yang tidak sengaja mendengar percakapan, daddynya dengan gengnya, selalu gagal mengejarnya.
Ira yang ingin memcari buktinya, beru saja mendekati May, dengan gaya sombongnya dia menceritakan segala kekayaan ayahnya, Ira langsung mengirim pesan pada orang kepercayaanya dan mencari semua bukti korup itu, setelah selesai lalu kirim pesan pada Ira.
Sekolahan penuh dengan orang tua, muridnya, Ira berjalan santai dengan Wijaya.
Huffff.
" Aghhhhht. . " Teriak ayahnya May, sambil memegang dadanya.
" Apa yang kau lakukan Ira !" bisik Wijaya pada cucunya.
Semua orang berkerumun menuju ayahnya May, dan segera memanggil tim medis. tim medis mengatakan kalau ayah May, terkena serangan jantung.
Ternyata Ira, meniupkan jarum beracun yang sangat kecil ke leher ayah May, yang sudah di bubuhi racun, agar tidah ada bekas, dan jejaknya.
Tapi banyak rekan sesama, ahli koruptor yang tidak percaya.
" Semua aman !" kata Ira pada anggota gengya.
" Ira daddymu bisa marah, kalau kamu mengikuti jejaknya !" kata Wijaya saat pulang.
" Tenang kakek, semua pasti amam, lagian kita membela yang benar kok !" kata Ira.
" Tidak ada yang benar, dalam bidang membunuh " kata Wijaya.
" Kakek tahu seorang korup ?" tanya Ira.
Wijaya menggeleng.
" Dia lebih kejam dari pada kita, dia membunuh, masyarakat kecil secara perlahan, larena kemunafikanya " kata Ira.
" Tapi dia juga punya alasan Ira, daddymu juga tidak akan setuju, kalau kau gegabah !?" kata Wijaya.
Deon yang sedang di London, bersandiwara, tidak sengaja bertemu, dan saling curhat, dengan alasan nama belakang yang sama.
" Mami selalu sibuk, dengan rekan sosialitanya, sedang papi, dia selalu sibuk berkerja, ntah siapa yang akan mengurus Arief selama aku tinggal di sini !" kata Leon.
" Mungkin ini juga, yang akan mengajarkan adikmu dewasa Leon !" kata Deon.
" Dia menderita ginjal, aku hanya takut dia salah makan !" kataLeon.
" Yang sabar . . !" kata Deon.
" Oh ya kamu tinggal di mana ? kebetulan aku punya apartemen, dan kadang aku pulang ke Indo, dan apartemenku kosong, kau bantu tempati ?" tanya Deon.
" Tidak usah pak, nanti merepotkan !" kata Leon.
" Tidak aku malah suka kalau ada yang menunggu !" kata Deon.
Ahirnya Leon menerima tawaran Deon, dan mau menerima berkerja sama dengan Deon, dan belajar bisnis dengan Deon.
Leon merasa nyaman dengan Deon, melebihi dari papinya, setiap Leon tertidur Deon selalu memandang wajahnya.
" Di saat momen seperti ini Leon, daddy sangat bahagia, tapi setelah kau lulus kita akan berpisah lagi " kata Deon sambil mengelus kepala Leon.
Leon yang dingin, bisa bercanda dengan Deon.
" Makan Leon !" suruh Deon di pagi hari.
" Tidak usah pak, sudah ke siangan !" kataLeon.
" Ya sudah itu bawa bekalnya !" kata Deon.
" Tidak usah repot pak. . !" kata Leon.
" Bukan repot, tapi aku kangen pada anaku, makanya aku ingin buat makanan untuk dia " kata Deon.
" Makasih pak !" ucap Leon sambil berlalu berangkat ke kampus.
Saat di kampus, dia makan bekal yang di beri Deon tadi, rasanya seperti dia kenal, spageti yang tidak asing.
Deon pulang duluan ke tanah air, sebelum dia pulang dia berpesan pada Leon.
" Jangan gampang percaya pada orang, tapi percayalah pada hati nuranimu " kata Deon.
" Kenapa emang pak ?" tanya Leon.
" Di dunia ini banyak kemunafikan, dan aku tidak perlu kau percaya, dan satu lagi, jangan pernah cari aku kalau aku di tanah air, anggap saja ke baikan ini bukan dari ku, tapi dari tuhan " kata Deon.
" Tapi pak !" kata Leon terputus.
" Tidak ada kata tapi, dan jangan pernah kau ceeitakan pada siapapun kalau kau pernah bertemu aku " ucap Deon lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments