.
" Tidak usah repot pak. . !" kata Leon.
" Bukan repot, tapi aku kangen pada anaku, makanya aku ingin buat makanan untuk dia " kata Deon.
" Makasih pak !" ucap Leon sambil berlalu berangkat ke kampus.
Saat di kampus, dia makan bekal yang di beri Deon tadi, rasanya seperti dia kenal, spageti yang tidak asing.
Deon pulang duluan ke tanah air, sebelum dia pulang dia berpesan pada Leon.
" Jangan gampang percaya pada orang, tapi percayalah pada hati nuranimu " kata Deon.
" Kenapa emang pak ?" tanya Leon.
" Di dunia ini banyak kemunafikan, dan aku tidak perlu kau percaya, dan satu lagi, jangan pernah cari aku kalau aku di tanah air, anggap saja ke baikan ini bukan dari ku, tapi dari tuhan " kata Deon.
" Tapi pak !" kata Leon terputus.
" Tidak ada kata tapi, dan jangan pernah kau ceritakan pada siapapun kalau kau pernah bertemu aku " ucap Deon lagi.
" Baik pak " Kata Leon.
Deon pulang ke tanah air, melihat anak dan papi mertuanya tidak ada di beskem.
" Kemana mereka !?" tanya Deon, pada anak buahnya dengan rasa kuatir.
Tapi semua memilih diam dan tidak berkutik.
Ira, mengerjakan misinya membantu persatuan anggota gengnya, menjadi mafia kejam, berhati malaikat.
Tahun ajaran baru, Rayyen masuk sekolah, dengan mengendarai motor bersama kakaknya gus Ahmad, tapi tidak menghilangkan pesonanya Rayyen, Rayyen di sambut dengan para remaja wanita, karena dia tampan, cool, membuat May, sebagai anggota osis, dan panitia moos, ikut terpesona.
" Tidak dapat kakaknya, adiknya pun jadi " kata May yang dari dulu naksir gus Ahmad, Rayyen dengan dandanan lucunya terlihat imut, saat Rayyen menjalani hukuman, untuk mencari kakak, seniornya yang bernama Bella, dia pusing tujuh keliling, sampai bertanya pada siapa saja yang dia temui.
" Kak yang mana namanya kak Bella ya ?" tanya Rayyen pada kakak di depanya.
" Senior yang paling kejam, menjadi panitia mous ini !" jawab Ira yang di dampingi dua pria, sealmamaternya, sambil berlalu pergi yang permen karet yang selalu setia di mulutnya, dengan dua pengawal cowok di belakangnya.
Rayyen merasa ada yang aneh, ada getaran yang tak asing di dirinya, Bella seperti tingkah Ira yang dulu ia kenal, yang selalu setia dengan permen karet di mulutnya.
" lraaa. . !" teriak Rayyen, seketika Ira membalikan tubuhnya.
Di kira Rayyen dia mendengar, ternyata telinganya, tersumpal handset.
" Oh ya untuk kamu anak kecil, mous akan segera berahir, kau harus cepat selesaikan tugasmu, sebelum kau terkunci di sekolahan ini !" peringatan dari Ira lalu berlangsung pergi.
" Kak Bella " panggil Rayyen membuat Ira membalikan badan lagi.
" Dari mana kau tahu namuku Bella ?" tanya Ira.
" Lihat almamater kakak " kata Rayyen sambil menunjuk papan nama yang ada di dada Ira.
" Kita selesaikan urusan kita di lapangan !" kata Ira.
Mereka menuju lapangan, May cemburu, saat Rayyen di mous oleh Ira.
May langsung melabrak Ira karena,dia keras pada Rayyen
.
" Kau jangan terlalu kasar dengan juniormu.
" Kau urus sendiri, juniormu, tidak perlu kau atur junior ku " jawab Ira.
" Ayo kau jadi jiniorku saja !" kata May, sambil menarik tangan Rayyen, tapi Rayyen menahanya.
" Maaf, kak Bella seniorku, walaupun dia galak !" kata Rayyen.
Ira tersenyum dengan sinis.
"Dia junior yang punya prinsip May, jadi pergilah, jangan ganggu kami !" kata Ira, di depan para juniornya.
" Okey, pertemuan kita cukup hari ini, besok kalian harus bawa persyaratanya lagi " kata Ira tegas pada semua junior didikanya
" Baik kak !" jawab Rayyen.
Rayyen meninggalkan sekolahan karena sudah sore, bersama murid yang lain, May, nyamperin Rayyen dengan mpbil mewahnya, tapi Rayyen pilih menghadang angkot, bareng sama Ira.
" Kenapa kau naik angkot ?" tanya Ira.
" Aku suka saja! kalau kamu ?!" kata Rayyen.
" Sudah terbiasa. Sedang kamu kan putra seorang kiayi, dan seorang gis, sekalian pendakwah kenapa naik angkot. Seharusnya naik mobil pribadi, secara penghasilanmu kan bisa lebih !" tanya Ira.
" Aku dakwah karena allah, bukan karena cari penghasilan, kata orang jawa, hidup itu sawang sinawang " kata Rayyen.
" Maksudnya ?" tanya Ira.
" Kita melihat orang bahagia, tapi belum tentu, apa yang kita lihat, dia rasakan juga !" kata Rayyen.
Ira turun dari angkot, di pinggir jalan, jauh dari pemukiman warga.
" Kamu kok turun di sini ?" tanya Rayyen.
" Rumahku sudah dekat hanya tinggal jalan kaki " kata Ira.
Sesampainya, di rumah, Ira langsung ingin memeluk Deon, tapi malah terkena amukan daddynya, karena, laporan dari gengnya.
" Apa yang kau lakukan Ira !?" bentak Deon.
" Niat ku hanya bantu daddy " kata Ira.
" Dady bilang, jangan pernah mengikuti jejak daddy, karena daddy tidak mau anak gadis Daddy jadi seorang mafia, aku ingin seperti kakakmu, kakakmu, rajin sholat " kata Deon sambil membayangkan saat dia memanggil Leon makan malam, ternyata dia masih menjalankan sholat.
'Dahlia, walaupun kau bodoh, tapi kau berhasil mendidiknya ' kata Deon dalam hati.
" Kau bandingkan aku dengan Leon yang bodoh itu daddy , aku dan dia berbeda, dia tidak punya komitmen !" bentak Ira.
" Jaga mulutmu, bagaimanapun juga dia kakakmu, putra daddy juga " bentak Deon.
Ternyata Deon tidak hanya memarahi Ira, tapi Wijaya juga.
" Tapi aku butuh bantuanmu Deon, dia cucuku, dia sudah terlanjur ke arah sini Deon, dan pasti musuhnya mencari keberadaanya !" kata Wijaya.
Deon merasa pusing dan mengacak rambutnya.
" Aku memang salah Deon, tidak bisa mengurus anakmu maafkan aku !" kata Wijaya, dengan tangisan.
" Tapi aku sayang dia aku sebagai kakek tidak bisa mengelak keinginanya " kata Wijaya.
" Baik pi, !" kata Deon sambil memegang pundak Wijaya.
" Kau jangan salahkan dia terus, di dalam dirinya, mrngalir darahmu, jadi dia punya jiwa kerasmu, dan pantang roboh !" kata Wijaya.
Deon tidak menanggapi dan langsung pergi.
Deon berpikir keras untuk menyelamatkan anaknya, agar tidak terlibat dengan segerombolan mafia.
Saat Ira tertidur, Deon mendekatinya.
" Ira, daddy sangat menyayangimu, maafkan daddy, telah membawamu dalam sangkar berdarah ini " kata Deon sambil mengelus kepala Ira yang pura - pura tertidur.
" Daddy, rela tidak menikah lagi, karena kamu, daddy takut, perhatian daddy, terbagi "
" Semoga saja kakakmu mendapatkan jodoh yang sabar, yang suatu saat nanti bosa menddidikmu sayang !" kata Deon sambil memcium kening Ira dan keluar kamarnya.
" Maafkan Ira daddy, tapi Ira hanya ingin mbantu daddy " kata Ira sambil melihat kepergian Deon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments