Oh, My...
Eliana salah fokus. Matanya menatap horor pergelangan tangan Toni.
'Dia bandit'
'Kakakmu berkumpul dengan gerombolan mafia.'
'Orang seperti mereka biasanya mendapatkan uang dari cara yang tak benar.'
'Dia naik mobil hitam dan mengkilat'
Tangan Eliana gemetar dan napasnya tercekat.
"Toni... " ucapnya susah payah, tapi yang keluar hanya suara berupa bisikan. Rasanya seperti ada gumpalan di leher yang membuatnya susah mengeluarkan suara.
"Toni... "
Hanya satu kata itu yang bisa diucapkan oleh Eliana, wajahnya pias seolah tak ada darah yang mengalir di tubuhnya.
"Kamu kenapa, Eliana?" tanya Toni penuh perhatian sambil menempelkan tangannya di dahi Eliana. "Apa kamu sakit?"
'Darimana kamu mendapat uang?'
'Kamu kemana saja beberapa hari ini? Pergi pagi, pulang malam?'
Eliana menggelengkan kepalanya berkali - kali, tak mampu berbicara. Mulutnya terbuka, lalu tertutup lagi. Tidak bisa. Dia tak sanggup bertanya langsung pada Toni.
Toni menuang air ke dalam sebuah gelas.
"Minumlah dulu." ujar Toni.
Tangannya mengusap punggung Eliana, lembutnya terasa hingga ke hati, pelan - pelan perasaan Eliana menjadi nyaman dan pikirannya pun terasa lebih jernih. Keraguannya pada Toni pun perlahan lenyap, berubah menjadi sebuah keyakinan kalau Toni adalah pria yang baik. Setidaknya, itu yang dirasakan hati kecil Eliana saat ini.
Ya. Semua ini pasti ada kesalah pahaman. Toni memang tak mengatakan apa pun soal resign-nya dari coffee shop, bukankah dirinya pernah melakukan hal yang sama saat diberhentikan dari St. Paul. Dia punya alasan tersendiri untuk tak membicarakannya, atau bisa saja dia sedang mencari waktu yang tepat.
Lalu jam tangan yang ada di pergelangan tangan Toni saat ini? Memang barang itu adalah barang mahal, tapi toh dia bisa mendapatkannya dari mana saja. Belum tentu dia bandit atau mafia atau menjadi siapa pun itu yang dituduhkan oleh orang - orang.
Lagipula Toni mengaku kalau dia seorang konsultan saham atau pialang atau apalah istilahnya Eliana tak begitu mengerti. Namun setahu Eliana, kita tak pernah bisa memprediksi capital gain yang diperoleh seseorang yang bermain saham. It's a kind of high risk high return investment.
(Semacam investasi dengan resiko tinggi keuntungan tinggi.)
'Aku harus percaya pada Toni.' Eliana meyakinkan dirinya sendiri.
Melihat Eliana yang tampak tak seperti biasanya, Toni berlutut di hadapan Eliana. Dia merotasi kursi yang sedang di duduki oleh Eliana hingga wanita itu menghadap kearah dirinya.
"Ada apa? Kamu tak suka kuenya?" tanya Toni, tangannya merapikan helaian rambut Eliana yang keluar dari jalurnya. Kemudian lelaki itu menangkupkan kedua tangannya diatas kedua tangan Eliana.
Astaga! Bagaimana bisa orang - orang menganggap pria selembut ini seorang penjahat?No! Eliana're sure to stand for Toni.
Eliana menoleh dan mulutnya mencebik.
"Aku menunggumu dari tadi, tapi kamu tak datang - datang sampai aku kelaparan." ucapnya pura - pura ngambek, sedapat mungkin wanita itu menyembunyikan keraguan yang tadi sempat terselip di hatinya.
Toni nampak terkejut, dia menangkap sedikit perbedaan dalam micro ekspresi yang ditampakkan oleh Eliana.
"Ayolah... aku mau makan bersamamu, Toni." ujar Eliana lagi cepat - cepat untuk mengalihkan perhatian Toni. Tak mau ketahuan sedang menyembunyikan sesuatu, tangan Eliana langsung meraih piring berisi cheese cake dan meletakkanya keatas telapak tangan Toni.
Toni mengulum senyum, dia senang Eliana mau bermanja padanya. Hal yang jarang dilakukan oleh Eliana. "Baiklah, apa kamu minta disuapi sekalian?"
Eliana menganggukkan kepala dan tersenyum lebar. Dan malam itu, Eliana memutuskan untuk tak bertanya apa pun. Dia ingin tetap mempercayai Toni kemarin, hari ini mau pun esok.
***
Keesokan harinya,
Begitu Toni pergi, Eliana bermaksud untuk keluar membeli beberapa keperluan. Baru saja kakinya melangkah keluar dari unit yang dihuninya, ibu Rebbeca sudah menunggu di depan pintu. Wanita itu berdiri tegak, dengan tangan dilipat di depan dada, sorot matanya dingin dan tak berperasaan.
'Setidaknya kali ini ibu Rebecca menemuiku sendiri tanpa gerombolannya.' gumam Eliana membesarkan hatinya sendiri.
"Eliana, kita harus menyelesaikannya hari ini juga. Aku tak bisa menunggu lagi." ucap Ibu Rebecca tanpa basa basi.
"I... ya." lirih Eliana.
"Aku dengar kamu juga tak tahu identitas laki - laki itu kan? Dia bukan kakakmu kan?" tuduh Ibu Rebecca berapi - api.
Eliana terperanjat.
"Kamu kaget? Saudaraku ada yang bekerja di St. Paul. Dia bercerita kalau kamu dipecat dari sana karena tinggal bersama laki - laki asing! Orang yang tak jelas jati dirinya, dia itu buronan. Sampah masyarakat!"
Wanita pemilik apartment itu berhenti sejenak, matanya menatap Eliana dari ujung kaki hingga ke ujung rambut dengan pandangan meremehkan.
"Cih, pantas saja dia tak bisa menunjukkan kartu identitasnya saat menyewa unit ini. Dia malah memakai kartu identitasmu sebagai jaminan." lanjutnya lagi
"Aku sudah bilang berkali - kali kalau Toni bukan orang seperti itu. Dia tak seperti yang dibicarakan oleh kalian, penghuni apartment ini." Eliana mencoba menyangkal.
"Aku tak percaya! Kamu boleh pilih, laki - laki itu yang pergi atau kamu ikut pergi juga. Aku sudah cukup bermurah hati padamu." Dada wanita itu naik turun dengan cepat karena terlalu emosi.
"Dia memanfaatkanmu, Eliana!" ucapnya lagi, sambil menudingkan telunjuknya ke hidung Eliana.
Tuduhan demi tuduhan yang terlontar terasa begitu keji di hati Eliana. Dia tak pernah terima setiap kali mendengar orang mengatakan hal buruk soal Toni.
"Kenapa kalian semua selalu menuduhnya tanpa bukti?" keluh Eliana sedih.
"Tanpa bukti bagaimana? Lihat saja sendiri kalau kamu pikir omonganku ini tanpa dasar."
PLUK!
Wanita itu melempar beberapa lembar foto ke wajah Eliana. Foto - foto itu merosot dari wajah Eliana dan jatuh ke lantai.
Eliana terpaku di tempatnya. Dari tempatnya berdiri terlihat jelas gambar - gambar Toni dengan 'sindikat-nya'. Lutut Elian benar - benar lemas, dia merosot dan duduk di lantai apartment. Matanya menatap kosong pada foto bergambar Toni dan gerombolannya di hadapannya.
"Kalau aku jadi kamu, aku akan lapor polisi! Aku tak mau sampai terjadi sesuatu yang buruk di apartment-ku jadi pastikan hari ini adalah hari terakhirnya disini." tegas Ibu Rebecca, tak mau lagi berbantah.
Eliana menarik napas dalam - dalam, dipungutinya satu per satu foto Toni dari lantai. Kemudian dengan sisa tenaga dan keyakinan yang ada di dalam dirinya, Eliana bangkit dan berdiri.
"Aku mengerti, Ibu Rebecca. Toni akan pergi dari sini. Toni dan aku akan keluar dari apartment ini. Kami akan pergi bukan karena diusir dari apartment."
Eliana berhenti sejenak untuk mengatur napasnya, dia melangkah mendekat dan menatap mata Ibu Rebecca lekat - lekat. "Aku pergi dari apartment ini karena aku percaya pada Toni."
Bersambung ya....
Note :
1. Capital Gain
Keuntungan yang didapatkan pemegang saham karena harga jual saham naik dibandingkan harga beli.
2. High risk high return adalah prinsip pengambilan keputusan dalam memilih berinvestasi pada instrumen yang menawarkan risiko tinggi sekaligus memiliki hasil yang relatif tinggi juga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nanda Lelo
keyakinan yg kuat y Eliana,, pertahankan 🤭
semoga Tony punya alasan yg kuat ttg semua ny itu
2022-11-02
1
oh... jam tangan
2022-11-01
1
kenzie
sabar eliana
2022-10-31
1