Bab 17

Setelah resmi menjadi nyonya Russel maka Nova tersenyum puas. Ayah dan ibunya memberikan restu dan selamat padanya.

Terutama ibunya, dia sangat senang karena Nova menjadi nyonya Russel. Dan dengan besarnya cinta Russel pada Nova, akan membuat apapun yang diinginkan oleh Nova pasti segera diwujudkan oleh suaminya, itu yang dipikirkan ibunya.

Ruth dan Nick langsung meninggalkan tempat itu tanpa memberikan selamat pada kedua mempelai. Nova melihat mereka sudah pergi dari tempat ini.

Abishe juga tidak terlihat disini. Russel menerima tamu, beberapa anggota keluarga dari mendiang ayah dan ibunya dan Nova diajak berbicara berdua saja oleh ibunya.

"Nova, kau sudah resmi menjadi nyonya dirumah ini. Maka bersikaplah seperti nyonya yang sesungguhnya. Jangan biarkan siapapun menganggap remeh dirimu," kata Ibunya sambil memegang tangan Nova.

Nova terperanjat dengan perhatian ibu tirinya. Nova mengangguk.

"Iya, Nova tahu, ada beberapa orang yang tidak suka dengan pernikahan ini dan bahkan ingin menggagalkannya," sahut Nova.

"Oh ya, bisakah ibu meminta sesuatu darimu,"

"Katakan saja ibu, jika bisa, maka akan aku berikan," kata Nova. Bagaimana pun meskipun Nyonya Banci adalah ibu tirinya. Tapi dia saat ini yang menemani ayahnya dan merawatnya saat ayahnya sakit, sementara Nova tidak ada dirumah karena tinggal dirumah suaminya.

"Permintaan ini sangat diluar dugaan. Ibu malu mengatakannya," kata Nyonya Nanci.

"Katakan saja ibu. Tidak papa," sahut Nova.

"Ibu ingin rumah yang baru yang lebih besar dan luas. Rumah kita yang lama sudah tua dan kuno. Kau adalah nyonya Russel sekarang. Tentu saja jika kalian pulang, maka ibu juga ingin kalian betah menginap dirumah kami," kata Ibu tirinya.

"Tapi ibu, rumah yang besar harganya sangat mahal, dan aku baru menikah. Apa nanti yang akan dipikirkan suamiku, jika aku memintanya," kata Nova terkejut dengan permintaan ibunya.

"Ya sudah lupakan saja. Aku tahu, meskipun kau sudah menjadi nyonya dirumah ini, sikapmu masih sama seperti sebelumnya. Jika begitu terus. Kau tidak akan mendapatkan apapun dari rumah ini. Orang lain akan menekan dirimu," kata Nyonya Nancy kesal.

"Tapi, jika membeli rumah yang baru, bukankah itu terlalu berlebihan ibu...." kata Nova bingung.

"Aku akan membelikannya. Rumah baru untuk kedua orang tuamu, kenapa tidak?" kata Russel yang tiba-tiba datang entah darimana.

Nova dan ibunya kaget lalu menoleh pada arah suara itu.

"Ohh, menantuku, ibu harus berbicara begitu pada istrimu, sebenarnya ibu tidak ingin mengatakannya," kata Nyonya Nanci pada Russel yang berdiri dibelakang Nova.

"Tidak papa ibu. Kau adalah ibuku sekarang. Dan aku adalah putramu. Maka kau akan pindah ke rumah yang baru, besok. Kalian bersiaplah. Hans akan datang dan menjemput kalian," kata Russel tersenyum pada ibu mertuanya.

"Ohh, terimakasih menantu. Kau sungguh pria yang bijaksana. Nova, kau beruntung punya seorang suami sebaik Russel. Didunia ini, pria sepertimu pasti sangat langka. Dan satu berbanding seribu," puji ibu mertuanya.

Russel lalu mengajak Nova beristirahat kekamarnya setelah para tamu berpamitan pulang

Sampai dikamar, Russel menggendong Nova keranjang. Dan hal itu membuat jantung Nova berdebar sangat kencang.

"Aku akan mewujudkan apapun yang menjadi keinginanmu. Mintalah padaku, apapun yang kau inginkan. Aku pasti akan memenuhinya," kata Russel menyentuh dagu Nova dengan lembut.

"Benarkah?" Nova terkejut dan memikirkan sebuah ide.

"Ya." jawab Russel.

"Kau berjanji akan memenuhi apapun keinginan ku?" tanya Nova ragu.

"Apapun keinginanmu, pasti akan aku penuhi," janji Russel pada Nova. Dengan janji yang diberikan maka akan membuat Russel tidak bisa menyentuh Nova. Karena Nova akan menagih janji yang baru saja diucapkan.

"Berjanjilah, kau tidak akan memaksaku untuk melakukan malam pertama. Karena aku belum siap," kata Nova dan membuat Russel terbelalak kaget.

Tapi apa dayanya, dia terlanjur berjanji pada Nova untuk memenuhi apapun permintaanya.

Dia terjebak pada janjinya sendiri.

Nova tertunduk. Russel hanya menatapnya dan tidak bisa berkata-kata lagi.

Tapi kemudian, Russel lalu memegang bahu Nova dan memeluknya.

"Tapi aku bisa memelukmu seperti ini bukan?" kata Russel tiba-tiba dan membuat Nova terperanjat karena tiba-tiba dipeluk seperti itu

"Iya," kata Nova mengangguk.

Russel masih memeluknya dan menggendong Nova. Lalu membaringkannya diatas kasur.

"Aku sabar menunggu hingga hari itu tiba dan kau siap melakukannya," kata Russel berbisik ke telinga Nova.

"Terimakasih...."

"Kau adalah istriku. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Jika kau berkata belum siap, maka aku pasti akan menunggu," kata Russel membelai rambut Nova.

"Aku minta maaf, kau harus menunggu dan aku belum bisa memberikan hakmu," kata Nova terbata.

"Tidak masalah," kata Russel lalu berbaring disamping istrinya.

*

*

Malam ini, Russel tertidur sangat lelap.

Nova melihat ada orang yang masuk kedalam kamarnya dan membawa pisau yang diarahkan ke badannya.

Orang itu memakai baju serba hitam. Dan berdiri dengan pisau siap ditanjapkan. Saat orang itu mengayunkan pisaunya, Nova menjerit ketakutan. Membuat Russel terbangun.

"Aaaaaaa" Nova berteriak sangat keras. Semua orang terbangun termasuk Russel. Nick, Ruth dan Abishe serta Hans juga datang dan mereka berdiri dikamar Russel.

"Kau tidak papa. Dahimu berkeringat," kata Russel lalu menuang air mineral disamping tempat tidurnya dan memberikannya pada Nova.

"Minumlah," Russel menatap Nova dengan rasa cemas dan khawatir.

"Apa yang terjadi? Kenapa berteriak?" tanya Russel sambil menyibakan rambut yang menutupi wajah Nova.

"Aku bermimpi ada yang akan membunuhku. Nyawaku berada dalam bahaya," kata Nova pada suaminya.

"Tenang. Ada aku disini. Kamu tidak perlu cemas. Tidak akan ada yang bisa menyakitimu selama ada aku disini," kata Russel menatap tajam wajah istrinya.

"Orang itu masuk kamar kita dan tangannya memegang pisau," kata Nova masih ketakutan meskipun itu hanya mimpi.

Entah kenapa dia merasa seakan memang ada yang terus memperhatikan gerak-gerik nya dan mencari kesempatan untuk membunuhnya.

"Sekarang tidurlah lagi. Aku akan menjagamu," kata Russel membaringkan Nova lagi.

Diluar kamar, nampak Ruth kesal karena jeritan Nova.

"Lihatlah, gadis miskin itu bahkan membuat kita terbangun tengah malam begini. Entah apa yang terjadi didalam hingga dia harus berteriak sekeras itu," kata Ruth lalu pergi.

Hans juga pergi, setelah memastikan jika tidak ada maling yang menyelinap.

Abishe mengejar Ruth dan masuk kedalam kamarnya.

"Kenapa kau masuk kekamarku?" tanya Ruth kaget melihat Abishe ikut masuk kedalam kamar.

Abishe lalu berjalan mendekati Ruth dan memeluknya. Ruth kaget karena saat ini tengah malam. Jika kakaknya melihat kelakukan Abishe maka pasti akan marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!