Bab 6

Russel dan Nova berada disebuah ruangan. Mereka nampak berpelukan dengan mesra. Nova berjanji dikehidupan kali ini, dia tidak akan berusaha lari dari Russel dan mengejar cinta Abishe, sampai bisa dibuktikan siapa yang berada dibalik kematiannya.

Russel melingkarkan kedua tangannya dipinggang Nova yang ramping. Memeluknya erat dan merasa nyaman berada disisi wanita yang dicintainya dengan sepenuh hati.

Nova awalnya ragu untuk memeluk Russel karena belum ada cinta didalam hatinya. Dia merasa masih seperti dua orang asing yang ditakdirkan bersama.

Tapi dengan tekad untuk mengungkapkan segalanya, dia lalu memeluk Russel dengan erat juga.

Russel kaget, Nova membalas pelukannya. Dan gadis yang awalnya menolaknya saat pertama kali dilamar olehnya, kini mulai membuka hati untuknya. Dia juga tidak peduli, jika ini sesaat atau akan abadi.

"Kau adalah gadis yang aku cintai saat pertama kali berjumpa. Aku merasa kau terlahir untuk bersamaku. Maafkan aku, aku terlalu posesif terhadapmu," kata Russel yang tidak memberikan kebebasan pada Nova bepergian tanpa pengawal.

"Apakah kau bahagia melihat aku dirumah saja seharian tanpa melakukan apapun?" tanya Nova menatap mata Russel.

"Selama kau selalu di sisiku maka aku sangat bahagia. Bagaimana denganmu?" tanya Russel balik.

"Aku tidak terbiasa hidup dalam pengawasan sepanjang hari. Dan itu sangat membuatku tidak nyaman. Bisakah aku tidak usah dikawal jika bepergian?" tanya Nova yang ingin pergi menemui Abishe dan mencarinya jika bisa.

"Tidak. Itu sangat berbahaya. Setelah orang tahu jika kau adalah tunanganku, maka orang jahat bisa menangkapmu dan meminta tebusan. Mereka mengincar uang," kata Russel.

"Jadi, tidak bisa?" tanya Nova.

"Untuk yang satu itu, aku terlalu khawatir dan takut kehilangan dirimu," kata Russel menatap dingin.

Tiba-tiba mata Russel melihat jari Nova yang polos saat menyibakkan rambut. Russel memegang jarinya.

"Dimana cincinnya?" tanya Russel pada Nova.

"Cincin, ada disini," Nova memperlihatkan jarinya pada Russel dan membuat dia sendiri juga terkejut saat menyadarinya.

"Ohh dimana cincinnya?" Nova bertanya pada dirinya sendiri dengan panik.

"Itu berlian asli, dan harganya sangat mahal. Kenapa bisa terlepas dari jariku?" Nova menjadi sangat panik dan ketakutan.

"Bukan masalah harganya. Ada cinta yang besar dalam cincin yang kau pakai itu," kata Russel dan itu adalah cincin pertunangan yang dia pesan khusus untuk Nova dengan cinta yang sangat besar. Dia berharap Nova sangat menyukainya dan menjaganya dengan baik.

Tapi baru satu hari, cincin itu sudah hilang. Bagaimana bisa sangat teledor dan tidak menghargai pemberiannya?

"Ingat sekali lagi dengan tenang, dimana kau menaruhnya?" tanya Russel.

"Tidak, aku tidak melepaskanya bahkan saat pergi ke kamar mandi. Tapi, dimana cincin itu? Kenapa bisa terlepas?" Nova masih panik dan ketakutan cincin itu benar-benar hilang.

"Coba duduk dan tenangkan dirimu. Ingat kembali terakhir kau memakainya. Harusnya kau tidak pernah melepasnya. Biarkan dia terus melekat dijarimu. Itu adalah cincin pertunangan kita, sebagai simbol jika kau dan aku terikat dalam satu hubungan yang istimewa," kata Russel agak kecewa.

"Maafkan aku. Aku benar-benar ceroboh. Kenapa aku bisa menghilangkan cincin semahal itu, bagaimana ini. Kenapa bisa hilang?" Nova lalu berjalan dengan cepat kekamarnya dan akan mencarinya disana.

Russel mengikutinya dibelakangnya. Dan terlihat panik juga.

Karena panik, Nova menabrak Ruth yang sedang membawa gelas berisi minuman.

Pyarr!

Gelas itu jatuh dan berserakan dilantai. Ruth menatap tajam pada Nova dan amarahnya benar-benar memuncak.

"Heh, kau jalan pakai mata! Kau tidak lihat aku sedang membawa minuman?"

"Maafkan aku. Aku sedang panik. Aku kehilangan cincinku," kata Nova.

"Apa?" Sekarang Ruth yang terbelalak.

"Heh, kau tahu harga cincin itu? Itu sangat mahal. Dan kau telah membuatnya hilang dalam sehari? Ohh, aku tidak percaya. Kau pasti sudah menyimpannya dan menyembunyikannya," kata Nova.

"Apa maksudmu?" Nova menatap Ruth bingung.

"Tidak usah pura-pura lugu. Kau tahu, kalau kakakku sangat kaya raya dan mencintaimu dengan buta. Dia akan membeli lagi untukmu. Dan kau memanfaatkan kebaikan dari kakakku. Karena dia kaya raya. Benarkan?"

"Hentikan ucapanmu Ruth. Kau sudah berkata tidak sopan pada calon kakak iparmu," kata Russel yang baru saja muncul setelah di stop oleh Hans tadi.

Nova lalu berlari kekamarnya dengan airmata dipipinya.

Seorang pelayan datang untuk membersihkan serpihan gelas yang baru saja pecah.

"Jangan berkata kasar pada kakak iparmu, cincin itu belum tentu hilang. Mungkin dia lupa menaruhnya dimana?" kata Russel menasehati adik tirinya.

"Huh, aku benci melihat kepolosannya itu. Dia sebenarnya hanya memanfaatkanmu saja. Tapi kau tidak akan bisa melihatnya, karena kau telah dibutakan oleh cinta," kata Ruth pada kakaknya lalu berlalu.

Russel hanya menarik nafas dalam lalu berjalan ke kamar Nova.

Saat berdiri dipintu, Russel melihat Nova sedang membuka semua laci dan kamar itu terlihat sangat berantakan.

"Tidak ada dimanapun. Lalu menghilang kemana?" Nova memegang keningnya dengan kedua tangannya. Merasa putus asa setelah mencari ke seluruh kamar dan tidak menemukan cincin pertunangan itu.

"Dimana? Diaman cincin itu menghilang? Aku harus menemukannya? Ohh ya, ibu, bukankah waktu itu, ibu ingin mencobanya, apakah belum dikembalikan padaku?" tanya Nova dan terdengar oleh Russel.

"Apa? Kau melepaskan cincin itu?" Russel nampak terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Nova.

"Ya, ibu ingin mencobanya. Melihat cincin begitu indah, dan ayahku tidak akan pernah sanggup membelikannya. Lalu ingin mencobanya. Jadi mungkin, masih ada bersama ibu," kata Nova penuh harap.

Russel memegang bahu Nova. Mereka duduk berhadapan. Russel menatap lekat dan dalam sampai ke hati Nova.

"Cincin itu adalah simbol cinta dan ikatan diantara kita, kau tidak boleh meminjamkannya pada sembarang orang," kata Russel pelan dan tegas.

"Maafkan aku. Dia adalah ibuku. Jadi aku meminjamkannya, semoga ibu menyimpannya," kata Nova membalas tatapan Russel.

Dalam hati Russel berharap kali ini apa yang dikatakan Nova benar. Ibunya akan mengembalikan cincin itu.

Sedangkan yang Russel tahu, ibunya sangatlah mata duitan. Begitu suka dengan harta dan bahkan sudah meminta uang padanya dalam jumlah besar.

Namun demi mendapatkan Nova, maka Russel tidak pernah memperhitungkan kalau soal uang.

Dan kali ini, semoga Nova mendapatkan kembali cincinnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!