Bab 9

Nova dan Russel masuk kedalam, ibunya akan membuatkan masakan yang enak untuk mereka berdua.

Nova yang ingin menyelidiki kejanggalan tentang hilangnya cincinya, terpaksa menyelinap ke kamar ibu tirinya.

Di kehidupan sebelumnya, tidak ada sedikitpun keraguan tentang kasih sayang ibunya yang tulus. Tapi dikehidupan sekarang, dia mulai mencurigai jika ada yang tidak beres.

Cincin itu, dia ingat benar jika dipinjamkan pada ibunya, tapi ibunya mengatakan sudah dikembalikan. Sedangkan seingat Nova, belum dikembalikan padanya.

Saat akan masuk malah bertabrakan dengan ayahnya yang baru saja akan keluar dari kamarnya.

"Nova,"

"Ohh aku mencari ayah," kata Nova mengalihkan tujuannya.

"Ada apa, masuklah," kata ayahnya karena mungkin putrinya akan berbicara secara pribadi dengannya. Russel menunggu diruang tamu.

"Ibu, membeli mobil baru dan perhiasan yang dipakai waktu itu, itu sangat mahal, apakah ayah mendapat bonus?" tanya Nova.

"Ohh itu, ayah juga terkejut saat tahu ibumu memiliki perhiasan mahal itu. Dan bahkan membeli mobil baru, kata ibumu dia baru saja dapat arisan jadi digunakan untuk membeli mobil itu,"

"Tapi, mobil itu harganya sangat mahal," kata Nova mulai bertambah kecurigaannya.

"Iya benar, memang ada apa? Seperti ada yang kau ingin katakan?" tanya ayahnya.

"Ohh tidak ayah, aku hanya terkejut saja. Mobil itu hanya dimiliki oleh kalangan menengah keatas. Aku kaget, ibu membelinya,"

"Nova, ayo kemari, kuenya sudah matang," kata ibu tirinya mencari Nova.

"Ibumu memanggilmu," kata ayahnya.

"Baiklah, saya akan kesana," kata Nova lalu keluar.

~Sepertinya tidak mungkin dengan uang arisan bisa membeli mobil semewah itu. Tapi ibu membuat ayah percaya, karena ayah sangat mencintainya dan menganggapnya wanita mulia setelah merawat aku sejak ibu tiada,~

~Entah bagaimana, ibu bisa tertabrak mobil sementara aku tidak. Aku juga tidak bisa ingat karena masih kecil. Dan dia adalah baby sitter dan pengasuhku yang akhirnya menjadi istri ayahku,~ Nova mulai mengingat beberapa kenangan masa lalunya.

Kenangan pahit itu kembali menggores luka dihatinya. Dia merasa sedih jika teringat bagaimana ibunya tiada di kecelakaan itu.

Dan beberapa bulan kemudian, dia mendapat ibu baru yang tidak lain adalah baby sitternya.

"Hai, kenapa melamun, apa yang mengganggumu?" tanya Russel melihat mimik wajah Nova.

"Ohh, tidak, aku hanya teringat ibuku yang sudah tiada, jika terkenang hal itu, aku jadi terbawa perasaan,"

"Ohh, ada beberapa kenangan pahit yang memang sulit untuk dilupakan. Aku juga mengalaminya. Dan aku sangat mengerti apa yang kau rasakan," kata Russel.

"Kau juga pernah mengalaminya?"

"Ya, sama seperti kau kehilangan ibumu, aku juga sedih kehilangan ayah dan ibuku," kata Russel.

"Kuenya sudah matang, ayo dicicipi, Ehh, ada apa dengan wajah kalian? Kalian terlihat sedang sedih? Apakah ada masalah?" tanya Nyonya Nancy.

"Ahh tidak, kami hanya terkenang beberapa kisah dimasa lalu,"

"Ohh itu, sebaiknya berusaha melupakan kenangan pahit yang terjadi dimasa lalu, ingatlah hanya yang indah saja, biar hati menjadi senang," kata Nancy melirik pada Nova.

"Mudah untuk mengatakannya, tapi sulit untuk dilakukan," kata Nova.

"Sekarang, jangan bahas itu lagi. Nanti kuenya keburu dingin, dimana ayahmu?" tanya Ibu tirinya pada Nova.

"Ehm, tadi ada dikamar," kata Nova.

"Baiklah, biar ibu kesana untuk memanggil ayahmu," kata Nyonya Nancy pada Nova.

Nyonya Nancy lalu berjalan kekamarnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat apa yang sedang dilakukan oleh suaminya.

Suaminya sedang memegang cincin milik Nova yang diberikan oleh Russel saat pertunangan.

"Ohh, kebetulan kau disini? Lihatlah ini. Aku menemukan cincin pertunangan Nova dilaci riasmu," kata suaminya masih dengan sikap tenang seakan itu suatu kebetulan.

"Ohh benarkah? Biar aku lihat," kata Nyonya Nancy segera mengunci pintu kamarnya agar pembicaraan itu tidak terdengar dari luar.

Nyonya Nancy mengambil cincin berlian satu krat itu dari tangan suaminya.

"Ohh, biar nanti ibu kembalikan pada Nova," kata Nyonya Nancy dan suaminya mengangguk setuju.

"Bagaimana cincin itu bisa ada dilaci riasmu. Bukankah Nova mencarinya sejak kemarin?"

"Ohh, perhiasanku sangat banyak, mungkin tercampur dan aku tidak memperhatikannya. Mana sempat aku berfikir bahwa Nova lupa jika menitipkannya padaku," kata Nyonya Nancy.

"Kalau begitu, masukkan kedalam kotaknya dan simpan baik-baik. Atau kau berikan pada Nova, dia sedang duduk didepan," kata suaminya.

"Ohh jangan sekarang. Jika ada suaminya dan cincin itu ada dikamar ibu, nanti akan terjadi kesalahpahaman. Biar ibu besok pergi kerumah Nova dan memberikan cincinya," ucap ibunya langsung menyimpan cincin itu dan mengunci lacinya.

"Ya sudah, terserah ibu saja. Tapi jangan sampai lupa. Jika hilang, itu harganya sangat mahal," ulang suaminya merasa cemas.

"Kau jangan khawatir, ibu akan menyimpannya baik-baik. Tidak usah cemas,"

"Ya sudah, papa akan menemui mereka," kata suaminya. Nyonya Nancy lalu memegang tangan suaminya.

"Sayang, jangan katakan apapun tentang cincin ini. Biar besok ibu yang mengembalikannya," ucap istrinya.

"Ya," suaminya lalu keluar.

Nancy duduk didepan meja rias dan menatap wajahnya sendiri.

"Sial! Bagaimana bisa sampai ketahuan? Lagian apasih yang dicari Will sampai membuka laci disaku segala. Jika dia curiga padaku, itu tidak mungkin. Sikapnya terlihat tenang. Apapun alasannya. Sudah ketahuan jika aku menyimpan cincin berlian itu. Dan mengembalikannya pada Nova, untuk apa? Besok aku akan mencari cara agar cincin itu tetap berada di tanganku. Tidak rela aku memberikan itu pada Nova. Apa salahnya jika aku juga memilikinya?" kata Nyonya Nancy pada pantulan dirinya di cermin.

"Dia juga sudah dibelikan yang baru oleh suaminya. Yang ini, buatku saja,huh!"

Nyonya Nancy lalu keluar dan berpura-pura tersenyum manis pada Nova dan Russel.

"Ibu, kamu lama sekali, kuenya sudah hampir habis oleh kami," kata Russel.

"Ohh tidak papa, makan saja. Ibu bisa membuatnya lain kali," kata Nyonya Nancy dengan manis.

Nova menatap sesuatu dari wajah ibunya.

~Apq yang ibu sembunyikan? Kenapa ibu dan ayah berbicara lama sekali? Dan wajah ibu kenapa sangat gelisah? Sedangkan ayah? Seperti ingin mengatakan sesuatu, ah, sebaiknya aku tanyakan pada ayah," kata Nova dalam hati.

"Aku mau bikin kopi, aku sangat mengantuk. Ayah, mau aku bikinkan sekalian?" tanya Nova.

"Ohh ya, ayah juga mengantuk," sahut ayahnya.

Nova lalu berjalan ke dapur dan akan membuat kopi. Dia lalu memanggil ayahnya.

"Ayah kemarilah, aku ingin tanya kopi yang mana yang kau suka," kata Nova pura-pura.

Tuan Will lalu masuk kedapur.

"Ini, ayah suka yang ini," kata Tuan Will.

"Ayah, aku lihat wajah ibu gelisah, apa ada masalah?" tanya Nova pada ayahnya dan membuat kopi hanyalah alasan saja agar bisa berbicara berdua saja dengan ayahnya.

Saat ayahnya akan menyahut, ibunya sudah berdiri dipintu dapur.

"Sayang, jangan membuat Nova cemas dengan masalah kita, kemarilah, biarkan dia menyelesaikan membuat kopi, Ohh ya Nova, cepatlah, suamimu sudah tidak sabar ingin meminum kopi buatanmu," kata Nyonya Nancy.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!