Bab 7

Nova pergi kerumah ibunya ditemani oleh Hans. Dia awalnya akan pergi sendiri tapi Russel menolak permintaan nya dan menyuruh Hans menemaninya.

Ada semacam rasa khawatir dalam diri Russel jika Nova mungkin saja lari dari rumahnya dan meninggalkannya. Dia tidak ingin kehilangan orang yang dia cintai. Begitulah cara Russel menjaga Nova, membatasi ruang geraknya dan selalu dalam pengawasan anak buahnya.

"Hans, kau tunggulah disini. Biar aku masuk sendiri menemui ibu," kata Nova.

Hans lalu mengangguk.

Didalam kamar, ibunya menyimpan cincin milik Nova. Berulang kali dia melihat dan memperhatikannya, bibirnya tersenyum dan akan dia bawa ke acara arisan untuk diperlihatkan pada semuanya nya. Pasti mereka akan terkejut, karena dia memiliki cincin berlian secantik ini.

"Aku tidak akan memberikannya padamu. Cincin ini terlalu indah, dan hanya aku yang pantas memilikinya. Jika sudah jatuh ke tanganku, kenapa aku harus melepaskannya?' kata Nyonya Nancy berbicara sendirian.

"Ibu," Nova berdiri dipintu.

Nyonya Nancy segera menyimpan cincin itu.

"Ohh, kau datang pagi-pagi sekali, ada apa?" tanya Nyonya Nancy membalikkan badannya.

"Apakah ibu masih menyimpan cincin pertunangan ku?" tanya Nova.

"Cincin?" Sesaat berfikir keras, dan lalu menemukan alasannya.

"Tidak, ibu sudah memberikannya padamu,"

"Tapi, cincin itu hilang, aku sudah mencarinya kemana-mana, dan tidak ada. Bukankah tadi malam, ibu meminjamnya?"

"Ibu sudah memberikannya padamu, mungkin kau lupa menaruhnya. Coba kau cari lagi dirumahmu. Atau, jangan-jangan ada yang mengambilnya. Saudara iparmu, terlihat tidak suka padamu. Mungkin dia yang menyembunyikannya,"

"Sepertinya tidak ibu, dia tidak mungkin melakukan itu," kata Nova.

"Apakah kau sedang menuduh ibu yang menyembunyikannya? Kau bilang iparmu tidak mungkin melakukannya, tapi kau kemari, untuk bertanya pada ibu, cari saja dan geledah kamar ibu, baru beberapa hari disana kau sudah berubah, kau tidak percaya pada ibumu ini, hiks hiks," Nyonya Nancy menangis tersedu-sedu dihadapan Nova.

Nova lalu mendekat dan memeluknya.

"Maafkan Nova jika ibu tersinggung. Nova benar-benar bingung karena cincin semahal itu bisa hilang," kata Nova menatap ibunya dengan rasa sedih dan tidak tega melihat air mata ibunya.

"Tidak papa. Memang sudah wajar jika anak perempuan tinggal dirumah suaminya. Dia menjadi condong kesana. Dia harus menjaga kehormatan keluarga suaminya. Tapi, aku ingatkan padamu Nova. Kau harus tetap hati-hati dengan kedua iparmu itu," kata Nyonya Nancy pada Nova.

Nyonya Nancy berbicara seolah cincinnya dicuri oleh Ruth, dan mengatakan jika Nova menutupi keburukan Ruth.

"Ya sudah jika cincin itu tidak bersama ibu. Saya pamit harus segera pulang. Russel menunggu saya dan saya harus segera kembali,"

"apakah kau datang sendiri?" tanya Nyonya Nancy.

"Tidak, Hans menemaniku," kata Nova lalu pergi.

Sampai diluar bertemu dengan Hans.

"Bagaimana? Apakah Nona menemukan cincin itu?" tanya Hans tidak sabar ingin tahu jawabannya.

"Tidak. Ibu tidak menyimpannya,"

"Tuan Muda Russel pasti sangat kecewa karena cincin pertunangan kalian hilang," kata Hans.

"Aku menyesal melepaskannya. Sekarang tidak ada dimanapun. Apa yang harus aku lakukan Hans?"

"Kita pulang, katakan saja jika memang tidak ditemukan," kata Hans.

Saat mereka akan keluar, mereka berpapasan dengan ayah Nova.

"Hai, putriku datang, tidak masuk dulu?" tanya ayahnya yang baru saja jalan pagi.

"Tidak ayah, aku sangat buru-buru. Lain kali akan datang dan ngobrol dengan ayah," kata Nova.

"Ya sudah, jika begitu,"

"Kami pamit yah," kata Nova lalu masuk mobil bersama Hans.

Didalam mobil, Nova terus memikirkan bagaimana cincin itu bisa hilang. Seingatnya terakhir kali ibunya yang memegangnya. Apakah mungkin Ruth merebutnya dari ibu lalu menyembunyikannya? Ruth adik iparnya memang terlihat jelas jika tidak menyukainya.

Sampai dirumah, Russel, Ruth dan Nick sedang ada diruang tamu menunggunya.

"Bagaimana? Apakah cincin itu ada bersama ibumu?" tanya Russel.

"Tidak. Ibu tidak menyimpannya. Cincin itu benar-benar hilang," kata Nova putus asa.

"Sudah ku duga, Anak dan ibu bekerja sama untuk menjadi kaya," celetuk Ruth.

"Cincin yang dipakai baru sehari bisa hilang? Mungkin harta kita juga akan hilang jika dia terus berada disini," celetuk Nick.

"Tutup mulut kalian. Berbicaralah yang sopan didepan kakak iparmu? Dia akan segera menjadi istriku dan kalian harus menghormatinya. Minta maaf padanya, dan jangan ulangi lagi, didepanku berbicara seperti itu," kata Russel.

Nova diam saja. Dan Ruth bertatapan dengan Nick dengan marah dan kesal.

"Bagus, meskipun salah tetap dibela, jika terus seperti ini. Dia akan besar kepala dan menjadi angkuh," kata Ruth geram pada kakaknya.

"Kakak ipar kalian sedang kehilangan cincinnya. Bukannya membantu malah membuatnya semakin sedih. Jika tidak ada hal lain, bantulah mencari cincin itu?"

"Hahahaha, kakak, kau sungguh tidak mengerti tujuannya dayang kemari? Cincin biru tidak akan pernah ditemukan disini. Pasti sudah berpindah kerumahnya. Aku yakinkan itu," kata Ruth melenggang pergi.

"Maaf kakak ipar, aku tahu apa yang kau pikirkan," Ruth pergi dengan berbicara sinis pada Nova.

Nick sudah menghilang dari tempat itu. Russel menatap Nova yang meremas jarinya karena cemas.

"Sudah, jika memang tidak ketemu. Tidak usah mencarinya lagi. Besok, aku akan memesan cincin yang sama lagi untukmu," kata Russel memegang bahu Nova.

Nova tertunduk kelantai merasa bersalah tidak bisa menjaga pemberian dari Russel.

"Maafkan aku. Meskipun diganti yang baru, aku tetap merasa sedih. Aku tidak bisa menjaga cincin itu dengan baik," kata Nova.

"Karena sudah hilang, maka mau bagaimana lagi. Disesali juga tidak berguna, tapi, kau harus memakai cincin itu sebagai tanda kau milikku. Aku akan memesan lagi untukmu,"

"Russel....maafkan aku. Kali ini ,aku akan menjaganya dengan baik," kata Nova dan Russel mengangguk.

Hans merasa lega karena Russel berbesar hati untuk memaafkan kesalahan Nova.

Setelah Nova berada dikamarnya, Russel bertemu dengan Hans.

"Bagaimana, tentang racun itu?" tanya Russel.

"Ya, aku sudah menyelidikinya, Ternyata ada sidik jari Tuan Nick digelar yang berisi racun itu," kata Hans berbisik.

"Tapi, bagaimana mungkin. Kenapa jika dia yang menaruh racun itu. Justru dia sendiri yang meminumnya," kata Russel bingung.

"Itulah yang saya tidak mengerti. Atau, mungkinkah racun itu ditujukan untuk orang lain?" tanya Hans yang menduga Nick akan meracuni Russel.

Russel mengangguk lalu pergi mencari Nick yang baru saja kembali dari rumah sakit.

Nick memang sangat ingin menggantikan Russel memimpin semua perusahaan. Tapi karena kemampuannya yang belum semahir Russel, maka ayahnya tidak mempercayainya.

Mereka berpapasan ditangga.

"Ikut aku. Ada yang harus kita bicarakan," kata Russel pada Nick.

"Masalah cincin itu? Jika itu yang akan kau bicarakan, maaf, aku tidak punya waktu," sahut Nick.

"Ikutlah, nanti kau akan tahu," kata Russel tegas.

"Kau keracunan saat minum di pesta kemarin," kata Russel menatap Nick.

"Aku tahu. Untung saja aku tidak mati. Lalu kenapa kau tidak menghukum orang yang sudah meracuniku? Apakah kau juga ingin aku mati, lalu kau akan senang karena memiliki semua harta ini sendirian?" kata Nick dengan merendahkan.

"Hilangkan pikiran buruk itu dari otakmu. Aku hanya ingin tahu bagaimana ada sidik jarimu digelas itu? Apakah kau atau orang lain yang menaruh racun pada minuman itu?"

"Ohh, hebat! Aku yang hampir mati keracunan. Tapi aku juga yang dituduh menaruh racun didalamnya. Apakah kau gila? Kau pikir aku akan membunuh diriku sendiri?" Nick menjadi geram.

"Itulah yang membuatku bingung. Kau keracunan dan Hans membuktikan jika hanya ada sidik jarimu diminumkan itu," kata Russel.

"Pasti wanita itu yang meracuniku. Siapa lagi dirumah ini yang akan melakukan hal itu selain dia? Tapi, kau lebih percaya orang asing itu dibanding keluarga sendiri? Sudahlah. Percuma aku bicara denganmu!" Nick lalu pergi.

Russel hanya terdiam dan menatap Nick yang menghilang dengan cepat.

"Siapa yang menyimpan racun itu? Dan siapa yang ingin di habisi?"

Russel memikirkan hal itu sambil memasukkan kedua tanganya dikedua saku celananya dan berjalan menatap keluar melalui jendela. Seakan ingin menghilangkan penat dan kegelisahan didalam hatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!