Russel berbicara dengan Hans didalam kamarnya. Hans berdiri didepannya dan menatap penuh hormat pada bosnya.
"Aku jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Dan kau harus terus menjaganya untukku. Jangan sampai dia terluka sedikitpun," kata Russel pada Hans.
"Saya akan terus menjaganya untuk anda. Hari ini, nona Nova akan menemui ibunya. Dan kita akan membawa uang untuknya," kata Hans.
"Jangan sampai Nova tahu hal ini. Dia akan tersinggung jika tahu semua ini. Aku sudah mendapatkan sedikit perhatian darinya. Aku tidak mau rusak saat dia melihat kau memberikan uang pada ibunya," kata Russel.
"Saya akan melakukanya dengan sangat hati-hati," kata Hans.
"Jika nona Nova tahu, dia pasti akan sedih dan kecewa," kata Hans menatap Tuan Muda Russel.
"Karena itulah. Jangan sampai dia tahu hal ini. Aku tidak mau melihat dia sedih dan kecewa. Aku hanya ingin melihat dia tersenyum setiap saat," kata Russel pada Hans, asisten pribadinya.
"Jika saja dia mau aku temani, tapi sayangnya dia ingin pergi sendiri," kata Russel menatap keluar jendela.
Tiba-tiba, pintu diketuk dari luar.
"Pak Hans, Nona Nova sudah siap,"
"Baiklah, terimakasih," Hans lalu melihat sekali kearah Russel. Russel mengangguk pelan dan tegas.
Hans berjalan keluar, di ruang tamu, Nova sudah menunggunya. Dia sangat merindukan ibunya dan ayahnya. Setelah beberapa hari tinggal di rumah calon suaminya, dia merindukan rumahnya.
Hans membukakan pintu untuk Nova. Begitu turun, Nova langsung berlari kearah ayahnya yang berdiri dipintu. Memeluknya erat, dan berharap hari ini waktu berjalan dengan lambat.
"Ayah, aku sangat merindukanmu,"
"Ayah juga, kau begitu cepat dewasa. Sepertinya baru kemarin ayah menggendongmu," sahut ayahnya.
"Setelah dewasa kenapa harus tinggal jauh darimu," kata Nova.
"Karena semua perempuan yang menikah akan tinggal dengan suaminya," kata ayahnya.
"Aku ingin tinggal denganmu saja. Tidak menikah, disana tidak enak. Seperti rumah hantu," kata Nova berbisik agar tidak terdengar oleh Hans.
"Kau akan terbiasa setelah beberapa bulan tinggal disana. Saat pergi ke tempat baru, hal biasa jika kau merasa tidak betah," sambung ayahnya.
Ibunya nampak masuk lebih dulu membawa koper dari Hans.
"Dimana ibumu? Tadi disini," kata ayahnya.
"Aku akan menemui ibu," kata Nova lalu masuk kedalam rumah. Ayahnya berbicara dengan Hans.
Sampai didepan pintu yang tidak tertutup rapat. Nova menghentikan langkahnya. Penasaran dengan apa yang sedang dilihat oleh ibunya.
Sayangnya, ibunya duduk memunggunginya. Nova tidak melihat apa yang dia lakukan.
Tok, tok tok....
"Ibu," Nova memanggil ibunya.
Ibunya kaget dan segera menutup koper itu mendengar suara Nova diluar.
Dengan cepat bangun dan menyimpannya dibawah selimut. Nova sudah masuk dan berdiri didalam.
"Ayo kita keluar, kita berbicara diluar saja," kata ibunya mengajak Nova keluar.
Nova penasaran dengan apa yang disembunyikan ibunya dibawah selimut.
"Baiklah," Tapi Nova tetap pergi keluar dan mengikuti ibunya.
Sampai diruang tamu. Nova berpikir bagaimana dia bisa masuk kedalam kamar dan melihat hal yang mencurigakan.
Dikehidupan sebelumnya, dia sangat mencintai dan mempercayai ibu tirinya. Dan setelah semua yang dia alami, dia mencurigai semua orang kecuali ayahnya.
"Bu, bisa buatkan Nova kue seperti yang sering ibu buat, Nova akan membawanya kerumah Tuan Muda Russel," kata Nova beralasan agar ibunya sibuk dan dia bisa pergi ke kamarnya.
"Baiklah," kata ibunya yang tidak ingin Nova curiga dengan apa yang sudah dilakukannya.
Hans berjalan mendekati Nova. Dan berbicara padanya.
"Dua jam lagi kita akan kembali nona," kata Hans mengingatkan.
"Tentu, baiklah,"
Setelah ibunya kedapur, Nova segera naik keatas dan masuk perlahan ke kamar ibunya. Dia berjalan keranjang perlahan-lahan.
Menoleh kanan kiri dan setelah merasa aman, dia lalu menarik selimut itu. Dan benar saja, koper yang dibawa Hans ada disana.
Dan saat akan membuka isinya tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Nova segera masuk ke kolong tempat tidur.
Ibunya masuk lalu menutup pintu rapat. Melihat keranjang, dan selimut itu sudah terbuka separo. Kopernya sedikit terlihat.
"Untunglah aku segera ingat jika belum menyimpannya dengan baik," kata ibunya lalu menyimpan koper itu ke dalam lemari dan menguncinya.
Nova masih mengintip dari dalam kolong tempat tidur.
Tap tap tap.
Ibunya pergi keluar kamar dan akan menyelesaikan dalam membuat kue. Nova keluar dan mendekati lemari.
Tapi lemari itu dikunci dan kuncinya dibawa oleh ibunya.
"Apa isinya? Aku sangat penasaran. Tapi aku tidak bisa membukanya. Kuncinya dibawa oleh ibu," Nova lalu keluar dari kamar setelah tidak berhasil melihat isinya.
Kembali duduk dan melihat jam ditanganya. Memikirkan apa yang dibawa Hans untuk ibunya.
"Apakah itu berusia uang? Apakah ibu menerima suap dari pernikahan ini? Atau ibu memaksa Tuan Muda Russel memberikan sejumlah uang?"
"Sayangnya aku belum melihat isinya," kata Nova dalam hati.
"Nona, sekarang sebaiknya kita pulang, Tuan Muda Russel sudah menunggumu," kata Hans mendekat.
Ibu juga baru saja keluar dari dapur.
"Ini kuenya. Nanti berikan sedikit pada Tuan Muda, dia pasti suka," kata ibu tirinya.
"Baik Nyonya, kami permisi," kata Hans membawa kue itu dan mengajak Nova kembali kerumah.
*
*
Sampai dirumah, Nova melihat ekspresi Russel. Dia terlihat biasa saja dan tidak terlihat mencurigakan.
"Aku membawa kue untukmu, ini ibu yang membuatnya," kata Nova lalu mereka duduk.
Hans lalu pamit dan keluar sebentar. Nick dan Ruth keluar untuk melihat kakak dan calon iparnya.
Mereka berdua menurunkan ujung bibirnya meremehkan dan tidak suka melihat mereka berdua.
"Kemarilah, ibu membuat kue dan ini rasanya sangat enak. Aku akan memotongnya untuk kalian," kata Nova.
"Tidak! Kami tidak ingin makan apapun dari keluargamu. Kami tidak ingin terpengaruh juga oleh sihir yang dilakukan keluargamu," kata Ruth pedas.
"Sihir? Apa maksud kalian?" Nova mendadak kaget dan bingung.
"Tidak usah berpura-pura. Kami tahu tujuanmu datang kemari. Apalagi kalau bukan demi harta kami," kata Ruth dan membuat Russel meradang.
"Jangan berbicara seperti itu pada calon kakak iparmu. Bersikaplah dan berbicaralah yang sopan," kata Russel geram.
"Sopan? Kesopanan hanya dimiliki oleh keluarga konglomerat. Dan keluarga biasa tidak akan paham," kata Ruth sambil berlalu.
"Ruth, jaga bicaramu," kata Russel dan Nova menahan Russel yang akan berdiri dengan marah.
"Jangan mengejarnya. Dia hanya butuh waktu untuk mengenalku. Kau bilang hubungan kalian tidak sedekat dulu. Dia hanya melampiaskan rasa kecewanya pada hubungan dirumah ini," Akhirnya Russel duduk kembali.
"Lihatlah, jika sang putri sudah berbicara, maka kakak tiri ku langsung menurut padanya, apa lagi jika bukan sihir," kata Nick lalu berlalu juga.
"Nick! Aku tidak bisa membiarkan kalian terus menghina calon istriku," kata Russel berdiri.
"Ohh, jadi kakak tiriku sekarang akan melawan keluarganya demi orang asing ini? Bagus. Sihirnya mulai bekerja," Nick segera berlalu.
Russel akan mengejarnya tapi Nova menahan lengannya.
"Jangan, kau hanya akan membuat suasana menjadi lebih buruk jika melayaninya, aku tidak papa," kata Nova yang mulai yakin jika kedua adik tirinya pasti punya hubungan dengan kecelakaan yang menimpanya dimasa lalu.
Dia semakin yakin setelah melihat kebencian dari sikap yang mereka tunjukkan.
"Baiklah, karena kau aku mengampuni mereka. Mereka sudah keterlaluan!" Russel menjadi kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments