Bab 18. Diantara dua cinta

Merindukan dirimu terasa lebih sulit dari ketika kita mengerjakan soal yang paling sulit disekolah.

Saat ini Bintang dan Moza sudah berada di sebuah restoran siap saji di dalam mall itu, Moza masih merasa bingung karena tadi Bintang langsung menariknya keluar dari toko buku padahal mereka belum membeli buku satupun.

"Bi, Lo kenapa sih? Tadi di toko buku main pergi begitu aja, padahal kita belum beli apapun," Moza bertanya pada Bintang yang saat ini diam saja seperti sedang memikirkan sesuatu. Bahkan gadis itu tidak mendengarkan Moza yang sedang berbicara.

"Bi ..." Moza menggoyangkan tangannya didepan wajahnya Bintang, membuat Bintang pun tersadar dari lamunannya.

"Iya, Za? Lo ngomong sesuatu?" Bintang tampaknya memang tidak mendengarkan apa yang Moza katakan karena dia kembali menanyakan apa yang Moza katakan.

"Astaga Bintang, jadi Lo gak denger apa yang gue ngomongin?" Moza tampak kesal mukanya cemberut tapi Bintang malah menertawakan sahabatnya itu bukannya merasa bersalah.

"Maaf yah Moza sayang, abis tadi gue tuh lagi kesal banget, tadi pas di toko buku gue ketemu sama Kafka, dia sok akrab gitu bikin bad mood aja," Bintang terlihat sangat kesal saat berbicara.

"Oh, jadi itu alasannya kenapa Lo main narik gue kek tadi." Moza mengangguk mengerti.

Kini Bintang dan Moza sudah berada didalam mobilnya Bintang, mereka akan segera pulang kerumah mereka masing-masing setelah mereka selesai berbelanja.

Mobil Bintang berhenti didepan rumahnya Moza, dan Moza pun turun dari mobil Bintang, sebelum dia masuk kedalam rumah dia mengungkapkan terimakasih karena Bintang sudah membayarkan belanjaannya.

"Bi, makasih ya udah bayarin," ucap Moza dengan senyum tulusnya.

"Makasih juga udah nemenin gue belanja," balas Bintang dan juga tersenyum kepada sahabatnya itu.

Bintang pun pergi dari rumah Moza dan setelah mobil Bintang hilang dari pandangannya Moza pun masuk kedalam rumah.

Saat ini Bintang sudah berada didalam kamarnya, dia sedang mengerjakan tugas sekolahnya, dan tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

Bintang mengecek siapa yang mengirimkan dia pesan, dan rupanya itu pesan dari nomor yang tak dikenal.

0819xxxxxxxx

Malam Bi, kamu lagi apa, besok gue jemput kesekolah yah, kita berangkat bareng.

Kafka

Bintang membuang nafas kasar saat tau siapa pengirim pesan itu.

"Apa sih maunya nih anak, lagian dia dapat nomor gue darimana, siapa juga yang mau berangkat bareng dia," Bintang mengumpat sendiri didalam kamarnya.

Dia kemudian mengirimkan pesan balasan kepada Kafka dan segera memblokir nomor itu.

*Gak sudi gue berangkat sama kamu, dan jangan berani datang untuk menjemput gue karena besok gue udah janjian sama Antariksa.

Bintang*

Kafka merasa sangat kecewa setelah mendapat balasan pesan dari Bintang, dia hendak membalas pesan Bintang tapi rupanya gadis itu sudah memblokir nomornya.

Disaat dirinya sedang merasa kesal dengan pesan dari Kafka ponselnya kembali berbunyi dan ternyata itu adalah panggilan telepon dari pria yang sudah meluluhkan hatinya.

Tak perlu menunggu lama Bintang langsung menjawab panggilan telepon itu.

"Hallo ..."

"Hallo juga sayangnya Antariksa."

"Udah jago ngegombal, belajar darimana?" Bintang pura-pura memarahi kekasihnya itu, tapi pada kenyataannya saat ini Bintang merasa begitu berbunga-bunga dan wajahnya juga memanas.

"Buat Bintang miliknya Antariksa apa sih yang gak," Antariksa kembali mengucapkan kata-kata manisnya.

Dan semua perkataan pria itu berhasil merubah mood Bintang menjadi baik lagi.

Malam itu keduanya menghabiskan waktu dengan saling mengobrol lewat telepon, dan sesekali Antariksa menggoda Bintang dengan gombalannya yang membuat Bintang tertawa terbahak-bahak.

Disaat Bintang dan Antariksa sedang bahagia dikamarnya Kafka malah sedang duduk merenung di balkon kamarnya.

"Entah kapan Bintang akan kembali seperti dulu lagi, aku merindukan kamu Bintang, aku rindu Bintang yang begitu lembut dan selalu merengek manja kepada ku,"

Keesokan harinya Antariksa sudah berada didepan rumahnya Bintang, kali ini dia tidak mengendarai mobilnya tapi dia membawa motornya untuk menjemput Bintang.

Bintang yang sudah mengetahui kedatangan kekasihnya itu langsung berlari keluar dari kamarnya, hal itu disaksikan oleh papanya Bintang sehingga dia mendapatkan omelan dari papanya.

"Bintang jangan lari-lari seperti itu, nanti kamu bisa jatuh, sarapan dulu baru berangkat ke sekolah," ucap papa Bintang dengan wajah khawatirnya.

Bintang tidak berani untuk membantah papanya, dia mendekati meja makan dan langsung meneguk susu yang sudah dibuatkan oleh mamanya dan setelah itu dia kembali berlari keluar dari rumah setelah dia berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Ma ... Pa ... Bintang berangkat yah, jangan lupa uang jajannya di transfer aja yah papa ku tersayang," teriak Bintang dari depan pintu sebelum dia keluar dari rumahnya.

"Astaga Mama itu anak siapa sih, minta jajannya bukan dengan merayu papa atau yang bagus-bagus gitu, itu malah teriak-teriak seperti tukang sayur yang nagih belanjaan," papanya Bintang protes kepada istrinya dan hanya ditanggapi oleh istrinya dengan senyuman.

...****************...

"Tumben kakak jemput Bintang pake motor, mobilnya kemana? Lagi diservis yah?" Bintang yang dijemput Antariksa menggunakan motor merasa heran.

"Mobilnya ada kok dirumah, aku jemput pake motor biar lebih romantis lagi kalo boncengan pake motor," ucap Antariksa yang membuat Bintang menjadi malu dan dia merasa pipinya saat ini sudah memanas.

"Naik yuk, nanti telat lagi kesekolah." Antariksa menyerahkan helm yang dia bawah kepada Bintang.

Bintang pun segera duduk di belakang Antariksa dan dia melingkarkan tangannya di pinggang pria itu, Antariksa tersenyum sambil menatap tangan Bintang yang sudah memeluk dirinya, dia pun segera menjalankan motornya.

Saat mereka tiba disekolah keduanya menjadi bahan perhatian para siswa disekolah itu, bahkan Veena yang juga menaruh hati kepada Antariksa merasa sangat kesal melihat kemesraan dua sejoli itu.

Antariksa sudah memarkirkan motornya diparkiran, dan Bintang pun turun dari motornya Antariksa.

Bintang hendak melepaskan helm yang dipakainya tapi Antariksa segera mengambil alih, dia membukakan helm Bintang dan memperbaiki rambut gadisnya itu yang berantakan, dan semua perlakuan Antariksa kepada Bintang itu ternyata dilihat oleh Kafka.

Kafka merasa sangat cemburu dan juga marah, seharusnya saat ini dia yang berada diposisi itu bukan Antariksa, dia bahkan mengepalkan tangannya saking marahnya dia.

Veena menyadari kemarahan Kafka itu, dan gadis itu tersenyum licik saat melihat itu.

"Rupanya ada cinta tak terbalas nih dalam hubungan mereka, kayaknya ini kesempatan yang bagus buat gue," gumam Veena pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Bintang dan Antariksa pun berjalan menuju ke dalam kelas mereka masing-masing sambil berpegangan tangan, dan sebelum pergi ke kelasnya Antariksa terlebih dahulu mengantarkan Bintang ke kelasnya.

Dan saat mereka sampai didepan pintu kelasnya Bintang, keduanya bertemu Kafka yang hendak keluar dari kelas, kedua pria itu saling menatap satu sama lainnya, tatapan penuh dengan ketidaksukaan. Sementara itu Bintang malah khawatir kalau nanti kedua pria itu akan kembali berkelahi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!