Manusia hanya bisa berharap tapi Tuhan yang memutuskan.
Sepulang sekolah Antariksa melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit Bintang Harapan untuk menemui seorang Dokter, yang saat ini menjadi Dokter yang menangani tentang penyakit yang ada pada dirinya.
Mobil Antariksa kini sudah tiba di rumah sakit tujuannya, bersamaan dengan itu sebuah mobil sport warna pink juga masuk ke area parkir rumah sakit itu.
Setelah memarkirkan mobilnya Antariksa pun berjalan memasuki rumah sakit itu, Bintang yang baru saja keluar dari mobilnya melihat Antariksa yang masuk kedalam rumah sakit.
"Ngapain tuh cowo datang kesini, mungkin aja mau jenguk keluarganya yang lagi sakit," Bintang berbicara dalam hati, dan dia juga langsung masuk kedalam rumah sakit itu, untuk menemui ibunya yang ternyata salah satu dokter di rumah sakit itu.
Saat Bintang hampir sampai di ruangan ibunya, mata Bintang tak sengaja kembali melihat sosok Antariksa yang saat ini pergi ke tujuan yang sama dengan dirinya.
"Ngapain dia pergi menemui mama? apa dia lagi sakit?" Alis Bintang berkerut merasa heran dengan apa yang dilihatnya, tapi dia segera menepis pemikirannya itu.
"Lagian kenapa juga gue perduli dengan dia." Bintang menggelengkan kepalanya dan duduk di kursi tunggu dekat dengan ruangan ibunya, dia pun mengambil ponselnya dan sibuk mengotak-atik ponselnya.
Sementara itu didalam ruangan Dokter, Antariksa sedang berkonsultasi dengan Dokter Sarah ibunya Bintang.
"Jadi Dok, apa penyakit saya sudah semakin parah?" Antariksa bertanya penuh harap.
"Antariksa, saya sarankan kamu terus terang kepada orangtuamu, karena itu bukan penyakit sembarangan, Leukemia penyakit yang berbahaya, orangtuamu wajib tau tentang ini, lagipula kalau mereka tau nanti, mereka bisa membantu dirimu untuk mencari pendonor sum-sum tulang belakang, Nak." Dokter Sarah membujuk Antariksa, karena selama ini Antariksa merahasiakan tentang penyakit yang dia rasakan dari kedua orangtuanya.
Sarah tak pernah berpikir seberapa kuat Antariksa mampu menjalani semua ini sendiri, apalagi disaat penyakitnya kambuh dan itu pasti sangat menyakitkan.
"Bila waktunya tiba pasti mereka akan tau, Dok." Antariksa tetap terlihat tenang.
Sarah hanya bisa menarik nafas pasrah, dia tak bisa memaksakan Antariksa, dia hanya bisa memberikan pendapat, dan semua keputusan ada ditangan Antariksa.
Setelah selesai berkonsultasi dengan dokter, Antariksa pun pergi meninggalkan ruangan dokter itu, tapi dirinya dikejutkan dengan sebuah pemandangan saat dirinya keluar.
Seorang gadis yang sedang tertidur di kursi tunggu, wajah gadis itu yang terlihat tenang, tak seperti dirinya yang saat dikantin sekolah tadi.
Hal itu membuat Antariksa mendekati gadis itu, saat tangganya hendak menyentuh pipi gadis itu, tiba-tiba gadis itu terbangun.
"Kamu mau apa?" Bintang menatap sinis kepada Antariksa.
"Cuma mau bangunin kamu, soalnya tadi kamu tertidur sambil ileran, jadi aku mau bangunin kamu, karena gak enak dilihat, gadis cantik tidur sambil ileran," ucap Antariksa dengan cuek.
Mendengar apa yang dikatakan Antariksa, Bintang seketika langsung panik, dia sibuk mencari tisu untuk mengelap pipinya, yang kata Antariksa tadi dia tidur sambil ileran.
Melihat kepanikan Bintang, membuat Antariksa tersenyum tipis, senyum yang tak pernah terlihat diwajah tampannya, tapi kali ini berhasil muncul hanya karena dia merasa kalau kepanikan Bintang itu terlihat sangat lucu.
Tapi Bintang tak menyadari itu, dia sibuk membersihkan wajahnya, dan setelah itu dia kembali melihat kepada Antariksa.
"Lo, ngerjain gue yah?" Bintang menatap Antariksa penuh emosi.
"Ngapain juga gue ngelakuin itu, buang-buang waktu aja," Sementara itu Antariksa seakan tak bersalah, di menjawab Bintang dengan santai.
Hal itu membuat Bintang kesal dan memukuli Antariksa, sehingga mau tak mau Antariksa terpaksa berlari untuk menghindari pukulan Bintang.
Keduanya saat ini sedang berlarian didalam rumah sakit, dan tingkah keduanya mengundang perhatian dari para pengunjung, sampai-sampai ada yang berpendapat kalau keduanya terlihat sebagai pasangan yang serasi.
Mendengar perkataan itu, Bintang menghentikan langkahnya yang mengejar Antariksa, hal yang sama pun dilakukan Antariksa.
"Siapa juga yang mau jadi pacar es batu kayak gitu, dalam mimpi pun gue gak Sudi," Bintang berbicara sambil melihat Antariksa.
"Trus Lo pikir gue mau gitu jadi pacar, Lo?" Antariksa pun membalas perkataan Bintang.
"Neng, sama Masnya jangan ngomong gitu, biasanya dari benci bisa jadi cinta loh," ucap salah satu pengunjung kepada keduanya.
Hal itu membuat Bintang bergidik, "Ih ... Amit-amit deh." Dia pun berbalik dan pergi meninggalkan Antariksa, Bintang memutuskan untuk kembali pada tujuan awalnya menemui ibunya.
Sementara itu Antariksa menatap kepergian Bintang dengan tatapan penuh arti, tanpa sadar tangan Antariksa terangkat memegang dadanya.
"Benar-benar berbeda," hanya itu yang diucapkan Antariksa, dan setelah itu dia berbalik pergi sambil tersenyum.
Bintang sudah berhasil membuat jantung Antariksa bedebar kencang, pria yang selama ini tak pernah tersentuh oleh wanita manapun tapi kali ini luluh oleh seorang Bintang, kehadiran Bintang dalam hidupnya seakan membawa semangat baru dalam hidup Antariksa.
Saat Antariksa sudah pergi meninggalkan rumah sakit, Bintang kini sudah berada didalam ruangan ibunya.
"Mama," Bintang memanggil ibunya.
"Bintang? tumben kamu kesini." Sarah tampak bingung melihat putrinya yang tak biasa datang menemuinya.
"Anaknya datang bukannya senang, malah heran." Bintang mengerucutkan bibirnya.
Hal itu membuat Sarah merasa Bintang sangat menggemaskan.
"Ya udah, emangnya anak Mama ada apa datang kemari?" Sarah bertanya kepada Bintang dengan lembut.
"Cuma lagi pengen aja." Bintang pun duduk di sofa yang ada di tempat itu.
"Tapi Ma, Mama kenal Antariksa? tadi Bintang lihat dia datang ke ruangannya Mama?" Bintang bertanya dengan serius.
"Oh Antariksa, tadi dia cuma nanyain hasil pemeriksaan saudaranya yang dia antarkan kemarin," Sarah mencoba untuk merahasiakan penyakit Antariksa sesuai dengan apa yang pria itu minta.
Bintang hanya mengangguk menanggapi perkataan ibunya.
"Kenapa juga kamu nanya soal Antariksa? kamu suka yah sama dia," Sarah menggoda Bintang, hal itu membuat Bintang jadi kesal.
"Amit-amit Bintang suka sama dia, lagian Mama juga, ngomongnya ngasal." Wajah Bintang terlihat sangat kesal, tapi itu malah terlihat lucu oleh Sarah.
"Jangan ngomong gitu, bisa nyesal loh nanti," Sarah masih saja menggoda Bintang walaupun putrinya itu sudah terlihat sangat kesal.
Didalam mobilnya, Antariksa terus kepikiran dengan jantungnya yang bisa berdetak kencang saat dia berada di samping Bintang, perasaan yang tak pernah dia rasakan dengan wanita manapun.
Bahkan dia bisa tersenyum saat melihat Bintang dengan tingkat anehnya, padahal tidak biasanya dia akan melakukan hal itu, sampai dia harus bertingkah seperti anak-anak yang kejar-kejaran di rumah sakit bersama Bintang.
"Apa aku mulai suka sama gadis itu?" kata-kata itu yang lolos begitu saja dari mulut Antariksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Lo ayank gue titik!
bisa diganti sama kata sehari-hari aja enggak kak, supaya lebih enak dibaca aja
2022-10-09
1