Bab 9. Pernyataan cinta

Bintang masih terus berusaha mencerna apa yang dikatakan Antariksa.

"Maksud Kakak apa? gue gak ngerti," Bintang menatap Antariksa penuh tanya.

Masih dengan menatap matahari terbenam, Antariksa melanjutkan perkataannya.

"Gue sayang sama Lo, gue cinta sama Lo, entah sejak kapan, yang pasti rasa itu semakin hari, semakin besar dalam hati gue." Antariksa menghentikan perkataannya, dan menatap Bintang, kemudian dia kembali berbicara.

"Gue gak maksa Lo buat menjawabnya hari ini, Lo bisa pikirkan dulu semuanya, dan setelah Lo mendapatkan jawabannya, Lo bisa datang menemui gue." Kini Antariksa sudah memegang tangan Bintang, dia mengambil tangan Bintang dan mengecup punggung tangan gadis itu.

"Gue serius," lanjut Antariksa lagi.

Bintang masih terdiam, dia belum percaya kalau laki-laki yang selama ini selalu cuek sama dirinya, dan selalu bersikap dingin, pada hari ini malah menyatakan cinta pada dirinya.

Bintang masih menatap Antariksa, mencari sebuah jawaban dari mata Antariksa, apakan saat ini pria ini hanya sedang bercanda ataukah dia serius.

Tapi dimata pria itu, Bintang hanya menemukan sebuah kejujuran dan juga ketenangan.

'Oh tuhan, kenapa gue jadi kayak gini sih, jantung gue, astaga!!!!' Bintang bergumam dalam hatinya.

"Kakak, gue akan memikirkan semuanya terlebih dahulu, besok kita ketemu di taman belakang sekolah, gue akan kasih Lo jawabannya," akhirnya hanya itu yang bisa Bintang katakan.

Karena sesungguhnya Bintang masih takut untuk jatuh cinta, dia takut kalau harus terluka.

Mendengar jawaban gadis itu, Antariksa mengangguk dan kemudian tersenyum kepada Bintang.

'Ya ampun, Kak. Kenapa pake acara senyum kayak gitu sih, bikin dilema aja,' Bintang menjerit dalam hatinya saat melihat senyum Antariksa yang bisa dikatakan sangat langkah.

Setelah acara pengungkapan perasaan dari Antariksa tadi, kini keduanya memutuskan untuk kembali pulang kerumah.

Antariksa sudah mengantarkan Bintang sampai kedepan pintu rumahnya, dan saat itu yang membukakan pintu adalah Sarah ibunya Bintang.

"Eh, Antariksa. Makasih loh sudah mau nganterin Bintang pulang, tadi Tante ada sedikit urgent di rumah sakit jadi buru-buru pergi," Ucap ibunya Bintang berbasa-basi.

"Iya, gak apa-apa kok, Tan. Justru Antariksa nya yang mau minta maaf, karena nganterin Bintang nya udah kemalaman, tadi kita jalan-jalan dulu sebentar."

"Gak apa-apa, asalkan anak Tante pulang dalam keadaan utuh, tak kurang apapun, Tante udah senang kok." Sarah tersenyum kepada keduanya.

"Kalau begitu aku pulang dulu, Tan," Antariksa pun pamit untuk pulang.

Sebelum pergi dia menatap Bintang dan mengelus kepala Bintang.

"Gue pulang dulu yah, ketemu besok di sekolah, cepat tidur jangan begadang." Ini pertama kalinya Antariksa berbicara dengan sangat lembut kepada Bintang.

Bintang tak menjawab apapun, di hanya mengangguk.

Antariksa pun pergi, dan setelah kepergian Antariksa, Bintang menjadi bahan kejailan ibunya.

"Cie ... kayak ada yang lagi berbunga-bunga tuh," Sarah menggoda Bintang, membuat pipi Bintang merona seketika.

"Apaan sih, Mama." Bintang langsung berlari naik ke atas menuju kamarnya.

Sarah hanya tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya itu, tapi hati ada yang sedikit mengganjal di hati Sarah, dia memikirkan tentang kondisi Antariksa.

"Semoga anak itu dapat menyelesaikan permasalahannya, aku takut kalau sesuatu terjadi pada Antariksa dan itu akan membuat Bintang terluka nanti," Sarah menatap ke atas dengan tatapan sendu.

Malam ini Bintang tak bisa tertidur nyenyak, bayangan Antariksa saat nembak dirinya selalu terbayang-bayang, sesekali Bintang akan tersenyum bila mengingat kejadian dipantai tadi.

"Gak nyangka gue kalau Antariksa bisa se romantis itu," Bintang berbicara pada dirinya sendiri, sambil senyum-senyum dan memeluk guling.

Pada pagi harinya, suara Sarah sudah menggema didalam kamar Bintang.

"Bintang ... mau tidur sampe jam berapa kamu, ini hari Senin kalau gak ikut upacara nanti di hukum, bisa gak sih kamu itu berubah." Sarah menggoyangkan tubuh Bintang, agar gadis itu segera bangun.

"Ya ampun, Mama. Berisik amat sih, ganggu orang tidur aja." Dengan malas Bintang bangun dari tidurnya, dia duduk sejenak di atas tempat tidur, mungkin dia masih mau ngumpulin nyawanya yang masih berkelana kemana-mana.

Melihat Bintang yang masih bermalas-malasan, Sarah hendak buka suara lagi, tapi langsung dihentikan oleh Bintang.

"Stop, Ma!!! Jangan teriak lagi, nanti kita di labrak tetangga gara-gara Mama yang hobinya teriak setiap pagi," selesai berkata-kata Bintang langsung pergi meninggalkan ibunya, dia masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara itu Sarah ibunya masih terdiam karena Bintang.

"Sejak kapan ada tetangga yang ngelabrak, tetangga lainnya cuma karena teriak-teriak, anak itu ada-ada aja," Sarah bergumam sendiri, dan dia langsung pergi meninggalkan kamar putrinya itu.

Tak lama kemudian Bintang sudah siap berangkat ke sekolah, dia berlari menuruni tangga, sampai terdengar panggilan papanya untuk sarapan.

"Sayang, kamu gak sarapan dulu?" panggil pak Arkatama yang melihat Bintang berlari menuju pintu.

"Bintang sarapan disekolah aja, Pa. Sudah mau telat nih." Bintang hanya berhenti sebentar dan kembali berlari keluar.

Buru-buru dia mengeluarkan mobil sport warna pink nya dari garasi, dan dengan cepat mobil melesat di jalan raya.

Mobilnya kini sudah memasuki sekolah, semua mata tertuju pada mobil itu, karena sejak dia pindah ke sekolah ini, Bintang tak pernah membawa mobilnya ke sekolah, dia tak suka kalau orang-orang tau statusnya, tapi karena hari ini dia sudah terlambat terpaksa dia berkendara sendiri, tak memakai jasa taksi online.

Menurut Bintang kalau dia naik taksi online, abang supirnya gak mau ngebut, jadi dia bisa terlambat, alhasil saat ini dia menjadi pusat perhatian karena mobilnya yang limited edition, dan merupakan mobil sport keluaran terbaru, karena mobil itu adalah hadiah ulangtahun Bintang dari papanya.

"Wah ... siapa tuh yang pake mobil limited edition, pasti anak orang kaya tuh," terdengar seorang siswi sedang membicarakan Bintang.

Tapi mereka semua terkejut saat tau siapa yang turun dari mobil itu, bahkan Moza yang saat itu baru tiba juga kaget saat melihat Bintang turun dari mobil itu.

Moza langsung mendekat Bintang, "Bintang ... ini mobil, Lo?" Moza masih tak percaya kalau sahabatnya itu adalah seorang putri dari keluarga kaya, karena kalau dilihat dari cara berpakaian Bintang yang terlihat biasa-biasa saja.

Mandapat pertanyaan seperti itu dari Moza, Bintang hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf yah, selama ini gue gak cerita ke Lo tentang kehidupan gue," Bintang merasa bersalah karena telah menyembunyikan semuanya dari Moza.

"Gila ... gak nyangka gue, ternyata lo seorang tuan putri, mobilnya aja limited edition, nanti pulang gue nebeng, mau ngerasain naik mobil mahal," Moza merasa sangat kagum dengan Bintang yang selalu terlihat sederhana padahal dia bisa saja menyombongkan dirinya.

"Udah ah, yuk!! Sudah mau upacara, emang lo mau kena hukum?" Bintang langsung menggandeng bahu Moza dan mereka bersama-sama masuk ke kelas mereka.

Saat Bintang hendak keluar untuk upacara, ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Bintang pun berhenti sebentar dan membaca pesan yang masuk.

[Selesai upacara gue tunggu di taman belakang, By Antariksa]

Terpopuler

Comments

Keyboard Harapan

Keyboard Harapan

semoga aja antariksa sembuh, jangan sampe nanti ninggalin bintang.

2022-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!