Marsela sampai di depan pagar rumahnya,Ia menghela nafas, jika tak takut dosa, ia enggan kembali ke rumah yang Raffa dan Marsela beli saat pertama menikah.
Marsela dan Raffa memutuskan memakai uang bersama untuk membeli rumah.
Dan rumah ini atas nama Marsela sebagai hadiah pernikahan mereka.
Saat itu Marsela sangat bahagia, ia membayangkan anak-anaknya berlarian kesana-kemari dan rumah ini diwarnai oleh suara tawa dan tangis anak-anak, namun kenyataanya suram.
Jangankan harmonis, berprilaku wajar sebagai suami istri saja tidak.
Marsela seperti kost di rumah ini begitu juga Raffa.
Mereka jarang bertemu, jikapun Raffa pulang ia akan lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja.
Rumah megah dua lantai itu terlihat sepi, gelap gulita.
Hari ini ia sengaja lembur untuk menyelesaikan semua pekerjaannya karena besok adalah weekend.
Marsela tak mau saat libur tapi pikirnya malah tak tenang karena memikirkan pekerjaan kantor.
Sejak kecil Marsela biasa di didik disiplin dan bertanggung jawab oleh kedua orangtuanya.
Hal itulah yang membuat ia berbeda dari anak para pengusaha lain.
Di samping itu walau hidup kaya raya, kedua orangtuanya tak pernah memanjakan putri mereka, bukan berati mereka tak sayang, tapi itu bentuk kasih sayang mereka.
Kedua ornagtua Marsela tak ingin putri mereka menjadi wanita yang hanya bisa menghabiskan uang dan berfoya-foya.
Mereka menanamkan hidup sederhana dan harus berusaha untuk mendapatkan sesuatu.
Bahkan Marsela harus menabung saat ia ingin membeli sesuatu.
bukan pelit tapi itu bentuk didikan yang biasa keluarga besar papanya tanamkan agar memiliki keturunan yang tangguh, bersahaja dan tidak sombong karena harta.
Marsela dengan malas turun dari mobilnya, ia membuka pintu rumah dan langsung menyalahkan lampu di ruang tamu, berjalan menuju dapur.
Marsela meletakkan tas dan membuka jas nya, ia melihat isi kulkas dan mengeluarkannya,
Marsela.akan membuat makan malamnya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dan itu panggilan masuk dari Atun, asisten rumah tangganya
"Assalamu'alaikum mba Sela, maaf ini saya nda bisa pulang. Anu nyonya gak bolehkan saya pulang.
Padahal di rumahnya ada pembantu.
Tapi mas Raffa meminta saya melayani mamanya, maaf ya mba Sela"
"Owh gak apa-apa Bu Atun, bibi disana saja mungkin mama memang butuh bibi" ucap Marsela sambil tangannya sibuk memasak
"Anu sepertinya Mas Raffa juga gak pulang mba, itu ada temanya datang.
dari tadi di dalam kamar saja.
anu mba......."
"Ya bi???? teman lelaki apa perempuan????"
"P....perempuan, tapi nyonya kelihatanya bisa aja mba.
Malah nyonya sendiri yang membawakan minuman, aneh kan???
"Biarkan saja lah bi, mungkin mau ganti menantu" ucap Marsela getir
"Ah saya jadi gak enak, maaf mulut saya lancang.
kalau begitu saya kembali dulu ya mba, takut nyonya marah saya keluar lama" ucap bi Atun
"Iya, salam buat mama ya" ucap Marsela sungkan.
Ia hanya berbasa basi saja tak beneran mau menitip salam pada mertuanya yang nenek sihir itu.
Setelah panggilan berakhir, Marsela termenung.
air matanya menetes tanpa pamit.
Marsela merasa dadanya sesak.
Ia menghirup udara dan menghembuskan perlahan.
"Kau mas, tega" ucap Marsela lirih.
ia menghapus air matanya.
menyelesaikan masakannya lalu setelah selesai ia berjalan menuju kamarnya lalu mandi .
Marsela berdiri di bawah air shower yang mengalir.
ia menangis tersedu-sedu.
suami yang sangat ia cintai tega menggoreskan luka yang sangat dalam.
Setelah selsai mandi dan berganti pakaian tidur, Marsela menyeret langkahnya turun ke dapur, menyantap makan malamnya dengan malas.
Jika saja perutnya tak perih, ia enggan makan, selera makanya sudah menguap sejak menerima kabar tak enak dari BI Atun.
"Raffa.....
Salah apa aku padamu sampai kau menyakitiku sedemikian rupa
Jika kau tak mencintai aku lagi, lepaskan aku!!!!" gumam Marsela dalam hati.
Setelah makan, Marsela langsung naik ke lantai atas lalu merebahkan tubuhnya.
ia sangat letih baik tubuh maupun pikirannya.
Tak lama kemudian ia terbuai mimpi.
Azan subuh membangunkan Marsela dari tidurnya, ia bergegas mandi lalu sholat, setelah itu ia mengganti pakaiannya dengan pakaian olah raga, namun saat melewati ruang kerja ia ingat sesuatu, ia belum memasang kamera CCTV di ruang kerja suaminya.
Marsela kembali ke kamarnya lalu mulai menempatkan beberapa kamera pengintai di ruang kerja, bahkan ruang keluarga dan ruang tamu.
Ia sangat ingin melihat apakah ada kejanggalan di sana.
Setelah semua beres, tepat bersamaan Suaminya pulang, Raffa hanya menatapnya datar dari atas ke bawah
"Apa kau tak mau mengunjungi mama??" tanya Raffa to the point' tanpa basa basi atau mengatakan alasannya tak pulang ke rumah
"Mama kenapa?" tanya Marsela berlagak bodoh
"Astaga Marsela, kamu itu menantu apa sih???
mertua sakit malah gak tahu, apa kau gak peka ya????
Jangan-Jangan seperti ini kelakuan kamu saat aku dinas keluar kota???
Dengar Marsela, aku anak semata wayang mama, dan kau istriku. Saat aku tak ada seharusnya kau menggantikan peranku" cecar Raffa berkacak pinggang sambil menunjuk ke arah Marsela
"Menggantikan perannya sebagai anak???
Pernahkah Raffa juga bersikap layaknya anak menantu pada kedua orangtuanya???
Sejak mereka menikah, Raffa menelpon kedua ornagtua Marsela saja baru dua kali, itu pun hanya saat hari raya karena Raffa meminta Marsela tinggal di rumah orangtuanya dan baru lebaran ketiga mereka kerumah ornagtua Marsela.
Itupun perlu berdebat.
Padahal jika Raffa memang menganggap kedua ornagtua Marsela orangtuanya, ia bisa adil.
di hari pertama mereka bisa mengunjungi keduanya bergantian, toh masih satu kota dan letaknya tak jauh.
tapi Raffa tetaplah Raffa, ia tetap kekeh dengan pendiriannya, dan Marsela sebagai istri lagi-lagi tunduk perkataan suami.
Marsela meremas celana training ya.
ia kesal bukan main, Raffa menilainya tanpa bertanya padanya atau memberi tahu.
Apa ia seorang cenayang yang tahu???
walaupun Marsela tahu setidaknya Raffa memberitahunya bukan???
bahkan mengabarkan ia tak pulang saja tidak, Empati Marsela sudah mati!!!!
"Mas, aku mau tanya sama kamu
Apa kamu memberitahuku jika mama mu sakit???
terus kemana kamu dua hari gak pulang???
apa kamu mengabari ku????"
"Itu....
Tapi kan bik Atun pasti sudah memberitahumu" pekik Raffa tak mau di salahkan
"Suamiku BI Atun atau kamu???"
"Kenapa kamu tak bertanya???" tanya Raffa geram masih tak mau dia salahkan.
Ia ingin Marsela memiliki inisiatif
"Cukup mas, kau tanyakan pada ponselnya, apa notifikasi aku menelpon mu masuk atau tidak.
Aku mau olah raga" ucap Marsela muak.
Ia segera berjalan keluar.
"Marsela.....
kau suami sedang berbicara malah pergi.
Dimana sopan santun dan hormatmu pada suami????Dasar istri durhaka" maki Raffa
baru kali ini Raffa menaikkan suaranya pada Marsela.
Hati Marsela hancur.
Raffa bukan hanya sudah membuat ia tak bernilai tapi menabur garam di lukanya, pedih, perih dan sakit
Marsela terpaku di tempatnya, ia mengepalkan tangannya dengan kuat.
Perlahan Marsela membalikkan tubuhnya dan menatap Raffa dingin
"Seharusnya pertanyaan itu mas lontarkan untuk diri sendiri. Dimana sopan santun dan tanggung jawab mas sebagai suami???
Apa mas perduli perasaanku???
apa mas pernah mengajariku jika tak pulang???
istri????
Aku hampir lupa jika aku punya suami.
Kita hanya dua orang yang terpaksa hidup dalam satu atap karena pernikahan.
Sayangnya pernikahan Semu!!!
Sebelum menilai orang lain, nilai dulu dirimu mas" ucap Marsela berjalan cepat keluar dari rumah tersebut.
ia tak mau Raffa melihat air matanya, ia tak Sudi.
Biar Raffa melihatnya sebagai wanita yang tegar.
karena air matanya haram di lihat Raffa.
Suami yang tak pernah menghargainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yuyun Haryanto
rafa suka ama cow atau ada main sama art nya yah??
2022-10-28
1
🍒⃞⃟🦅Pisces
ai TDK suka klau crtax bgni cwek lemh
2022-09-26
1
Anya🌱🐛
benci bgt sama Raffa udah mah LGBT muak bgt AQ... ya udh pisah aja atuh Marsela AQ mendukungmu
2022-09-26
1