Keesokan harinya terlihat wanita itu telah terbangun dari tidurnya, dia mencoba bangkit dan duduk diujung tempat tidurnya, "eh den putri sudah bangun?" kata ni Limpung yang baru saja keluar dari dapur dan menuju ruang tengah itu sambil membawakan air didalam cawan, "ini den, minumlah dulu mumpung masih hangat," ucap ni Limpung sambil memberikan air teh hangat kepada wanita itu, "terima kasih ni," ucap wanita itu sambil tersenyum, dia lalu meneguk air teh hangat itu untuk membasahi kerongkongannya.
Terlihat ni Limpung pergi kembali kedapur, lalu ia datang lagi sambil membawakan air di sebuah tempayan, "sini den biar saya bersihkan tubuhnya dengan air ini," kata ni Limpung sambil dengan perlahan ni Limpung mengelap-ngelap tubuh wanita itu dengan air, dia juga memakaikan wanita itu bajunya, ni Limpung memperlakukan wanita itu seperti anaknya sendiri.
Sementara itu Ranu yang masih terlihat tidur dengan posisi duduk mulai terbangun, dengan cepat diapun membetulkan duduknya, melihat seperti itu wanita tersebut memperhatikan gerak-gerik Ranu.
"Kamu sudah bangun?" kata Ranu kepada wanita itu, "sudah sedari tadi," jawab wanita itu sambil tersenyum, "lalu bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Ranu kembali, "aku sudah agak mendingan," jawab wanita itu, "bersihkanlah dulu tubuhmu," kata wanita itu, "aku tau, kamu pasti sangat letih," ucap wanita itu kembali, "baiklah, aku akan membersihkan tubuhku dulu," jawab Ranu sambil berlalu dari hadapan wanita itu.
Sementara itu ni Limpung sedang sibuk mempersiapkan sarapan pagi, dia keluar masuk dapur dan ruang tengah.
Tak lama kemudian terlihat ki Broto masuk kedalam rumah, "eh den Nilam, gimana keadaannya sekarang?" tanya ki Broto sambil menghampiri wanita itu dan duduk disisi tempat tidur yang terbuat dari kayu dan hanya beralaskan tikar jerami tersebut, "saya sudah agak mendingan ki," kata wanita itu yang duduk dengan posisi bersandar di dinding dan kakinya lurus kedepan sambil memeluk sebuah bantal tidur miliknya, "oh ya, dimana nak Ranu," kata ki Broto kepada wanita itu, "aku disini ki!" sambar Ranu yang datang dari ruang belakang, wanita itu dan ki Broto lantas menoleh kepada Ranu, "aku baru selesai mandi dibelakang," kata Ranu sambil mengambil posisi duduk didekat ki Broto.
"Dari mana ki? Kok sepertinya sudah rapi?" tanya Ranu, "tadi saya dari luar, melihat-lihat ladang singkong dibelakang rumah," kata ki Broto.
Sesaat kemudian ni Limpung datang dari dapur dengan membawa sarapan pagi, "mari kita makan dulu," kata ni Limpung, "O ya, mari kita makan dulu," ajak ki Broto, kemudian merekapun segera melahap sarapan pagi tersebut.
...****************...
Pagi itu udara masih teramat sejuk, suara ayam jantan yang berkokok nyaring bagai nyanyian suara alam yang membawa kedamaian alam semesta.
Seusai makan Ranu mendekati wanita itu, dia duduk tepat disamping wanita tersebut, "maaf! Aku ingin melihat lukamu," kata Ranu sambil membuka bagian atas baju wanita tersebut, wanita itupun membiarkan perlakuan Ranu itu, "lukanya sudah mulai kering," kata Ranu, "nanti obatnya dipakai lagi," kata Ranu kembali sambil menutup pakaian wanita itu.
Diruangan itu kini hanya ada Ranu dan wanita itu saja, sementara ki Broto pergi kembali keladang dan ni Limpung masih sibuk didapur.
"Oh ya, aku belum tau namamu?" kata Ranu, "siapa namamu?" tanya Ranu kepada wanita itu, "namaku Cut Nilam," jawab wanita itu.
"Cut Nilam? Kedengarannya kau bukan orang dari Tanah Deli ini?" kata Ranu, "seperti orang dari Tanah rencong?" kata Ranu lagi, "benar! Aku dari Negri Samudra Pasai," jawab wanita itu, "ternyata wawasan kamu boleh juga," kata wanita itu kembali sambil tersenyum, "ah itu hanya kebetukan saja!" kata Ranu, "lagian nama seperti itu sudah bisa dipastikan orang yang berasal dari sana," kata Ranu.
"Tapi .... nama kamu cukup indah, seperti orangnya," Ranu sedikit menggoda sambil tersenyum, wanita itupun tersipu malu mendengar perkataan Ranu.
Memang Cut Nilam adalah gadis yang sangat cantik, terlihat dari kulitnya yang putih bersih, dengan wajah yang bersih, hidungnya mancung dan bola matanya berwarna kebiruan bagaikan orang dari daratan portugis, apabila ia tersenyum akan tersungging senyuman yang indah, dengan lesung pipi yang begitu dalam dikedua sisi pipinya, rambutnya hitam sebahu dan didikat tocang dibagian sisi kiri dan kanannya.
"Kamu terlalu memujiku," kata wanita itu, "oh ya, kamu dapat dari mana pedang itu?" tanya Ranu menyelidiki, "dari guruku," jawab si wanita itu, "kenapa?" tanya Nilam kepada Ranu, "aku seperti mengenal pedang itu?" kata Ranu, "siapa gurumu?" tanya Ranu kembali, "Nyak Mutiah," jawab wanita itu.
Ranu terdiam seaat, "ada apa?" tanya wanita itu sambil menunjukan ekspresi wajah yang menyelidiki, "aku pernah mendengar nama itu dari guruku", kata Ranu, "guruku dan gurumu adalah sahabat karib," kata Ranu, "mereka berdua adalah tokoh golongan putih dari dunia Persilatan," sambung Ranu kembali.
"Gurumu dan guruku adalah dua tokoh yang selalu menjaga Nusa Samatra ini," ucap Ranu kembali, "oh ya? Siapa nama gurumu itu?" tanya Cut Nilam, "ki Damar Sakti," jawab Ranu, "dia adalah penguasa bukit Lau Kawar di Tanah Deli ini," kata Ranu kembali.
Sesaat suasana hening, Ranu terlihat bangkit dari tempat duduknya dan berdiri menuju jendela, matanya menatap keluar, sementara Cut Nilam hanya memperhatikan gerak-gerik Ranu saja.
"Apa gurumu tidak pernah cerita punya sahabat dari Tanah Deli?" kata Ranu, "tidak," kata Nilam, "guruku tidak pernah bicara apapun," sambung Nilam kembali, "dia orangnya tidak banyak cerita," lanjut Nilam berkata, "dari kecil aku telah dipeliharanya, kedua orang tuaku tewas oleh perampok yang menghadangnya dihutan," kata gadis itu.
"Orang tuaku adalah seorang saudagar, ayahku berasal dari kampung Meulaboh di bagian barat Samudra Pasai, sementara ibuku adalah bangsa Portugis yang dipersunting ayahku," Cut Nilam menceritakan kisahnya, "saat kejadian perampokan itu aku masih kecil dan berada digendongan ibuku, perampok itu membunuh ayahku dan ibuku, kemudian guruku Nyak Mutiah datang menolong, tapi semua sudah terlambat, lalu dia mengambilku dan mengasuhku hingga dewasa," tutur Cut Nilam.
"Lalu apa tujuanmu sekarang?" tanya Ranu kepadanya, "aku akan menghentikan dan menghancurkan segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan," jawab Cut Nilam, "kalau begitu kita satu tujuan," kata Ranu.
Kemudian suasana menjadi hening, tak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka. Ranu kembali menghampiri wanita itu dan duduk didekatnya.
"Kamu memiliki ilmu yang lumayan bagus," kata Ranu, "kamu juga memiliki ilmu yang lebih baik dari ku," kata Nilam kepada Ranu, "ah aku hanya orang biasa," jawab Ranu, "kamu terlalu merendah," kata wanita itu, "benar, aku hanya orang biasa," jawab Ranu kembali meyakinkan, "kalau kamu orang biasa kenapa kamu bisa membunuh orang yang menyerangku? Dan menolongku?" kata gadis itu sambil mengerutkan dahinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ranu.
"Bukan aku yang membunuh orang itu dan menolongmu!" kata Ranu dengan wajah serius, dengan air muka kebingungan Cut Nilam berkata kepada Ranu "lalu siapa melakukan semua itu?" tanya Cut Nilam, Ranu menunjuk pedang kembar milik wanita itu, "dia yang melakukannya," sambil tertawa mencandai wanita itu, iiiiiihhhhhh wanita itu mencubit perut Ranu kesal, aduuhh! Ranu kesakitan, "rasain," kata Cut Nilam, kemudian Ranu tertawa terbahak-bahak dan Cut Nilam menunjukkan ekspresi wajah yang cemberut karena kesal diperlakukan seperti itu.
Hari itu mereka saling bergurau canda, tampaknya mereka sudah mulai akrab dan sudah saling mengenali satu sama lain, kebersamaan mereka sudah mulai terujud, hinga senja hari mereka masih tetap mengobrol di ruang tengah itu yang membuat suasan menjadi tampak ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
rajes salam lubis
mantap mantap mantap
2023-12-03
2
rajes salam lubis
wow
2023-12-03
2
վմղíα | HV💕
KK bawa mawar
2023-06-20
2