"Anda, gak coba pisahkan?" tanya penyidik.
"Pastilah, Pak. Cuma mungkin karena Liora masih gak rela saya ceraikan, dia memukul bagian kepala saya pakai stik golf. Saya pusing dan Milen semakin marah pas Liora kabur. Mereka bertengkar di dekat tangga hingga Milen didorong Liora dan jatuh berguling sampai ke lantai dasar."
"Lalu, kenapa Anda gak hubungi polisi malam itu juga?"
"Saya pingsan, Pak dan gak tau apa-apa setelah itu. Untung ada teman istri saya ini yang bantu. Saat saya sadar dia bilang kalau istri saya sudah meninggal."
"Bisa berikan kami kontak atau alamat temannya istri Anda itu?"
"Bisa."
"Namanya?"
"Sena, Pak." Reiki menuliskan nomor telepon dan alamat rumah orang tua selingkuhannya di secarik kertas.
"Lanjut soal CCTV. Kenapa satu hari sebelum kejadian kamera pengawas mati? Anda yang memegang kendali artinya Anda yang menonaktifkan."
"Ooh, itu soalnya memori sudah penuh jadi saya mau hapus rekaman lama, Pak. Makanya dimatikan dulu. Toh juga gak ada siapa-siapa di rumah kan cuma saya aja."
Wafi masih mengajukan sederet pertanyaan lainnya hingga sore pun menjelang barulah pemeriksaan saksi pertama selesai.
\=\=\=\=\=
Setelah sholat magrib berjamaah bersama bawahannya. Wafi memimpin rapat bersama KAUR dan KANIT sebelum pulang. "Saya mau surat panggilan untuk saksi selanjutnya segera disiapkan."
"Baik, Ndan," jawab kepala pembinaan operasional, IPTU Satya.
"Bagaimana dengan hasil otopsi?"
"Proses otopsi sudah selesai dilakukan, Ndan. Tinggal menunggu hasil analisa dari tes labor. Setelahnya baru para ahli akan membuat kesimpulan."
"Bagian Identifikasi, apakah sudah mengambil data-data saudara Reiki?"
"Kami sudah mengumpulkan semua data-data pribadi saudara Reiki, Ndan. Termasuk sidik jari yang kita butuhkan," jelas IPDA Alfinra.
Wafi mengangguk. Artinya, dia sangat suka dengan kinerja bawahannya. Semua bergerak cepat sesuai arahan. Jika proses penyelidikan berjalan lancar kasus ini akan segera dilimpahkan ke pengadilan dalam waktu dekat.
"Baik, kalau begitu rapat malam ini kita tutup. Bersiap untuk menerima keterangan dari saksi berikutnya."
"Siap, Ndan," sorak para kepala operasi dan kepala unit.
\=\=\=\=\=
Malam ini, Liora sengaja membuka cafenya lebih lama dari biasanya. Untuk sekedar menghalau rasa takut yang menyerang ketika waktunya bersaksi semakin dekat. Bahkan untuk menelan ludah sendiri kadang ia tercekat.
Sebagai manusia biasa, sudah pasti wanita itu merasa cemas kalau-kalau dirinya akan ketahuan sudah mencelakai sang madu. Namun, sekali lagi dia berusaha meyakinkan hati bahwa ia bukanlah pembunuh. Kejadian itu murni hanya karena ketidak sengajaan semata.
Wafi yang malam ini pulang melewati jalan dimana cafe Liora berada, sengaja singgah saat melihat kondisi resto itu masih ramai.
"Mau pesan apa, Pak?" tanya seorang pelayan.
"Lioranya ada?"
"Oh, Mbak Liora. Ada kok, lagi sibuk di dapur."
"Bisa tolong panggilkan?"
"Baik, tunggu sebentar."
Wafi mengangguk lalu mendudukkan diri di salah satu kursi kosong di sudut cafe. Tak lama wanita yang dicarinya datang menghampiri.
"Tumben masih buka?" tanya Wafi.
"Gak tau, tiba-tiba jam segini masih ramai," jawab Liora. "Biasanya udah sepi."
"Terus ngapain kamu masih sibuk di dapur? Bukannya besok pagi mau ke kantor polisi."
"Gak papa. Oh, ya, mau pesan apa?"
"Saya cuma mau mampir aja tadi."
"Ooh, gitu. Tapi maaf, ya, saya gak bisa temani. Lagi sibuk banget soalnya."
"Gak papa, boleh saya pesan satu menu spesial buat dibawa pulang?"
"Oke. Tunggu, ya, aku siapin dulu."
"Iya."
Sebelum beranjak, Liora memberikan segaris senyuman. Dia sebenarnya hanya ingin menghindar dari pria itu untuk sesaat agar Wafi tak menangkap rasa takut, cemas, dan gelisah yang dirasakan.
\=\=\=\=\=
Kemeja putih dan celana jeans biru dongker dipadukan dengan sneakers putih membalut tubuh sintal Liora dengan sangat pas. Wanita itu akan berangkat bersama sang kuasa hukum ke kantor polisi sebentar lagi. Setelah memastikan penampilannya di depan cermin, barulah ia turun ke cafe untuk menikmati sarapan.
"Selamat pagi, Bu," sapa Fatih sang pengacara.
"Selamat pagi, Pak," balas Liora. "Baru sampai?"
"Iya."
"Ayo, ikut saya sarapan dulu."
"Maaf, Bu, tadi di rumah saya sudah sarapan disiapkan istri."
"Wah, beruntung sekali, Anda. Kalau begitu saya sarapan di mobil saja. Kita berangkat sekarang?"
"Mari."
Dengan mobil kuasa hukumnya, Liora meluncur ke tujuan. Dua puluh menit perjalanan mereka pun sampai di area parkiran. Keduanya pun langsung menuju ruang kasatreskrim.
"Gugup, Bu?" tanya Fatih.
"Lumayan, Pak," jawab Liora.
"Santai saja."
"Haha, namanya juga manusia biasa, Pak. Ini pengalaman pertama saya berurusan dengan pihak berwajib."
"Ooh, tapi Ibuk jangan khawatir. Ada saya."
Liora tersenyum. "Cukup panggil nama saya aja. Jangan Ibuk! Berasa tua saya."
"Baik."
Setelah dari bagian Identifikasi untuk memberikan sedikit data-data diri, Kaina dan Fatih diminta untuk duduk di depan meja penyidik. Kemudian seorang polisi masuk dan segera melangkah ke meja itu.
"Wafi," sapa Fatih.
"Eh, lo, Tih," balas Wafi diiringi dengan satu tepukan di bahu temannya itu. "Ngapain?"
"Dampingi klien." Fatih menunjuk wanita yang duduk di sampingnya dan Liora hanya memperhatikan interaksi dua pria di depannya itu.
"Ooh. Kalau gitu kita kerja profesional dulu. Habis itu baru kita ngobrol-ngobrol."
Fatih mengacungkan jempolnya dan kembali duduk.
Sebelum membuka suara, Wafi memberikan senyuman terbaiknya kepada wanita yang duduk di hadapan. Liora tampak segar membuatnya bersemangat untuk mewawancarai calon janda itu. "Kita mulai saja."
"Iya," jawab Liora. Tak lupa dia juga membalas senyuman Wafi.
"Saudara Liora, suami Anda-"
"Maaf, saya ralat, Pak," potong Liora. "Lebih tepatnya mantan."
"Kapan kalian bercerai?"
Fatih mengerutkan dahi saat pertanyaan itu diajukan temannya. Padahal banyak pertanyaan penting yang bisa di utarakan terlebih dahulu.
"Kami memang belum bercerai secara resmi,tapi sejak Reiki menikah lagi saya sudah tidak menjalankan kewajiban sebagai istri," jawab Liora.
"Ekhem," ujar Fatih.
"Gak papa, Pak Fatih," ujar Liora.
"Tapi kalian masih tinggal satu rumah kan?"
Kepala Liora mengangguk. "Hanya sekedar sebagai pembantu saja. Kadang saya disuruh istri kedua Reiki buat siapkan keperluan suaminya."
Wafi melirik temannya lalu kembali mengajukan pertanyaan. "Maaf, karena saya bingung mau bertanya dari mana, apa saudara Liora bisa menjelaskan kronologis kejadian soal kasus ini dari awal?"
Salah satu anak buah Wafi yang bertugas untuk mencatat keterangan saksi ikut menatap heran atasannya. Tiba-tiba saja seorang komandannya jadi salah tingkah.
"Malam sebelumnya saya menemui Reiki bersama seorang wanita lain di kamar yang saya tepati," tutur Liora.
"Maksud, Anda, saudara Reiki selingkuh?"
"Iya. Saat Milen ke Bali saya diusir untuk tidur di cafe. Malam itu saya pulang cuma untuk ambil baju ganti. Karena dia gak mau istri keduanya tau kalau dia selingkuh, kami bikin kesepakatan. Saya gak akan kasih tau Milen asalkan dia menandatangani surat gugatan cerai."
"Lalu?"
"Reiki setuju. Besok malamnya saya datang lagi dan dia masih dengan wanita kemarin. Saya diminta menunggu di ruang kerja. Setelah saya mendapatkan tanda tangannya Milen tiba-tiba pulang dan menemukan Sena."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Santi Prasmanawati
lanjut Thor,makin penasaran
2022-10-06
1