Drama 3

Tak lama suaminya pun datang menghampiri. "Hey, jangan bilang-bilang soal ini sama Milen," pinta Reiki. 

"Siapa dia? Selingkuhan kamu?" tanya Liora dengan tegas. 

"Dia pacarku."

"Apa? Sudah punya dua istri dan sekarang kamu selingkuh."

"Heh, memangnya kamu pernah melayani aku setelah aku dan Milen menikah? Artinya sama aja aku punya satu istri."

"Ya, itu kan permintaan Milen sama kamu dan kamu juga menyanggupinya. Jadi jangan salahkan aku dong. Lagian aku juga udah di talakkan,"tutur Liora. "Terus ngapain di kamar aku segala sih?”

"Kalau di kamar aku nanti Milen bisa curiga kalau sepreinya diganti. Kamu tau sendirilah gimana dia. Tukang selidik.” Reiki menjelaskan sambil berpangku tangan. “Sekarang katakan! Ngapain kamu pulang, bukannya nginap di cafe?"

"Aku cuma mau ambil baju. Tadi lupa bawanya."

"Kamu gak marah melihat aku begituan tadi?" selidik Reiki. 

"Gak! Soalnya aku udah ilfeel sama kamu. Tapi kalau Milen tau dia pasti bakalan marah besar."

Wajah Reiki berubah cemas. "Jangan kasih tau Milen. Cukup kita aja yang tau."

"Memangnya Bik Idar gak tau kalau kamu bawa tuh cewek ke sini."

"Gak. Bik Idar aku suruh ke rumah Mama."

"Oke. Aku gak akan kasih tau masalah ini sama Milen, asalkan … ."

"Asalkan apa? Aku akan kasih apapun yang kamu minta."

"Tanda tangani surat gugatan cerai kita."

"Oke. Itu hal mudah."

"Tapi aku gak mau perceraian kita dipersulit, ya. Kalau gak, aku tunjukkan bukti kalau kamu selingkuh ke Milen."

"Memang ada?"

"Di kamarku ada kamera tersembunyi." Liora sengaja membohongi suaminya agar laki-laki itu percaya dan mudah untuk mengancamnya. 

"Oke. Gak masalah. Besok bawa suratnya dan aku tandatangani."

Liora tersenyum lebar. "Besok malam aku datang lagi."

"Iya."

"Kalau begitu boleh aku masuk dan ambil beberapa pakaian?"

"Silahkan, tapi jangan ganggu dia."

"Gak akan. Tapi kalau kenalan boleh lah."

Liora kembali masuk ke kamarnya dan menuju lemari. Diperhatikan selingkuhan suaminya itu tampak sedang asyik bermain ponsel. Pasti untuk menutupi rasa malunya. 

"Sudah berapa lama kalian berhubungan,"? tanya Liora. 

"Baru tiga bulan," jawab pacar Reiki.

"Siapa nama kamu?"

"Saya, Sena."

"Saya Liora, istri pertamanya Reiki. Tapi kamu gak perlu khawatir, kami akan bercerai."

Sena tersenyum sumringah. 

"Tapi kamu harus hati-hati sama istri keduanya Reiki. Namanya Milen, dia sedikit bar-bar."

Sena melihat ke arah pacarnya yang berdiri di ambang pintu. 

"Selama kamu gak buka mulut, kami aman," ujar Reiki. 

Liora yang sedang mengemasi beberapa bajunya kedalam tas berkata, "Aku gak peduli dengan hubungan kalian. Aku juga gak peduli mau Milen tau atau tidak soal ini. Yang paling penting buat aku kita bercerai dan aku bebas."

"Secepatnya."

Keperluannya selesai, Liora menjinjing tasnya. Sebelum pergi dia mengambil sebuah benda kecil di dekat vas bunga."Ingat, Rei, bukti kesenangan kalian malam ini ada di tanganku," katanya sambil menggoyangkan benda itu. Padahal itu hanya sebuah pajangan saja. 

Reiki mengangguk paham. 

"Oke. Aku pergi silahkan kalian lanjutkan." Liora keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan senyum penuh kemenangan. 

\=\=\=\=\=

Pagi-pagi Liora menemui seorang pengacara untuk mengurus surat gugatan cerai. Dari sana dia kembali ke cafe. Membantu karyawannya melayani pelanggan yang mulai ramai. 

Sedangkan Reiki yang sudah berada di kantor, berusaha mencari tahu lewat sang istri apakah semalam Liora mengatakan tentang ia yang membawa wanita lain ke rumah. 

"Liora gak hubungin kamu kan?" katanya lewat Video Call. 

"Gak ada," jawab Milen. "Memang kenapa?"

"Soalnya semalam dia pulang ke rumah ambil beberapa pakaian. Aku pikir dia bilang ke kamu."

"Gak ada sih. Tapi dia langsung pergi lagi kan, Mas?"

"Iya. Dia cuma ambil baju habis itu langsung aku usir."

"Bagus itu."

"Terus kapan kamu pulang?" 

"Besok siang, Mas. Kamu jemput ke bandara, ya!"

"Pasti dong. Aku udah kangen banget sama kamu."

"Sama, aku juga. Sabar, ya. Besok kita bakalan ketemu." Milen memberikan sebuah kecupan di kamera ponselnya dan Reiki pun melakukan hal yang sama. 

"Oke, sayang, aku kerja dulu, ya. Nanti kita telponan lagi."

Milen mengangguk. "Love you."

"Love you to." Layar ponsel Reiki pun berubah gelap. Kemudian dia menghubungi kekasihnya yang semalam. "Hay, honey!"

"Hay," balas Sena dari seberang sana. 

"Nanti malam temani aku lagi, ya!"

"Yakin kamu bakalan aman? Nanti ada yang datang lagi gimana."

"Kali ini pasti aman. Cuma Liora yang bakalan datang minta tanda tangan aku."

"Kenapa gak di hotel aja atau di apartemen aku gitu?"

"Kalau di hotel aku takut nanti ketemu rekan bisnis atau teman-temannya Milen. Di apartemen kamu aku masih khawatir takut di sana ada kamera lambe."

"Iya juga sih. Ya, udah, deh nanti jemput aku di restoran D."

"Oke."

"Aku pemotretan dulu. Da Honey. Muach."

"Daa, muach."

Reiki mematikan sambungan Video Call itu lalu dia pun tersenyum bahagia. 

\=\=\=\=\=

Tak terasa hari pun sudah beranjak sore. Liora memutuskan mandi dan berganti pakaian. Sebelum berangkat ketemu Reiki dia kembali membantu karyawan lagi sebab pelanggan bertambah ramai di sore hari. 

"Katanya mau pergi, Mbak," tanya salah satu karyawan. 

"Nanti malam aja. Aku harus bantu kalian dulu."

"Duduk di depan aja, Mbak."

"Gak papa, saya masak aja di dapur."

"Nanti Mbak-nya bau lagi. Kan udah mandi."

"Gak papa. Nanti tinggal mandi lagi aja."

"Ya udah, saya antar pesanan ini ke depan."

"Iya."

Tak lama karyawan yang tadi kembali ke dapur. "Mbak, ada pelanggan yang mau ketemu?"

"Kenapa?" tanya Liora dengan raut wajah bingung. 

"Dia suka sama menu kita dan mau ketemu kokinya."

"Ooh, oke kalau begitu." Liora keluar dari dapur. Sebelum menemui pelangannya dia melepas celemek dan rambut yang digulungnya tadi saat memasak dekat pintu dapur. 

Hal itu ternyata tertangkap oleh mata seseorang yang seakan sedang melihat sosok bidadari dalam gerakan slowmo. Kini bidadari itu datang menghampirinya. 

"Hallo," sapa Liora. 

Orang yang disapa tampak terpana melihatnya. Membuat Liora menggoyangkan tangannya di depan wajah pria itu. "Pak, Mas," panggil Liora lagi. 

Orang itu mengerjapkan matanya. "Ya?"

"Perkenalkan saya Liora yang tadi memasak menu pesanan, Anda. Kata karyawan saya, Anda mau bertemu."

"Oh, iya. Mari duduk."

Liora menarik satu kursi yang ada di depan pria itu. 

"Perkenalkan nama saya Wafi. Saya gak nyangka kalau yang masak menu ini wanita secantik Anda."

Senyum kecil terbit di bibir Liora. "Terima kasih."

"Saya gak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin bertemu karena penasaran kenapa masakan ini sama persis dengan masakan Almarhum ibu saya."

"Ooh, gak papa santai aja. Senang rasanya jika masakan saya bisa membuat rindu Anda pada beliau sedikit terobati."

"Sangat! Makanya saya pengen sekali bertemu kokinya tadi. Lain kali boleh sesekali saya ajak ke rumah?"

"Buat apa?"

"Biar kakak saya bisa mencicipi masakan Anda."

"Aa, nanti kapan-kapan saya kirim saja dari sini."

"Terima kasih. Boleh saya minta nomor ponselnya?"

Liora merasa keberatan, tapi tak enak jika langsung di tolak. "Anda bisa hubungi nomor cafe ini. Saya akan menjawabnya."

"Oke."

"Kalau begitu saya kembali ke dapur."

"Iya, silahkan."

"Selamat menikmati."

Wafi mengangguk dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. 

Terpopuler

Comments

Zeni Supriyadi

Zeni Supriyadi

lah istri sdh ditalak kok ditahan gak mau tanda tangan surat cerai, emg gila si Reiki.. tp untung Liora udh mati rasa sm Reiki jd gk sakit ketika Reiki punya pacar.

2022-09-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!