"Jadi Sena itu selingkuhannya?"
Liora mengangguk. "Pasti Reiki tidak mengakuinya!?"
Wafi tersenyum. "Lanjutkan!"
"Biasa, drama rumah tangga terjadi. Karena urusan saya beres, saya pun mau pulang. Tapi di cegat Reiki. Kami sempat adu mulut dan dia menampar saya beberapa kali sampai saya jatuh dan kepala terbentur sudut meja. Saya mendapatkan satu jahitan. Bahkan surat gugatan cerai kami dia robek."
Wafi memeriksa catatan anak buahnya. Seingatnya ia memang menemukan robekan kertas dalam sampah yang ditunjukan oleh Bi Idar waktu itu. "Oke, terus apa lagi yang terjadi?"
"Milen dan Sena berantem, karena saya gak peduli jadi saya mau pergi. Tapi Reiki lagi-lagi mengejar saya sampai ke dekat tangga. Milen yang marah juga mengejar suaminya. Malah mereka berdebat di sana. Milen sampai menampar dan memukul Reiki. Singkat cerita Reiki akhirnya mendorong Milen hingga jatuh berguling di anak tangga. Dia gak peduli. Bahkan saat saya mau turun membantu Milen, dia menarik saya masuk ke dalam ruangan tadi. Di sana saya didorongnya ke tembok mengenai cermin hias hingga punggung saya mendapatkan tiga jahitan. Lalu diambilnya stik golf yang masih tersandar di dekat pintu. Saya coba untuk kabur tapi sayangnya kaki saya berhasil dipukul hingga retak."
Wafi dan anak buahnya saling melempar pandangan. "Terus?"
"Saya jatuh dan berteriak kesakitan. Sama seperti Milen tadi, dia juga gak peduli. Setelah itu dia menemui Sena di kamar. Saya gak tau apa penyebab dia marah sampai memukuli wanita itu. Awalnya saya mau kabur secepatnya sebelum habis di tangan Reiki tapi mendengar rintihan Sena saya gak tega. Dengan sekuat tenaga saya berusaha menolongnya saat melihat stik golf yang dipakai Reiki tadi tergeletak di lantai. Dengan kaki pincang saya mencoba berjalan hingga tiba di kamar, tampak Sena sudah babak belur. Dari belakang saya ayunkan stik golf dan memukul kepala Reiki bagian belakang. Dia jatuh, dan saya cek nadinya. Yakin kalau dia hanya pingsan, saya dan Sena melarikan diri ke klinik 24 jam."
"Dari mana, Anda tau kalau wanita itu bernama Sena?"
"Malam sebelumnya saat saya mengambil pakaian, kami sempat berkenalan. Hanya sekedar saling menyebutkan nama saja."
"Lalu bagaimana dengan Milen? Kenapa, Anda tidak menolongnya saat tiba di bawah."
"Sena sudah ketakutan. Apalagi saat dia melihat darah di punggung saya gak berhenti. Lagian saat itu kaki saya sangat sakit sekali jadi maaf kalau saya gak sempat membantu Milen."
"Seharusnya Anda katakan maaf itu pada keluarganya."
"Pasti, tapi nanti setelah terungkap kalau bukan saya yang membunuh anak mereka."
"Setelah dari rumah sakit kalian kemana?"
"Saya antar Sena ke apartemennya. Setelah itu saya gak tau lagi bagaimana kondisi dia."
"Jadi kalian gak berkomunikasi setelah kejadian malam itu?"
"Gak."
Wafi membuang nafas panjang. "Lalu bagaimana dengan CCTV. Apa, Anda tau alasan Reiki mematikannya?"
"Ya, biar dia gak ketahuan selingkuh lah. Milen itu posesif, kalau saya di rumah terus Reiki pulang dan dia gak ada pasti bakalan cek rekaman. Dikiranya saya goda-goda suaminya atau apalah."
"Untuk luka-luka yang saudara dapatkan sudah dilakukan visum?"
"Setelah kejadian, Bu Liora mendatangi saya, Pak," jawab Fatih. "Sebagai kuasa hukumnya saya langsung menyarankan apa yang harus beliau lakukan. Ini foto-foto luka yang di dapat Bu Liora saat dia keluar dari rumah suaminya." Fatih memberikan beberapa lembar kertas bukti. "Dan ini hasil visumnya."
Fatih memberikan berkas-berkas itu pada anak buah Alfin untuk di proses. Diliriknya jarum jam yang berputar di dinding sudah menunjukkan waktu makan siang. "Oke, kalau begitu kita istirahat sebentar. Setelah mengisi tenaga kita lanjutkan."
Liora mengangguk setuju.
\=\=\=\=\=
Liora dan pengacaranya keluar dari gedung kepolisian ketika langit senja sudah menampakkan diri.
"Fatih," panggil Wafi dari belakang.
Yang dipanggil pun menoleh.
"Langsung pulang?"
"Mau antar Mbak Liora pulang dulu ke cafenya."
"Kalau gitu gue ikut, ya, mau ngobrol-ngobrol banyak sama lo. Sekalian kita makan di sana."
Fatih setuju. Mereka memasuki mobil masing-masing.
Tiba di cafe, Liora mengajak kedua pria itu ke meja yang ada privasinya. "Silahkan duduk."
"Terima kasih," balas Wafi.
"Mau pesan apa?"
"Yang spesial ada?" Wafi balik bertanya.
Kaina mengambil kembali buku menu yang tadi diberikan. "Kalau begitu mohon ditunggu sebentar. Saya akan siapkan."
WaFi mengangguk diiringi senyuman.
"Lo suka sama dia?" tanya Fatih langsung.
"Hah? Kenapa lo bisa ngomong gitu?"
"Walaupun kita udah lama gak ketemu, tapi gue tau gimana sikap lo sama perempuan."
Wafi tampak malu-malu. "Eh, ngomong-ngomong gimana kabar lo?"
"Baik. Kapan lo pindah ke sini?"
"Baru satu bulan yang lalu."
"Kok gak ngasih kabar?"
"Sibuk, Tih. Lo pikir pas kita baru datang ada waktu buat santai-santai? Gak lah, banyak kasus yang harus ditangani."
Fatih mengangguk paham.
"Eh, katanya lo gak mau nikah lagi. Tapi lo kok kemarin nikah gak ngundang-ngundang gue?"
"Emang lo bakalan datang?"
"Gak juga sih." Wafi menggaruk kepalanya.
"Orang udah di Jakarta aja gak mampir."
"Sorry, bro. Gue benar-benar sibuk banget. Terus gimana istri lo yang sekarang? Gak minta cerai lagi kan, gara-gara lo gak bisa punya anak."
Fatih membuang nafas kasar. "Ada sedikit cerita yang gak bisa gue kisahkan kenapa gue nikah lagi. Tapi sekarang gue dan istri saling mencintai. Bahkan anak gue aja baru lahir tiga bulan yang lalu."
"What? Lo punya anak?" Wafi tak percaya. "Sorry, gue gak bermaksud apa-apa, tapi ini benar-benar berita besar."
"Lo gak percayakan? Apalagi gue," ungkap Fatih. "Setiap hari gue masih berasa mimpi sekarang punya baby kembar, sepasang lagi."
Wafi ikut merasa bahagia. Teman lamanya yang kehilangan harapan setelah ditinggal pergi oleh istrinya akibat mandul kini menemukan kembali kebahagiaan. "Wah, selamat buat lo. Kapan-kapan gue bakalan main ke rumah sekalian ketemu anak lo. Gue benar-benar ketinggalan banyak cerita."
Fatih menyunggingkan senyuman. "Sekarang lo yang cerita."
"Belum ada kisah yang bisa gue bagi."
"Kenapa?"
"Tau sendiri lah. Gue sibuk mengusut tuntas kasus orang."
"Sampe lo lupa mengusut siapa jodoh lo!" celetuk Fatih.
Wafi tertawa lebar. "Bisa aja lo."
"Benar kan?!"
"Iya. Nantilah kalau sudah ada calonnya gue cerita."
"Bukannya yang tadi?"
"Siapa?"
"Halah, pura-pura gak tau. Padahal tadi tanya-tanya kapan dia cerai segala padahal gak ada di BAP"
"Hahaha, lo tu, ya, benar-benar teman yang paling paham gue."
Fatih menepuk dadanya. "Ntar setelah kasus ini selesai dia bakalan urus surat cerai. Langsung pepet jangan sampai lepas."
"Hahaha … siap."
...----------------...
Hai, buat pembaca yang baru, kalau penasaran sama kisahnya pengacara Fatih, yuk meluncur ke novel author yang ke-4 judulnya MERINDUKAN PURNAMA. Dijamin kisahnya mengharu biru dan berakhir bahagia.
Jangan lupa tinggalkan jejak dan dukungan di sana juga di sini, ya. Like 👍 komen 💬 hadiah 🎁 favorit ❤ juga biar dapat notif pas up date terakhir jangan lupa bintang 🌟 limanya.
Terima kasih 😊😍🥰😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Santi Prasmanawati
d bab 5 bknny Liora yg gak sengaja dorong milen,kok d sini Liora blg reike yg dorong milen,wah bohong dong liora
2022-10-07
1