Terus didesak oleh madunya, Liora terpaksa pulang lebih awal. Tiba di rumah dia langsung di suruh memasak menu spesial untuk makan malam nanti. Bukan hanya orang tua Milen saja yang akan hadir, tapi mertuanya juga ikut datang.
Terpaksa sore ini Liora berkutat dengan alat-alat dapur dan mengolah bahan mentah menjadi makanan enak. Lelah mulai mendera wanita itu pun mendudukkan dirinya di kursi plastik.
"Kalau capek, Mbak, istirahat aja sana," kata Bi Idar. "Biar selebihnya saya yang selesaikan."
Dibuangnya nafas kasar lalu liora menjawab, "Gak papa, Bik. Saya bereskan semuanya sampai terhidang di meja makan baru saya ke kamar. Males nanti nyonya besar marah-marah. Lebih baik capek badan daripada capek hati."
Bi Idar menatap iba pada wanita berusia 32 tahun itu. "Yang sabar, ya, Mbak. Semoga nanti Mbak bisa dapat jodoh yang jauh lebih baik dari Pak Reiki."
Liora menyunggingkan senyuman kecut. Seakan menertawakan nasibnya. "Gimana saya mau bertemu jodoh, Bik. Reiki aja gak mau menceraikan saya. Selamanya saya bakalan jadi pembantu di rumah ini."
"Eh, gak boleh ngomong gitu." Bik Idar menghampiri majikannya itu. "Kita gak tau apa yang akan terjadi nanti dan besok. Berdoa saja semoga Pak Reiki mau menceraikan, Mbak."
"Aamiin." Liora tersenyum. "Yuk, Bik, lanjut tata masakannya di meja."
Bi Idar pun mengangguk.
\=\=\=\=\=
"Ini memang Liora yang masak," jelas Milen. "Tapi aku juga bantu kok."
"Pantesan rasanya lebih enak dari masakan Liora," puji Lena. Di adalah ibu dari Reiki.
"Sejak kapan kamu bisa masak, Mil?" tanya Puri, ibunya Milen.
"Hhmm sejak nikah sama Mas Reiki aku mulai belajar masak, Ma." Wanita itu pintar sekali dalam berkilah.
Liora yang sebenarnya malas bergabung terpaksa ikut, sebab didesak dan diancam oleh Reiki. Melihat kemunafikan istri kedua dari suaminya, ia merasa mual mendengarkan kebohongan itu.
"Wah, kamu sekarang jadi banyak berubah."
"Iya dong, Ma. Semua demi Mas Reiki."
Ayahnya Milen mengacungkan jempol. "Memang seharusnya seperti itu. Papa bangga sama kamu dan Reiki."
Senyum bangga di wajah Reiki pun mekar. "Makasih, Pa."
"Oh, ya, Rei, besok Mama dan Papa mau berangkat ke Bali. Sepupunya Milen ada acara tunangan di sana. Kalau boleh Milen ikut, ya?" izin Puri.
"Boleh dong, Ma. Berapa hari memang?"
"Cuma tiga hari. Apa kamu ikut aja?"
"Kalau Reiki ikut gimana kantor, Ma," sela Joko.
"Gak papa, Besan. Kalau Reiki ikut biar saya yang ke kantor," timpal Malik, ayahnya Reiki.
"Kayaknya aku gak bisa deh, Ma. Soalnya abakalan ada meeting penting dengan klien. Gak enak kalau harus di schedule ulang. Perusahaan kita lagi bagus-bagusnya dan banyak yang mau bekerja sama. Jadi aku mau menunjukkan profesional kita pada mereka."
Joko bertepuk tangan. "Menantu yang membanggakan. Papa setuju, kamu gak perlu datang. Cukup diwakilkan Milen saja. Nanti pas pernikahan baru harus hadir."
"Siap, Pa."
Bagaikan angin lalu, Liora yang duduk di situ tak dianggap sama sekali. Dirinya sudah ingin beranjak dari sana sejak tadi. Namun, tatapan mengancam dari Milen membuatnya tetap bertahan sampai acara ini selesai.
Hingga kedua keluarga besar mengundurkan diri, barulah ia melangkah pergi ke kamar. Mengistirahatkan badan yang sudah lelah bekerja seharian di cafe dan di rumah. Masa bodoh dengan sisa makan malam yang ada di meja makan, ia tak peduli. Toh ada ART yang akan membereskannya.
\=\=\=\=\=
Dirinya sampai bangun kesiangan saking nyenyaknya tidur tadi malam. Liora gegas mandi dan berpakaian rapi lalu keluar dari kamar.
"Mau kemana kamu?" Milen menghadang istri pertama suaminya.
"Ke cafe."
"Selama saya pergi kamu gak boleh tidur di rumah."
"Kenapa?" Liora merasa heran.
"Saya gak rela kamu tidur sama Mas Reiki."
Tak masalah bagi Liora. Memang itu yang selama ini selalu di hindarinya.
"Tolong pagi ini kamu siapkan pakaian kantor Mas Reiki buat tiga hari kedepan. Taruh di dalam kamar. Sekalian baju sehari-hari."
"Oke." Liora melangkah ke ruang wardrobe sedangkan Milen kembali masuk kamar.
Dipilihnya tiga stel baju formal dan tiga stel baju rumahan untuk Reiki dari dalam lemari besar khusus suaminya dan istri kedua. Untuknya sendiri hanya di siapakan satu lemari di dalam kamar.
Kemudian Liora kembali, mengetuk pintu kamar sang suami. Milen keluar menerima pakaian Reiki dari si istri pertama.
"Beres, saya pergi dulu," kata Liora.
"Thank's."
\=\=\=\=\=
Sebelum berangkat kerja, Reiki mengantar kepergian istri dan mertuanya ke bandara.
"Jangan nakal, ya, selama aku gak di rumah." Milen berkata dengan gaya manja pada suaminya.
"Gak mungkinlah. Sama Liora aja aku gak pernah, apalagi sama yang lain," jawab Reiki.
"Nanti kalau kesepian di rumah telpon aku."
"Kayaknya aku bakalan lembur deh. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan."
"Di kantor?"
"Gak. Kerjaannya bisa dibawa ke rumah. Jadi nanti kalau aku gak jawab telpon kamu jangan marah atau negatif thinking."
Milen mengangguk.
"Aku kerja demi perusahaan kita biar berkembang lebih pesat lagi."
"Iya, aku percaya kok."
Mobil yang membawa mereka pun sampai di bandara. Semua turun dan langsung menuju terminal keberangkatan. "Ya udah, aku langsung ke kantor, ya." Reiki memeluk istri keduanya sebelum mereka berpisah.
Milen mengangguk dibalik punggung suaminya.
"Nanti kalau sudah sampai jangan lupa kabari."
"Iya."
Terakhir Reiki bersalaman dengan kedua mertuanya setelah itu kembali ke mobil.
\=\=\=\=\=
Malam ini, Liora akan menginap di cafenya. Beruntung gedung yang dibeli itu ada tiga tingkat bangunan. Jadi, bagian paling atas di jadikan untuk tempatnya beristirahat atau tempat tinggal yang nyaman.
Namun, sadar akan dirinya tadi tak sempat membawa baju ganti, wanita itu memutuskan kembali pulang untuk mengambil beberapa salinan.
"Aku titip cafe, ya," katanya pada karyawan.
"Mau kemana, Mbak?"
"Pulang bentar ambil baju. Baju-bajuku yang disini masih di laundry semua."
"Ooh. Oke deh. Hati-hati."
Liora mengangguk dan tersenyum. Keluar dari cafenya dia segera masuk mobil menuju istana Reiki. Tiba di sana pintu rumah sudah terkunci. Karena punya kunci cadangan dia pun membuka pintu tanpa harus membangunkan Bik Idar.
Kakinya dibawa melangkah menuju kamar di lantai dua. Sampai di depan kamar tangannya langsung memegang handle dan daun pintu terbuka.
"Astaga, Reiki." Liora terpekik saat melihat suaminya sedang asik bercumbu dengan wanita lain di atas tempat tidurnya. "Apa-apaan kamu ini? Siapa dia?"
Reiki yang kaget langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh pacarnya nan polos.
"Pakai baju kamu! Aku tunggu penjelasannya di luar." Liora keluar dan menutup pintu dengan sangat keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Zeni Supriyadi
dasar suami luknut. udah punya istri 2 masih aja cari lagi. bener Liora sih klo gk mau layani Reiki. Reiki aja sk gonta ganti perempuan ntar mlh kena HIV lg hiiii ngeri, jauh" deh Lio. Liora km jadi istri terlalu baik dan sabar. potong aja tuh otongnya si Reiki biar nyahokk. kok aq jd gemes sih sm Reiki pgen tak bejek" aja😡😡😡
2022-09-25
1