Drama 6

Dengan gegas, Reiki menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan Milen. Di sana dia mencoba menghubungi nomor Sena. Namun, nomor yang ditujunya tidak aktif sama sekali. Kemudian dia pun menghubungi Liora. Sama juga, hanya operator yang menjawab. 

Kesal dan marah dengan situasi ini, Reiki mengacak-acak kamarnya. Disangka oleh orang tua dan mertuanya dia tak terima di tinggalkan istri tercinta. Padahal dia sedang panik karena takut nanti sampai ketahuan kalau Milen meninggal sebab pertengkaran akibat perselingkuhan yang dilakukannya. 

\=\=\=\=\=

Tiga hari kemudian, kedua orang tua Milen memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Reiki yang dari kemarin mengurung diri di kamar, kini merasa bebas. Ia dapat pergi dari rumah menemui Sena dan Liora tanpa menjawab pertanyaan curiga dari kedua mertuanya. 

"Kemana kamu?" tanya Lena. 

"Aku mau cari Liora, Ma."

"Biar polisi saja."

"Gak bisa, Ma, nanti dia kabur. Aku harus bertemu dia dan tanya apa yang sebenarnya terjadi."

"Oke, tapi jangan lama-lama. Mama gak mau nanti Papa kamu tanya."

"Iya."

Reiki membawa mobil sedannya melaju ke alamat ruko di mana cafe Liora berada. Tiba di sana dia langsung masuk tanpa peduli pada beberapa karyawan yang menghadang. 

"Liora," soraknya memanggil istri pertama. 

Liora yang berada di dapur gegas keluar. 

"Kita harus bicara."

"Soal apa?"

"Soal kematian Milen."

Liora menutup mulutnya dengan kedua tangan. 

Reiki menarik istrinya itu ke sudut ruangan. Kebetulan pagi ini cafe belum dibuka karena karyawan sedang bersih-bersih. "Apa yang sudah kamu lakukan sampai Milen meninggal?" Pria itu bertanya dengan suara berbisik. 

"Milen meninggal?" Liora tampak tak percaya. 

"Jangan pura-pura gak tau kamu."

"Aku beneran gak tau, Rei. Saat aku pergi, Milen masih baik-baik aja kok."

"Gak mungkin!" bentak Reiki. 

Liora memejamkan mata karena nada suara suaminya sedikit tinggi. 

"Dengar, aku akan melaporkan kematian Milen pada pihak yang berwajib atas kasus pembunuhan. Jadi kalau kamu gak mau jujur, aku akan buat kamu mendekam di penjara."

"Apa jaminannya kalau aku jujur kasus ini gak sampai di kantor polisi?” Liora menantang suaminya itu.

Reiki membuang nafas kasar. "Mau kamu apa?"

"Harta!"

"Apa?"

"Aku mau kita cerai dan sejumlah harta gono gini."

"Cih!" Reiki tersenyum mengejek."Jangan harap!"

"Kalau begitu kita ketemu di pengadilan."

"Oke. Siapa takut."

Liora tersenyum jahat. "Kita lihat siapa yang akan menang. Aku atau kamu," bisiknya di telinga suami. 

Terbawa emosi, Reiki mencekik leher istrinya. "Berani kamu menantang saya?!"

Liora mulai berakting seolah-olah cengkraman di lehernya begitu kuat sehingga dia sulit bernafas. Ditendangnya kursi yang tak jauh dari posisi hingga terjatuh dan menimbulkan suara, menarik perhatian semua karyawannya. 

"Lepasin Mbak Liora," hardik Aldi. 

Reiki melepaskan tangannya dari leher sang istri. 

"Sebaiknya Bapak pergi sebelum kami panggil polisi."

Sadar kalau dirinya termakan umpan, Reiki memilih pergi. 

"Uhuk, uhuk," liora terbatuk-batuk. Padahal cengkraman Reiki tak begitu kuat. Hanya saja dia mulai memainkan skenario drama yang ditulisnya. 

"Minum dulu, Mbak," ajak Susi. Gadis itu membawakan segelas air putih. 

Melihat kepergian mobil suaminya, Liora pun tersenyum jahat. 'Lihat saja nanti apa yang akan terjadi. '

\=\=\=\=\=

Sena yang memutuskan untuk balik ke kampung halaman atas saran dari Liora, kini sedang dicari keberadaannya oleh Reiki. Karena mereka baru saja kenal beberapa bulan, tak banyak informasi soal gadis itu nan diketahuinya. 

Tujuannya hanya satu, yaitu apartemen. Tiba disana langsung dirinya bertanya pada bagian resepsionis. "Sena Nastiti ada?"

"Maaf, Pak. Atas nama Sena Nastiti sudah meninggalkan unitnya satu hari yang lalu."

"Kemana?"

"Maaf kami kurang tau dan kini unitnya dihuni oleh orang lain sebab disewakan."

"Kalau temannya ada di sini?"

"Maaf, Pak, setahu kami Mbak Sena di sini gak berbaur dengan penghuni lain. Tapi ada satu teman yang sering bersamanya datang kemari."

"Boleh saya tau?"

Wanita di balik meja itu mencari foto ia dan Sena dengan temannya lalu menunjukkan pada Reiki. "Hanya ini yang saya tau. Silahkan hubungi lewat IG-nya."

"Oke. Terima kasih."

Karena tak kenal dengan teman-teman Sena yang lain, membuatnya sulit menemukan sang pacar. "Sial!" umpat Reiki. 

Dia mulai resah karena tak berhasil menemukan Sena dan bicara pada gadis itu untuk bungkam soal perselingkuhan mereka. Reiki tak mau Liora akan membongkar perselingkuhannya. Kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa mertuanya memecah perusahaan mereka. 

"Jangan sampai Sena jadi saksi dari pihak Liora. Bisa kalah gue di persidangan," katanya seorang diri sambil mengemudi. 

Sudah hampir sore, Reiki terpaksa harus pulang karena desakkan sang mama.

\=\=\=\=\=

Menjawab tantangan suaminya, pagi ini Liora di dampingi kuasa hukum membuat laporan di kantor polisi atas kasus KDRT. Setelah laporannya di terima dia pun menuju area parkiran untuk pulang. 

Namun, sebuah mobil masuk di sebelahnya. Ia pun menepi untuk memberi ruang pada mobil itu. 

"Liora," sapa pengemudi mobil tadi. 

Liora yang hendak masuk mobil, menoleh ke arah suara. 

"Masih ingat saya?"

Dahi Liora mengerut seakan sedang memutar memori dimana dia berjumpa dengan orang ini. "Pak Wafi," ujarnya.

"Saya pikir sudah lupa."

Senyum kecil terbit di bibir wanita manis itu. "Bagaimana saya lupa sama orang yang bilang kalau saya ini cantik."

"Memangnya tak ada yang pernah bilang kalau Anda cantik?"

"Tidak selain, Anda."

Wafi tertawa canggung. "Kenapa?" tanyanya sambil menunjuk ke arah dahi Liora. 

"Oh, ini. Ada sedikit masalah dan barusan habis bikin laporan."

"Apa itu? Siapa tau saya bisa bantu."

"Oh ya?"

"Kebetulan saya penyidik."

"Ooh. Semoga kasus saya, Anda, yang menangani langsung."

Wafi hanya mengangguk.

"Oke, kalau begitu saya balik dulu."

"Ya, hati-hati. Nanti saya mampir kalau ada waktu."

"Gak perlu repot-repot. Saya hanya bercanda."

"Tapi saya serius ingin membantu."

"Oke kalau begitu saya tunggu." Liora pun masuk ke mobil. 

Wafi melambaikan tangan ketika wanita itu pergi. Selepasnya dia bergegas ke kantor menemui anak buah, meminta laporan kasus Liora.

\=\=\=\=\= 

Malamnya, Wafi menepati janji untuk membahas soal kasus yang menimpa Liora. Setelah membaca berkas laporan di kantor tadi, dia jadi penasaran dengan apa yang terjadi. Ditambah dengan laporan Reiki yang masuk membuatnya semakin penasaran. 

"Anda datang juga. Saya pikir gak jadi," ujar Liora. 

"Saya tipe orang yang menepati janji."

Liora tersenyum. "Mau di sini atau di atas?"

"Di rooftop aja. Sepertinya seru."

"Oke. Mau pesan dulu?"

"Terserah apa aja."

Liora memesan minuman dan makanan untuknya dan Wafi. Barulah mereka melangkah ke lantai dua. 

"Sejujurnya saya gak enak," ujar Liora. 

"Kenapa?"

"Takut kalau nanti ada salah paham."

"Saya gak ngerti."

"Saya gak mau nanti dikira memanfaatkan Anda untuk membantu saya."

"Maksudnya bekingan?" tebak Wafi. 

"Begitulah."

Terpopuler

Comments

Zeni Supriyadi

Zeni Supriyadi

sudah mulai pembalasan Liora...

2022-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!