Vampire'S Secret Baby
Terdengar detak jam dinding, menggema di sebuah minimarket yang hening. Arah jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tepat. Sudah saatnya para karyawan menutup tempat itu dan bergegas pulang.
Itulah yang dilakukan seorang gadis dengan rambut coklat keemasan yang terurai sebahu. Dia tampak sibuk berkemas dengan salah seorang karyawati lainnya.
"Annette" Yang baru saja memanggil adalah Laura. Wanita dengan rambut dikucir, yang berperawakan penuh energetik itu lima tahun lebih tua dari Annette.
"Ya?" Annette melirik sekilas kearah Laura.
"Apa kau mendengar berita yang cukup menggemparkan ibukota akhir-akhir ini?" Sambil berbincang, kedua tangan Laura sibuk memasukkan barang-barangnya kedalam tas.
"Tidak" Geleng Annette.
"Memangnya apa itu?" Tampak mata hitam besar Annette berkedip penasaran.
"Serius kau tidak tahu?" Sepasang mata Laura membulat lebar, menunjukkan ekspresi tak percaya.
"Berita itu bahkan sudah beredar luas di sosial media, bagaimana mungkin kau tidak tahu?"
"Yeah, kak Laura tau sendiri kan?" Tampak Annette berkedik bahu, "Aku yang super duper sibuk ini mana punya waktu berselancar di dunia maya"
"Hum, aku mengerti" Laura menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu biar ku beritahu" Lanjutnya.
Annette menanti dengan penasaran.
"Jadi begini, baru-baru ini ditemukan sebuah mayat dengan gigitan dileher tepat di kota J kita yang terkenal aman ini"
"Apa?" Annette cukup terkejut mendengarnya, "Gigitan di leher?"
Itu terdengar cukup aneh. 'Mungkinkah itu patokan ular?' Sangka Annette dalam hati.
"Eum"
"Orang-orang bahkan sekarang menggunakan ular beracun sebagai senjata pembunuhan?" Annette menggelengkan kepalanya tak percaya, "Sungguh tak dapat dipercaya"
"Ular?" Laura menatap Annette bingung, "Menurutmu itu perbuatan ular?"
"Ya terus apa lagi?" Annette membalas tatapan bingung yang sama, "Jangan katakan itu gigitan harimau? Apa mereka punya waktu untuk repot-repot mencuri binatang buas itu di taman binatang atau memburunya di hutan?"
Laura yang mendengar itu mendesah pelan. Ya itu wajar Annette berpikir begitu. Karena Annette tidak tau berita panas itu secara keseluruhannya seperti apa.
"Masalahnya, dokter forensik sudah menyelidikinya, itu bukan gigitan ular seperti katamu"
"Apa?" Annette membelalak kan matanya kaget, "Kakak serius? Kalau bukan gigitan ular ya gigitan apa lagi? Kakak pasti sedang bercanda kan?"
"Hah" Laura mendesah pelan.
"Apa kau pernah melihat ku bercanda?"
Annette diam beberapa saat dan berpikir, 'Yeah, sejauh ini aku tidak pernah sekalipun melihatnya bercanda'.
"Dan satu lagi, katanya ini bukan kasus pembunuhan. Tapi murni karena ulah binatang buas. Hanya belum di ketahui binatang apa penyebabnya.." Jabar Laura lagi.
Mendengar itu, mau tak mau Annette merasa merinding membayangkan binatang apa itu! Yang menggigit leher sampai membuat seseorang itu mati begitu saja.
"Tapi, binatang buas mana yang berkeliaran di kota metropolitan seperti ini?"
Di tambah lagi akan fakta kawasan kota J yang letaknya cukup jauh dari hutan. Semakin Annette memikirkannya, semakin itu terdengar tidak masuk akal.
"Nah itu masalahnya!" Tukas Laura, suaranya terdengar cemas, "Sampai hari ini binatang apa itu masih misteri. Tapi bagian kepolisian masih bekerja keras untuk menyelidikinya"
Laura menggigit bibir bawahnya cemas. Tindakannya itu tertangkap jelas dalam retina Annette.
"Ah betapa gilanya!" Laura mendesah frustasi, "Memikirkan itu membuat ku takut berjalan pulang di malam hari"
"Sebentar" Sesaat Annette memikirkan sesuatu, "Bagaimana jika itu bukan binatang buas, tapi gigitan manusia?"
"..." Mendengar itu Laura ter-pelongo di tempat.
"Ya bisa saja kan? Siapa tau orang-orang akhir ini mulai membunuh dengan gigi tumpul mereka" Ujar Annette lagi.
"Apa menurutmu itu mungkin?"
"Haah.." Annette sejenak mendesah dengan imajinasi liarnya. Jelas itu tidak mungkin. Orang bodoh mana yang akan melakukannya? Biar bagaimanapun, Annette merasa sulit memikirkan bagaimana taring tumpul digunakan sebagai pemutus nyawa.
Jelas itu sangat tidak efisien dan menghabiskan banyak waktu. Seseorang yang digigit pun akan lebih dulu melawan mencoba melepaskan diri sebelum gigitan itu mengeluarkan darah segar.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menggagalkan aksi lawan, seperti menendang, memukul atau mungkin balas menggigit. Begitulah yang Annette pikirkan.
"Tapi menurutku, sekalipun ini terdengar konyol, mungkinkah itu.." Laura tampak menjeda kalimatnya.
"Itu apa?" Seru Annette penasaran.
"Itu.." Laura masih terlihat ragu menyuarakan asumsinya.
"Ya itu apa?" Annette terdengar tak sabar.
"Vampir?"
"Apa?" Annette mengedipkan matanya tak percaya, lalu setelahnya...
"Pftt" Annette tergelak.
Vampir?
Bagaimana mungkin makhluk mitos seperti itu muncul di era modern yang sangat realistis ini.
"Kenapa kau tertawa? Ini bukannya tidak mungkin kan"
"Ya tapi tetap saja, itu makhluk mitologi" Kata Annette di sela tawanya, "Apa menurut kakak hal seperti itu benar-benar ada?"
"Hal seperti itu bisa saja benar, mengingat itu 'gigitan di leher'" Ujar Laura, "Kemungkinan konyol ku ini bisa menjadi sangat logis bukan?"
"Ya tetap saja.." Balas Annette, "Kemungkinan itu gigitan binatang buas masih jauh lebih logis ketimbang makhluk mitologi yang kakak sebutkan tadi"
"Ah, perset*n gigitan apa itu!" Laura mengambil tasnya, "Aku hanya ingin segera pulang sekarang"
Annette pun juga ikut melakukan yang sama. Mengambil tasnya dan mereka berjalan keluar dari minimarket. Sebelum pergi, Laura tak lupa mengunci pintu minimarket dan kemudian menoleh pada Annette.
"Saran ku pulang lah naik angkutan umum" Ujar Laura, menatap Annette cemas, "Berjalan kaki di malam buta seperti ini sangat tidak aman mengingat apa yang baru saja ku katakan tadi"
"Tidak kak, aku pulang jalan kaki saja" Geleng Annette, "Bagaimanapun aku harus menghemat pengeluaran ku. Lagi pula masih banyak orang yang berlalu lalang, jadi aku yakin pasti akan baik-baik saja"
"Begitukah?" Laura masih mencemaskan gadis muda nan cantik itu.
"Eum" Annette mengangguk mantap, tersenyum menyakinkan.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati!"
Annette sekali mengangguk dan tersenyum. Laura pun melambai kan tangannya menghentikan taxi yang baru saja lewat di depan. Taxi berhenti dan Laura segera naik. Annette melambaikan tangannya seraya tersenyum, sampai ketika taxi itu lenyap dari pandangannya...
Kesunyian malam disekitarnya mau tak mau membuat Annette memeluk tubuhnya erat dengan rasa takut.
"Tenang Annette, kau harus tenang!"
Angin malam berhembus, dinginnya menusuk hingga ke ke pori-pori kulit. Annette merapatkan jacket merah mudanya dan mempercepat langkah kakinya.
Rumah yang Annette tempati berada di kawasan yang sama dengan minimarket tempatnya bekerja. Hanya butuh sekitar sepuluh menit berjalan kaki, Annette akan melihat rumahnya yang merupakan rumah atap dari kejauhan.
Itu adalah rumah sewa dengan harga termurah yang ia dapatkan.
Dulunya Annette hidup sebagai anak panti asuhan yang kemudian memutuskan untuk keluar dan mencoba hidup mandiri. Annette berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S1 nya dan dengan uang saku bulanan yang ia dapatkan setiap semester, ia gunakan untuk membayar uang sewa rumah.
Karena itu ia bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang lain sebagai seorang pelajar dan seorang gadis yang hidup sebatang kara. Sedikit demi sedikit, kehidupan membuatnya belajar hidup hemat dan pandai mengatur keuangan.
Walau jujur saja...
Kehidupan kerapkali membuatnya lelah dan jenuh tapi..
"Sejauh ini aku sudah cukup bahagia dengan kehidupan yang ku miliki ini" Annette menghela nafas panjang.
Menengadahkan kepalanya ke langit malam, Annette memandangi rembulan yang tampak begitu menawan mata. Sinar keperakan itu jatuh begitu indah di atas wajah cantik Annette yang putih bersih. Annette masih memandang dan kedua sudut bibirnya tertarik..
"Cantiknya..."
Annette tersenyum memandangi rembulan yang bertakhta dengan megahnya di langit malam. Mendapati tidak ada gemintang di sekitarnya, Annette tiba-tiba merasa..
"Tidak hanya aku yang kesepian malam ini"
Annette berhenti melongok ke atas dan kembali fokus pada langkah didepannya.
Annette melihat gang dan terus berbelok masuk ke sana. Lagi-lagi Annette merasakan angin yang berhembus kian liarnya.
"Dingin"
Membuat Annette harus berkali-kali menggosok telapak tangannya dan menangkup kan ke kedua belah pipinya yang lembab dan dingin.
Sesekali terdengar suara binatang malam yang tak lagi asing. Annette tampaknya sudah terbiasa dengan itu. Nyanyian malam yang selalu menemani jalannya pulang ke rumah.
Setelah melewati gang panjang, tepat ketika Annette hendak melangkah ke lorong yang menuju tepat dimana rumahnya berada.
Sesuatu yang tidak terduga...
Terjadi.
"Emph—"
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Putudina Nurhayanti
mampir thor
penulisannya bagus rapi
2023-09-19
1
Putudina Nurhayanti
sesosok mayat
2023-09-19
1
dita18
baru mampir thoorrr ,,,tp udh dibuat merinding baca nya 🙈😅😅
2023-08-04
0