"Si-siapa kamu ?" tanya Febby terbata. Ia merasa ketakutan saat melihat tatapan pria itu yang terlihat penuh kebencian.
"Aku siapa itu tidak penting. Yang terpenting saat ini kamu menjadi tawanan ku agar tidak berkeliaran di dekat Araga dan Alda. Aku tak ingin kamu masuk dan menghancurkan pernikahan mereka, kamu paham ?" ucap pria itu dengan tegas.
"Aku tidak pernah mengganggu pernikahan mereka, aku-"
"Berhenti mengelak ! Jelas-jelas kamu baru saja keluar dari rumah mereka, pasti kedatangan kamu kesana untuk membuat mereka renggang kan ?" potong pria itu dengan nada tinggi.
Febby yang ketakutan hanya bisa menggeleng pelan, air mata wanita itu mulai jatuh membasahi pipinya.
'Araga tolong aku !' teriak batinnya.
"Tak perlu berharap seseorang bisa datang menolong dirimu ! Karena saat ini kamu sudah menjadi tahanan ku dan tidak akan pernah aku lepaskan begitu saja. Mengerti ?" lanjut pria itu dengan tegas.
Pria itupun meninggalkan Febby dalam sebuah kamar dan mengunci pintu dari luar. Tinggallah Febby sendiri dengan tangisannya.
Ada perasaan menyesal karena pergi tanpa pamit dengan Araga dan hanya meninggalkan sebuah surat. Seharusnya Ia meminta Araga melepaskan dirinya dengan baik agar dirinya tak main kabur-kaburan seperti ini.
"Aku harus apa Araga ?" tanya Febby putus asah.
Pria itu memang tidak main fisik terlalu jauh namun Febby yakin jika pria itu adalah tipe pria yang kasar, terlihat dari caranya menarik Febby keluar dan mendorongnya dengan kuat ke atas ranjang.
Sementara di luar pria itu tampak duduk di meja makan menunggu makanan siangnya. Setelah semua hidangan tersaji dengan rapih, pria itu segera melahap makanannya.
"Berikan makanan wanita itu !" ucapnya setelah Ia menyelesaikan makan siangnya.
"Setelah memberinya makan, kunci kembali pintu kamarnya, jangan biarkan Ia kabur !" lanjutnya dengan tegas.
Pria itu berjalan meninggalkan rumahnya dan mengendarai mobilnya menuju suatu tempat.
.
*Prang...*
"Arrhgg..." Araga menghamburkan barang-barang yang ada di meja dan mengacak-acak apartemennya saat tak mendapati Febby.
Araga begitu kacau. Ia kecewa dengan tindakan Febby yang memilih untuk menyerah dan kalah. Ia marah karena Febby begitu egois meninggalkannya tanpa meminta ijin terlebih dahulu.
"Kemana aku harus mencari dirimu ?" ucap Araga lirih.
Araga merasa khawatir dan mencemaskan keberadaan Febby. Ia sangat tahu jika Febby tidak memiliki tempat tinggal lain selain kontrakannya itu. Araga berpikir jika Febby tidak mungkin juga pergi ke tempat perantauan sang kakak karena Febby juga tidak tahu dimana keberadaan kakaknya.
Febby hanya tahu jika kakaknya bekerja di sebuah perusahaan dan hanya sesekali saling bertukar kabar.
"Semoga kamu baik-baik saja" harapan Araga.
Pria itu menghela nafas panjang lalu meninggalkan apartemen. Ia harus kembali ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Saat Araga menginjakkan kakinya di perusahaan pria itu terkejut melihat kedatangan seorang kakak iparnya dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
"Sepertinya pikiranmu sedang kacau" tebak pria itu yang tak lain adalah kakak dari Alda.
Adnan Atmajaya, pria yang berumur kepala tiga itu menatap tajam Araga. Jika saja mereka tidak berada di perusahaan mungkin Adnan sudah mendaratkan bogeman mentah di wajah Araga karena merasa kesal.
"Apa kamu sedang ada masalah dengan adikku ?" tanya Adnan.
"Tidak ada. Ada perlu apa kemari ?" Araga membalas tatapan tajam sang kakak ipar.
"Memangnya harus ada keperluan jika ingin berkunjung ke perusahaan adik ipar ku ini ?" Adnan terkekeh melihat sambutan dari Araga yang terlihat tidak menerima kehadirannya.
"To the point saja ! Jika tidak ada urusan maka silahkan pergi !"
Araga sangat malas berurusan dengan Adnan. Terkahir mereka bertemu saat di luar negri dan itupun pertemuan yang tidak berkesan sama sekali.
Pada saat itu Araga mendapatkan pukulan secara bertubi-tubi dari Adnan karena membuat Alda menangis.
Bahkan di pernikahan Araga dan Alda pria itu memilih untuk tidak hadir. Bukan tanpa sebab Ia melakukan itu, memang Adnan tidak menyukai Araga setelah pria itu menuduh adiknya dengan tuduhan yang tidak-tidak.
Adnan selalu meminta Alda untuk melupakan Araga dan mencari pria lain namun sepertinya sang adik sudah cinta mati dengan pria yang berada di hadapannya.
"Tidak sopan sekali penyambutan mu terhadap kakak ipar sendiri. Harusnya kamu mengajakku duduk terlebih dahulu lalu boleh mengusirku !" ucap Adnan tersenyum sinis.
Tanpa menunggu Araga membuka suara, Adnan segera memasuki lift hendak naik ke ruangan Araga.
Sementara Araga hanya bisa berdecak kesal melihat kelancangan dari kakak iparnya itu. Dengan terpaksa pria itu ikut masuk ke dalam lift yang sama dengan Adnan. Tak ada percakapan sama sekali diantara kedua pria tersebut.
Sesampai di lantai paling atas dimana ruangan Araga berada keduanya berjalan beriringan dan masih saling mendiamkan.
"Duduklah ! Mau minum apa ?"
Araga membuka suara dan mempersilahkan sang kakak iparnya duduk, tak lupa Ia menawarkan minuman kepada Adnan.
"Tak perlu repot-repot ! Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu denganmu"
Araga tampak begitu serius menunggu kalimat penting yang ingin dikeluarkan oleh Adnan.
"Katakanlah !"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa komen😚❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Aska
pasti nya yg bawa Feby adalah Adnan jgn sampai Adnan suka sama Feby kelamaan satu rumah tumbuh cinta diantara mereka berdua 😇
2023-02-02
0
gameta
kayaknya yg ngulik Feby itu Adnan...
udahlah kak author c araga udah cinta mati k Feby biarkan aja mereka bersama..
Alda kasih cwo yg LBH baik dari araga aja
2022-10-03
3
Ani Ponianingsih
apakah yg nyulik febby kakaknya alda🤔
2022-10-03
4