Pernikahan mereka awalnya berjalan baik hingga Mami Evelin masuk rumah sakit dan meminta agar Araga menikah dengan Alda.
"Araga, berjanjilah untuk menerima permintaan Mami !"
Ucapan Mami Evelin terus terngiang-ngiang di kepala Araga sehingga membuatnya tidak bisa fokus menyetir.
"Sial... Kenapa harus wanita murahan itu sih ?" umpat Araga kesal.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit akhirnya Araga sampai di rumahnya. Pria itu tidak menginap di rumah sakit karena Papi Argantara memintanya untuk pulang saja dan memikirkan dengan baik-baik permintaan sang Mami.
Sebenarnya setuju tidak setuju pernikahan Araga dan Alda tetap akan dilaksanakan. Karena Papi Argantara telah menyebar undangan pernikahan tanpa sepengetahuannya. Araga merasa dirinya tidak perlu berpikir lagi tentang pernikahan itu. Araga hanya perlu memikirkan bagaimana caranya agar Alda tidak tahan hidup dengannya.
"Kamu sudah pulang mas ?" tanya Febby saat Araga berhasil membuka pintu.
"Sayang kamu belum tidur ?" tanya Araga melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam.
"Aku menunggumu sedari tadi" ucap Febby.
"Maaf sayang, mas lupa mengabari kamu jika Mami sedang dirawat di rumah sakit" ucap Araga merasa bersalah.
"Mami masuk rumah sakit ? Sakit apa mas ?" tanya Febby khawatir.
"Biasa, penyakit jantungnya kumat. Tapi sudah agak mendingan kok" jawab Araga.
"Sebaiknya kita ke kamar. Mas ingin menceritakan sesuatu yang penting" lanjut Araga.
Febby menatap Araga dengan tatapan penasaran. Tidak biasanya suaminya mengajaknya berbicara dengan wajah yang sangat serius begitu. Febby merasakan perasaan tidak enak setelah melihat raut wajah Araga yang tampak datar.
"Mas mau bicara apa, sepertinya begitu serius ?" tanya Febby.
Araga terdiam sejenak lalu menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar. Entah bagaimana caranya Araga memulai pembicaraannya dan menjelaskan semuanya pada Febby. Araga tahu jika kenyataan ini pasti membuat Febby merasa sakit hati.
"Kenapa diam mas ?" tanya Febby.
Araga kemudian menatap istrinya dengan tatapan lembut. Pria itu menarik Febby duduk di pangkuannya. Araga memeluk istrinya dengan erat sehingga membuat Febby bingung.
"Maafkan mas !" ucapnya terdengar lirih.
Febby semakin bingung dan penasaran dengan apa yang telah dialami oleh suaminya. Tidak mungkin tidak terjadi sesuatu sehingga membuat Araga bersikap seperti ini.
"Maaf untuk apa ?" tanya Febby dengan lembut.
Araga melepaskan pelukannya sejenak dan menatap Febby dengan tatapan bersalah.
"Mami memintaku untuk menikahi Alda" ucap Araga.
*Deg*
Hati Febby terasa nyeri mendengar pernyataan dari suaminya. Bagai ditusuk ribuan jarum terlebih lagi saat Ia tahu wanita itu merupakan cinta pertama Araga.
"Aku tidak punya pilihan lain karena Papi sudah merencanakan pernikahan ini tanpa sepengetahuanku" lanjut Araga.
Pria itu tahu jika istrinya pasti merasa kecewa padanya. Dengan lembut ibu jari Araga menghapus air mata Febby yang lolos dari kelopak matanya. Araga juga merasa sakit melihat wanitanya kecewa seperti ini.
"Harusnya memang dari awal kita tidak melakukan pernikahan siri !" ucap Febby yang kini terisak.
"Kita memang saling mencintai tapi tidak pernah bisa bersatu. Semakin kita berkorban semakin kita sakit, semakin kita berjuang semakin banyak luka di hati kita. Jadi sebaiknya kita akhiri saja pernikahan ini !" lanjut Febby.
Araga menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda tidak setuju. Pria itu yakin jika suatu saat mereka bisa bersatu dan hidup bahagia bersama.
"Pilihan ini tidak salah Febby. Kita hanya membutuhkan waktu sedikit lagi dan bersabar untuk mencapai kebahagiaan kita" ucap Araga.
"Tapi mau sampai kapan kita begini ? Sadar nggak sih jika sebenarnya kita bertahan bukan karena cinta kita yang besar melainkan obsesi kita yang ingin memiliki satu sama lain. Jika memang benar cinta kita besar tidak seharusnya kita berkorban hingga melukai satu sama lain seperti ini. Cinta terbesar adalah ketika kita bisa melepaskan seseorang yang kita cintai dengan ikhlas untuk hidup bahagia bersama orang lain. Bukan seperti ini !" ucap Febby.
"Pernikahan yang kita impikan akan membawa kebahagiaan justru membawa luka untuk kita Araga. Pengorbanan dan perjuangan cinta memang dibutuhkan namun bukan berarti harus egois karena terobsesi untuk hidup bersama" lanjut Febby.
Febby kini sadar jika selama ini bukan cinta mereka yang besar melainkan obsesi mereka. Mereka hanya sama-sama nyaman karena menemukan orang yang berbeda yang bisa berbagi kekuatan dan kebahagiaan bersama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Aska
miris banget nasib percintaan Feby
2023-02-02
1
Rini Antika
Semangat terus Kak Sa..💪💪
2022-10-14
1
Rini Antika
kasihan jg sih nasib s Febby..😢
2022-10-14
2