Ratu yang mendengar cerita sang putra langsung memukulnya sekuat tenaga. "Sudah aku bilang untuk menjaga wibawa, kenapa malah bermain-main?"
"Ibu tahu aku melakukannya untuk apa? Kenapa aku malah kena pukul?"
"Seharusnya kamu bisa menjaga martabat sebagai seorang pangeran, bukannya bermain hal yang tidak penting."
"Aduduh." Bence menggosok tangan yang dipukul ibunya. "Permaisuri tidak pernah memukul anak-anaknya, kenapa ibu selalu memukulku?"
"Tandanya aku peduli padamu, anak-anak permaisuri tidak pernah diurus permaisuri, wajar mereka tidak pernah mendapat pukulan. Sekali lagi kamu ulangi hal berbahaya, ibu akan menghukum kamu."
"Iya, aku mengerti bu."
"Kembali ke kamar, aku tidak mau mencari masalah dengan ayahmu."
Raut wajah Bence berubah cemberut. "Aku tidak mau bertemu pasukan ayah, mengerikan. Mereka tidak suka diajak bercanda dan hanya berdiri diam seperti patung, aku lebih suka di sini bersama ibu."
"Kembali ke kamar sebelum kaisar menghukum kamu lebih banyak, apa kamu tidak mendengar perintahnya dengan jelas?"
"Apakah ibu juga mendengarnya? Ibu kan pingsan." Ejek Bence lalu lari keluar kamar.
Ratu yang hendak mengangkat tangannya, menghela napas ketika pembuat masalah keluar dari kamarnya. "Kenapa anakku berubah mengerikan? Dosa masa lalu apa yang sudah aku lakukan?"
Yang menjadi masalah adalah kaisar,
--------
Wilayah Birendra, keluarga permaisuri. Beberapa hari sebelum kasus penangkapan orang-orang ratu yang berusaha menjatuhkan permaisuri di dalam wilayah keluarga permaisuri.
"Kamu! Apa yang kamu bawa?" Teriak salah seorang penjaga pintu gerbang sambil menyodok kereta yang akan lewat. "Tunjukkan kepada kami."
Seorang pria yang duduk di samping kusir, turun dan segera bicara ke penjaga tersebut. "Kami hanya membawa bahan makanan seperti biasa."
"Apakah makanan yang akan didistribusikan ke istana kekaisaran?"
"Ya, ya."
"Buka penutupnya dan aku akan periksa."
"Silahkan, silahkan." Pria itu buru-buru masuk ke dalam kereta yang atapnya ditutup supaya tidak merusak barang yang akan dijual.
Pria itu menunjukkan barang-barang bagus di bagian atas lalu menutupnya dengan hati-hati seolah barang berharga. "Nah, sudah selesai, bukan? Sekarang izinkan kami lewat gerbang dan menjual barang-barang ini ke Duke Birendra."
"Apakah hanya kereta ini? Ada kereta lain?"
"Sepuluh kereta di belakang adalah milik saya, semua barang dijamin bagus seperti milik saya sekarang. Jika anda tidak percaya, silahkan periksa."
"Baik! Aku akan memeriksa semuanya!"
"Y- ya?"
"TURUNKAN SEMUA KUSIR DAN ORANG DI SAMPINGNYA! PERIKSA BARANG DI DALAM SEPULUH DERET KERETA ITU! JANGAN ADA YANG TERLEWAT!" Perintah penjaga gerbang.
Pria itu menjadi panik dan berusaha menghalangi pemeriksaan penjaga lain. "Tunggu! Apa yang akan kalian lakukan? Merusak barang dagangan kami? Apakah kalian ingin bertanggung jawab jika ada kerusakan?!"
"Kami hanya ingin periksa semua barang, kenapa kamu berusaha menghalangi?"
"Apakah kalian tidak tahu bagaimana upaya kami, para petani untuk menghasilkan produk bagus seperti ini? Hah! Hebat! Duke Birendra sudah sewenang-wenang terhadap petani seperti ka-"
Salah seorang penjaga menarik satu peti dan mengeluarkan isinya, keluar wortel yang sudah tidak layak untuk dimakan.
Pria itu terdiam dan berubah menjadi gugup.
Penjaga lainnya mengeluarkan banyak peti dari dalam kereta dan memeriksa banyak bahan pakan berkualitas jelek diletakan di bawah sementara yang bagus sengaja diletakan paling atas untuk menghindari kecurigaan.
Pria yang tadinya berteriak marah dan berani melawan petugas menjadi gugup dan berjalan mundur hingga tidak sengaja menabrak baju besi salah satu ksatria.
Ksatria yang ditabrak langsung menutup mulut pria itu dengan kain dan mengikat kedua tangannya dengan erat supaya tidak bisa bunuh diri.
Aether keluar dari balik pohon dan memakai mantel berwarna cokelat hingga tidak bisa dikenali pihak luar. Hanya penjaga yang menyamar tahu sosoknya.
"Seperti yang anda perintahkan, kami sudah periksa semua barang dan memang banyak yang busuk. Apa yang harus kita lakukan, Pangeran Mahkota?" Tanya ksatria kepercayaan Aether yang menyamar sebagai penjaga gerbang.
Aether menggeleng kecewa karena tidak memeriksa semua bahan pangan ini, jika dikirim ke ibu kota sesuai jadwal, nama duchy Birendra akan menurun dan kaisar tidak bisa menyelamatkan keluarga permaisuri. "Tangkap yang terlibat dan siksa sampai mereka menjawab siapa dalangnya."
"Baik!"
Aether kembali ke istana pangeran mahkota bersama seorang penyihir di belakangnya.
"Pangeran mahkota."
Aether yang sudah disambut para pelayan dengan melepas mantelnya, otomatis balik badan. "Ada apa?"
Aether beruntung, salah seorang pelayannya merupakan keturunan penyihir dan bisa menggunakan portal, pelayan itu bernama Zee.
Zee panik ketika Aether bersikap santai. "Bagaimana anda bisa menjelaskan ke kaisar saat anda melakukan perjalanan jauh dalam waktu singkat?"
"Ah." Aether paham kekhawatiran Zee. Ibu Zee merupakan salah satu budak keturunan penyihir yang melayani keluarga Count. Ayah kandung Zee adalah Count yang sekarang, pendukung ratu sementara Zee dibuang di istana pangeran mahkota, seolah semua orang tahu masa depan. "Kita tidak perlu beritahu semua orang tentang keistimewaan kamu, apakah count tahu kamu bisa sihir?"
"Tidak, ibuku mati-matian menyuruh aku menjaga status." Jawab Zee dengan khawatir lalu melirik pelayan di sekitar pangeran mahkota. Dia tidak mau dihukum mati atau menjadi budak hanya karena bisa memiliki sihir.
Zee sendiri juga sempat ceroboh karena pangeran mahkota melihat dirinya sedang membersihkan kamar menggunakan sihir.
Aether bisa melihat ketakutan di mata Zee. "Kamu tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang bisa menghukum orang kepercayaan pangeran mahkota. Jika aku tidak bisa melindungi diri sendiri, kamu bisa melarikan diri."
Zee merasa tidak enak dengan perkataan Aether. "Ma- maafkan saya, Pangeran Mahkota. Saya tidak bermaksud-"
Pelayan harus mati bersama pangeran mahkota, hal itu sudah menjadi perjanjian tidak tertulis sejak dulu.
Zee bersujud di kaki Aether dengan nada gemetar. "Saya tidak akan berkhianat, tolong jangan buang saya pangeran mahkota."
Aether menghela napas, sepertinya dia harus mengubah pemikiran para pelayan mengenai konsep mengikuti majikan sampai mati. "Sudahi omong kosong ini, aku harus bertemu dengan kaisar. Ganti pakaian kamu dan jangan buat orang lain curiga."
Zee bangkit dan membungkuk hormat ke Aether. "Terima kasih, pangeran mahkota."
Aether mengangguk singkat lalu membaca semua dokumen yang diberikan oleh kakeknya.
Kakek pada awalnya tidak setuju mengirim distribusi makanan ke istana kekaisaran, namun mengingat permaisuri jatuh sakit dan sulit makan- ratu mengusulkan untuk membeli bahan makanan dari wilayah Birendra secara keseluruhan.
Kakek masih tetap tidak setuju, namun kaisar yang memikirkan kondisi permaisuri mulai memburuk, akhirnya mengeluarkan perintah yang disarankan ratu.
Jika kakek ingin menyalahkan seseorang maka yang bisa disalahkan adalah kepala pelayan dan juga orang-orang di wilayah Birendra. Itu berarti-
Deg!
Aether baru menemukan satu fakta penting. Ada penyusup di wilayah Birendra dan mulai mengacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments