Yamuna terus menghirup udara segar di dalam kamarnya. Setelah cukup menyegarkan pikiran dan hatinya, Yamuna melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sejenak. Setelah itu Yamuna mengganti baju kebayanya dengan baju piyama tipis berwarna merah muda. Tidak ingin membuat suami, mertua, dan ipar merasa tersudutkan ketika sedang di rumahnya. Yamuna segera keluar dari dalam kamar. Kedua kakinya terus melangkah menuruni anak tangga. Rambut hitam panjang setengah basah tergerai bebas di udara.
Farran, dan Garda berdiri Sedangkan Caden dan Dara masih duduk di sofa. Mereka menatap kedatangan Yamuna terlihat sangat cantik dan begitu mempesona dengan baju piyama tipis miliknya.
Dara menaikan alis kanannya menatap kedatangan Yamuna, ‘Sial. Wanita satu ini cantik juga. Kalau seperti ini aku bisa kalah saing dengannya.’
Yamuna menghentikan langkah kakinya di depan mertua, suami, dan Iparnya. Tangan kanan mengulur ke pintu, “Karena tante dan yang lainnya ingin merayakan kehamilan Kak Dara. Lebih bagus kalian pergi dari rumahku sekarang juga. Dan kalian boleh kembali jika kalian ingin mengunjungi aku dan juga Farran,” tegas Yamuna, kedua mata melirik tajam ke Caden.
‘Gawat. Kalau gadis ini menyuruh aku kembali, pasti aku tidak bisa menikmati kekayaan dari gadis ini. Bukannya aku menyetujui pernikahan Farran dengan Yamuna semata aku juga ingin ikut menikmati hartanya. Kalau seperti ini aku harus segera bertindak agar Yamuna bisa tetap mempertahankan aku tinggal bersama dengan Farran.’
Setelah bergelut dengan pikiran kotornya, Caden segera berjalan mendekati Yamuna. Ibarat karyawan ingin naik jabatan. Caden mengemis dengan cara memijat lembut kedua bahu Yamuna sambil berkata, “Mana mungkin kami pergi di saat menantu baru Mama sedang berduka. Ini juga sudah malam, kenapa kamu tega mengusir Mama mertua kamu pergi dari rumah ini. Izinkanlah Mama dan yang lain untuk bermalam di sini!” rayu Caden lembut.
Yamuna melepaskan perlahan kedua tangan Caden dari kedua lengannya. Senyum palsu Yamuna tunjukan saat menatap wajah Caden, “Maaf tante. Air ludah yang sudah dibuang, tidak perlu di jilat lagi!” Yamuna berjalan mendekati Dara, kedua tangan diletakkan di atas pinggang, tubuh sedikit membungkuk menatap Dara sedang duduk manis di sofa. Yamuna menyambung ucapannya, “Bukannya tadi Kak Dara bilang jika hanya aku yang berduka, bukan dirinya. Bukan begitu Kak Dara?”
“Yamuna. Kamu kenapa jadi marah seperti ini?” tanya Caden berusaha mendekati Yamuna.
“Ha ha” tawa renyah keluar dari bibir Yamuna. Tatapan dingin tertuju kepada Caden, “Aku tidak marah. Hanya saja aku mengulang….”
Plaakk!!
Farran mendaratkan satu tamparan keras di pipi kiri Yamuna.
Melihat Mamanya seperti sedang direndahkan. Farran terlihat tidak senang, tangan kanannya dengan ringan melayang ke pipi Yamuna. Farran memeluk Mamanya. Jari telunjuk Farran mengarah ke Yamuna, “Lancang sekali mulut kamu membantah Mama. Aku menyesal menikah dengan kamu!”
“Ha ha. Menyesal?” tanya Yamuna dengan tawa renyah menyelimuti perkataannya.
“Iya. Aku menyesal!” ucap Farran sekali lagi dengan nada sedikit tinggi.
“Daripada penyesalan ini membuat kamu menjadi rasa penyesalan untuk seumur hidup. Lebih bagus kita bercerai.”
‘Tidak aku sangka gadis polos dan lugu ini memiliki sikap pemberani juga. Jika dia ngotot ingin bercerai dengan putraku. Maka Farran tidak akan mendapatkan hasil apa pun. Aku tidak boleh membiarkan ini terjadi. Aku harus menuruti semua permintaan gadis sombong ini. Mala mini aku haru mengalah, dan aku juga harus memikirkan sesuatu hal yang matang untuk rencana selanjutnya. Agar aku bisa menetap tinggal di sini.’
Caden mengelus bidang dada Farran. Kepala menggeleng, “Nak. Kamu tidak boleh kasar seperti itu dengan Istri kamu. Kamu harus sabar, mungkin amarah Yamuna efek dirinya sedang merasa sedih karena baru saja ditinggalkan oleh tuan Jordan. Karena hari mulai larut, Mama dan yang lainnya sebaiknya pulang ke rumah saja. Lagian jarak rumah kita tidak jauh, hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam saja. Besok Mama dan yang lainnya mampir kembali,” Caden mendekati Yamuna, tangan kanannya membelai lembut bahu kanan Yamuna, “Mama pulang dulu. Dan kamu jangan berkelahi lagi dengan Farran. Jika punya masalah jangan terlalu buru-buru meminta cerai."
Yamuna diam, tidak mempedulikan nasehat Caden, dengan wajah ia buang ke sisi kanan.
Garde mendekati Yamuna, tangan kanan membelai lembut puncak Yamuna, “Maafkan perbuatan kasar dari Farran!” ucap Garda meminta maaf kepada Yamuna atas kesalahan adiknya.
Melihat Garda bersikap lembut kepada Yamuna, Dara terlihat tidak senang. Dara segera menarik tangan Garda, membawa Garda berjalan keluar meninggalkan kediaman rumah Yamuna.
“Aku ikut Mama pulang,” ucap Farran merangkul tangan kanan Caden. Membawa Caden perlahan berjalan menuju pintu utama.
Caden menghentikan langkahnya. Caden berdiri, menatap serius wajah Farran, “Kamu sudah menikah, dan di sini Yamuna hanya tinggal sendirian. Sebagai seorang lelaki tidak boleh tega membiarkan seorang wanita tinggal sendirian di rumah sebesar ini!” Caden membelai lembut pipi kiri Farran, “Mama pulang dulu. Kamu harus mengontrol emosi kamu, dan bertahanlah dengan sikap Istri kamu!” Caden melirik ke Yamuna masih berdiri di tengah ruang tamu. Tangan kanan melambai, “Mama pergi dulu ya sayang. Besok pagi Mama akan datang kembali dengan membawakan kamu sarapan,” ucap Caden lembut berpamitan dengan Yamuna. Caden kembali menatap wajah Farran, “Mama pulang dulu,” sambung Caden melangkah pergi meninggalkan Farran dan juga Yamuna.
Melihat Caden, Garda dan juga Dara sudah pergi dari rumahnya. Yamuna berbalik badan, kedua kaki melangkah menuju anak tangga dengan bibir mengumpat, “Aku tidak menyangka jika memiliki Ibu mertua yang sangat pandai bersandiwara.”
Mendengar umpatan Yamuna, Farran langsung menutup dan mengunci pintu. Kedua kaki Farran melangkah besar mengikuti Yamuna. Farran langsung menggenggam erat pergelangan tangan kiri Yamuna. Membawa paksa Yamuna menaiki anak tangga menuju kamar.
“Lepaskan aku!” teriak Yamuna berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Farran.
Farran tidak memperdulikan rintihan Yamuna. Kedua kakinya terus melangkah cepat sambil menggandeng tangan Yamuna berjalan menuju kamar. Sesampainya di depan pintu kamar, Farran langsung membuka pintu, mendorong tubuh Yamuna masuk ke dalam kamar hingga tubuh Yamuna tersungkur di lantai. Membuat kedua lutut memar.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Yamuna berusaha bangkit.
Setelah mengunci pintu dan membuang kuncinya, Farran membuka perlahan baju kemeja putih, dan gasper celana. Tatapan dingin mengarah ke wajah Yamuna, “Menurut kamu apa lagi?” tanya Farran kembali. Kedua kaki berjalan cepat mendekati Yamuna.
Yamuna berbalik badan, “Tidak. Sudah gila kamu!” ucap Yamuna meninggikan nada suaranya, kedua kaki berlari menuju kamar mandi.
Blam!
Saat Yamuna hendak membuka pintu kamar mandi, Farran segera menahan pintu kamar mandi dengan tangannya.
“Berhenti di sana, atau aku akan berteriak!” ucap Yamuna sedikit mengancam Farran. Merasa takut akan hal buruk menimpa dirinya, kedua kaki Yamuna berjalan mundur, menjauh dari Farran.
“Teriak saja,” Farran mengulurkan tangannya, menarik tangan kanan Yamuna sehingga Yamuna jatuh dalam pelukannya.
“Lepaskan aku!” teriak Yamuna berusaha lepas dari Farran.
Farran tidak memperdulikan teriakan Yamuna. Farran malah menggendong Yamuna dan membawanya menuju ranjang. Farran menjatuhkan tubuh Yamuna dengan kasar di atas ranjang.
“Aku bilang jangan lakukan hal ini kepadaku, Farran!” ucap Yamuna sedikit menekan nada suaranya.
Yamuna perlahan ingin duduk. Namun Farran dengan cepat menindih tubuh Yamuna. Tangan kanan dengan cepat menyatukan kedua pergelangan tangan Yamuna, dan menggenggamnya sangat erat. Tatapan penuh maksud tersirat jelas di raut wajah Farran saat menatap wajah Yamuna, “Kamu sudah membuat aku marah. Jadi kamu harus menerima hukumannya!” Farran membungkam bibir merah muda Yamuna dengan ciuman manis.
‘Ciuman ini membuat aku tidak bisa bernafas. Aku harus bagaimana ini. Aku harus segera melepaskan diri, tapi genggaman tangannya sangat kuat sekali.’
Farran melepaskan ciumannya. Dan berpindah ke tempat lain. Tangan Farran sangat aktif dan ramah menjelajahi tubuh mulus Yamuna. Membuat bibir Yamuna tadi hanya diam membisu kini mulai mengeluarkan suaranya. Saat semua pemanasan sudah terlanjur panas, Farran hendak memasukan rudalnya. Farran dapat tunjangan hangat dari Yamuna.
Bam!
Sebuah kaki mulus mend-arat tepat di rudal Farran.
“Auw!” keluh Farran memegang rudalnya.
“Hiks..hiks..sakit… kamu sangat kasar. Aku kan sudah bilang jangan lakukan hal ini kepadaku!” rengek Yamuna, kedua tangan terus menyeka kasar air mata di pipinya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Dewi Payang
cemburu kh Dara?😁
2022-11-26
0
Dewi Payang
Astaga, jgn ringan tangan donk Faran
2022-11-26
0
Dewi Payang
Mantap Yamuna
2022-11-26
0