Sekolah masih terlalu sepi, sepertinya Dira berangkat terlalu pagi hari ini. Melihat baru sedikit murid yang datang ke sekolah membuat Dira menunggu kedatangan temannya di taman yang terletak tak jauh dari area parkir.
"Sendirian aja, Dir?" Sapa Verrel yang kebetulan baru datang dengan Axell.
Dira menoleh, ia sedikit terkejut dengan kedatangan Verrel dan Axell. Kapan kakak kelasnya itu sampai? Begitu pikir Dira. Pasalnya, Dira tidak melihat dua cowok itu tadi.
"Iya, kak. Belum pada dateng. Kepagian gue datangnya." Jawab gadis itu. Verrel mengangguk mengerti, ia membenarkan setelah melihat jam tangan yang melingkar di tangannya dan benar saja. Jam baru menunjukkan pukul 06.30.
"Selamat pagi bidadari cantikku." Sapa Bastian dengan begitu semangat. Mendengar kata bidadari membuat ketiganya menoleh.
"Lo masih panggil Dira dengan sebutan bidadari, Bas?" Tanya Verrel.
"Kenapa memangnya, ada yang salah di sini?" Bukannya menjawab, Bastian malah bertanya balik pada Verrel.
"Nggak kenapa-kenapa, sih. Gue hargai perjuangan Lo..." Jawab Verrel yang di akhiri dengan kekehannya. Merasa mendapat lampu hijau dari salah satu sahabatnya membuat Bastian mengacungkan jempolnya pada Verrel.
"...Tapi kalo Lo di tolak lagi sama Dira, jangan nangis Lo, apa lagi sampai berpikir untuk bunuh diri!" Lanjut Verrel yang memperingatkan sahabatnya itu.
"Sialan Lo. Kalo ngomong yang baik-baik, bisa kan? kan kalo beneran di kabulin sama yang maha kuasa jadinya baik juga." Protes Bastian.
"Sok religius, Lo. Dapet wangsit dari mana?" Jawab Verrel sambil menonyor kepala Bastian.
"Woy... Bangs*t! Kepala gue, nih! Calon kepala rumah tangga. Sembarangan Lo pake toyor-toyor!" Protes Bastian tak terima.
"Pada lagi ngomongin apaan, sih?" Celetuk seorang gadis yang baru saja datang dan langsung duduk di samping Dira.
"Ini, Beib. Si Babas, lagi usaha deketin bidadarinya." Jawab Verrel sambil terkekeh keli.
Nayla reflek menoleh pada Bastian. Ia tahu, siapa yang di maksud bidadari oleh Verrel di sini. Gadis itu pun berkata, "Gue hargai usaha Lo, Bas. Lo emang pantang mundur kalo lagi berusaha dapetin sesuatu. Patut di contoh emang usaha Lo." Ucap Nayla sambil mengacungkan jempolnya.
Merasa mendapat dukungan dari teman sekelasnya itu, seketika membuat senyum Bastian mengembang. "Di saat yang lain berusaha buat ngejatuhin gue, kek nya cuma Lo yang dukung gue, Nay. Thank's ya, Nay. Lo emang terbaik." Jawab Bastian sambil mengacungkan jempolnya pada Nayla.
"Tapi..." Ucap Nayla menggantung. "... Jangan seneng dulu, Bas. Ada tapinya ini!"
"Tapi?" Dagu Bastian terangkat, " ... Tapi kenapa, Nay." Tanya Bastian bingung.
"...Tapi gue nggak yakin kalo sahabat gue yang cantik dan unyu ini mau terima Lo." Jawab Nayla. Detik kemudian terdengar tawa pecah dari Nayla dan juga Verrel.
"Ckk. Lo berdua, ya. Nggak cowoknya nggak ceweknya kompak bener kalo urusan ngejatuhin gue. Emang dasar temen lucknut Lo berdua." Cibir Bastian kesal.
Sementara Axell hanya menarik satu sudut bibirnya melihat tingkah mereka. Jangan tanyakan Dira. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat Verrel dan Nayla, sepasang kekasih yang kompak menjahili Bastian, teman mereka sendiri.
"Eh bentar, Dir." Ucap Nayla tiba-tiba setelah tidak sengaja melihat jari manis Dira.
"Ada apa, Nay?" Tanya Dira cepat.
"Sejak kapan Lo pake cincin?" Tanya Nayla sambil mengangkat tangan Dira dan memperhatikan cincinnya.
"Cincin?" Ulang Dira lirih. Pandangan Dira lalu jati pada tangannya. "... Oh... Ini - emm... Sejak -"
"Cincinnya bagus, deh. Ada inisial huruf A nya juga." Ucap Nayla.
Deg...
'Inisial huruf A. Jangan-jangan cewe yang di jodohin sama gue...? Berarti kemarin...?' Batin Axell berpikir. Laki-laki itu pun memperhatikan Dira diam-diam.
Dan seperti biasa, hal itu pun tak luput dari perhatian Verrel yang akhir-akhir ini selalu memperhatikan sahabatnya itu. Jika sesuatu itu menyangkut gadis bernama Dira, Axell yang terkenal cuek pasti akan menunjukkan reaksi tak biasa.
"Huruf A." Ucap Nayla seolah berpikir. "O... gue tau... Tuh cincin pasti dari Arfen. Iya, kan? Ngaku nggak?!" Tebak Nayla yakin.
"Ish... apaan sih, Nay?! Ngaco Lo?! Jangan bikin skandal! Ini cincin dari bokap gue. Paham anda?" Jawab Dira berbohong. Sementara Axell setelah mendengarkan nama Arfen, entah mengapa ia jadi kesal sendiri.
"Gue duluan." Ucap Axell yang beranjak pergi dari duduknya.
"Fix, Lo Kayaknya emang lagi nyembunyiin sesuatu dari gue, Xell." Gumam Verrel lirih agar tak ada yang ucapannya.
"Gue juga mau ke kelas. Duluan ya semua!" Pamit Dira.
"Nanti ke kantin bareng ya, Dir!" Teriak Nayla. Tak menjawab, Dira hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh.
"Kelas yuk, Beib!" Ajak Nayla pada Verrel.
"Siap komandan." Jawab Verrel sambil berjalan berdampingan dengan Nayla.
"Nasib jomblo. Gue kayak nggak di anggep ada." Keluh Bastian yang sengaja di kreasikan agar Verrel dan Nayla mendengarnya. Verrel dan Nayla yang mendengar itu pun kompak menertawakan ekspresi memelas dari Bastian.
"Resiko jomblo, Bas!" Jawab Verrel dan Nayla kompak.
...***...
Bel istirahat telah berbunyi. Jika biasanya jam istirahat di habiskan oleh para murid lainnya ke kantin, taman, atau rooftop. Tapi lain halnya dengan Axell. Axell kini tengah berjalan menuju ke ruang OSIS. Sampai di ruang OSIS, laki-laki itu langsung duduk di tempat yang biasa ia tempati jika sedang rapat.
Tiba-tiba Axell teringat dengan apa yang Nayla katakan pagi tadi, dimana Dira yang tengah memakai cincin. Axell pun berpikir. "Nayla bilang, Dira pake cincin inisial huruf A. Ya meskipun gue nggak liat tuh cincin kek apa? Tapi kemarin gue juga liat dia ada di butik yang sama..."
"...Apa mungkin tuh cewe yang di jodohin sama gue? Tapi tuh cewe bukanya lagi deketan sama si Arfen?"
"...Ck, nggak mungkin. Setahu gue, nyokapnya Dira kan udah meninggal. Terus cewe yang di jodohin sama gue nyokapnya masih hidup. Ini cuma kebetulan, dan cewe yang di jodohin sama gue udah pasti bukan Dira..."
"...Tunggu, bunda bilang dia sekolah disini, kan? Dan bahkan dia adek kelas gue. Tapi siapa?"
"...Ck, sial. Kenapa gue kek ngerasa kecewa kalo cewe yang di jodohin sama gue itu bukan Dira? Kalo yang di jodohin sama gue itu Dira, it's okay, Gue rasa tuh cewe gadis yang baik dan nggak aneh-aneh, gue nggak keberatan." Ucap Axell bermonolog sambil memijat pelipisnya sebelah.
Axell begitu larut dalam pikirannya sendiri. Sampai-sampai ia tidak sadar kalau ada seseorang yang datang dan berjalan mendekat ke arahnya dengan satu tangan yang mengarah pada pundak laki-laki itu.
"Lo lagi ada masalah apa sih, bro?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
I'm20___
andira & axello
2023-09-02
0
I'm20___
sejak kemaren, nay...
2023-09-02
0
I'm20___
nah kan... ke gep...
2023-09-02
0