Dira mengernyitkan dahi dan membuka matanya perlahan. Kepalanya tertoleh kesamping menelisik ruangan yang asing menurutnya, sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Dira mencoba bangun dari posisi berbaringnya.
"Jangan dulu bangun!" Ucap seseorang yang sedang duduk sambil membaca buku tak jauh dari brankar Dira berbaring sekarang.
"Kok gue bisa disini?" Tanya Dira yang kembali berbaring.
"Lo pingsan. Kalo sakit gak usah ke sekolah." jawab Axell.
"Aku nggak pa-pa kok, kak." Jawab Dira yang masih kekeh bilang tidak apa-apa.
"See, Lo tadi baru aja pingsan, dan Lo sekarang masih bilang Lo nggak apa-apa..." Ucap Axell kian ketua. "...Lo itu sakit. Perlu gue anterin Lo ke rumah sakit?" Imbuhnya.
'Ternyata selain pendiam dan misterius, Lo itu batu juga ya?" Batin Axell menilai Dira.
"Lo tunggu disini, gue keluar bentar!" Ucap Axell sebelum pergi meninggalkan UKS.
Selang beberapa menit, Axell kembali dengan seorang ibu kantin yang membawa nampan berisi semangkuk bubur ayam dan segelas teh hangat.
"Saya taruh sini ya, den Axell." Ucap Bu kantin itu pelan.
"Makasih ya, Bu." Jawab Axell sopan pada Bu kantin yang mengantarkan makanan tadi.
"Den Axell kayak sama siapa aja. Sama ibu mah biasa aja atuh, den..." Jawab Bu kantin itu ramah.
Axell hanya menanggapinya dengan senyum.
"...Kalo begitu, saya permisi dulu ya, den." Pamit Bu kantin itu pada Axell. Axell hanya menganggukkan kepalanya.
Baru saja Axell akan menyuruh Dira makan, tapi Axell mengurungkan niatnya. Karena ternyata Dira kembali terlelap.
Melihat itu Axell hanya menghembuskan nafasnya pelan. Tak lama berselang, ponsel Axell pun bergetar.
📲 Verrel is Calling...
"Ada apa?" Tanya Axell.
"Lo dimana, Man? Tadi pagi katanya mau keruang OSIS. Gue susulin kok malah nggak ada?" Tanya Verrel penasaran.
"Gue di UKS?" Jawab Axell singkat.
"Lah... Siapa yang sakit?" Tanya Verrel lagi.
"Adik kelas." Jawab Axell sambil melirik ke arah Dira.
Tuutt...
Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Axell sudah lebih dulu menutup teleponnya. Dan tak lama berselang, ada yang mengetuk pintu UKS.
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk!" Ucap Axell datar.
"Dira gimana, kak?" tanya Melody sedikit ngegas dan langsung membuat Axell menatapnya tajam.
"... Sorry." Ucap Melody yang kini dengan suara pelan.
"Tadi udah sadar, sekarang tidur." Jelas Axell yang langsung di angguki kepala tanda mengerti oleh Melody.
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk!" Ucap Axell masih dengan nada yang sama. Datar. Dan lewat sepersekian detik, masuklah dua orang cowok. Ya siapa lagi kalau bukan Verrel dan Bastian.
"Siapa yang sakit, Xell?" Tanya Verrel pelan karena memang Verrel sempat melirik adanya gadis yang sedang berbaring di brankar UKS.
Verrel tidak bisa melihat wajah Dira dengan jelas karena terhalang badan Axell yang kebetulan menghalangi pandangan mata Verrel.
"Dir -
Belum sempat Axell menjawab pertanyaan yang Verrel ajukan, Bastian yang mengetahui kalau gadis yang tengah berbaring di brankar itu adalah Dira langsung berteriak.
"BIDADARI GUE! KENAPA BISA PING - ADUH!" Bastian Yang seketika bertanya dengan nada tinggi itu pun langsung kesakitan sambil mengelus dahinya, karena Axell Refleks melemparkan botol minyak kayu putih yang tepat mengenai dahi Bastian.
"Kira-kira dong, Xell!" Protes Bastian yang masih dengan sibuk mengelus dahinya.
"Eh, kaleng rombeng! Salah Lo sendiri. Ini UKS, Bro. Jadi Lo jangan berisik!" Ucap Verrel yang juga terganggu dengan mulut toa Bastian tadi.
"Iya... iya... Sorry!" Ucap Bastian yang menyadari kesalahannya. "...Abisnya gue kepo, Man. Itu bidadari gue kenapa bisa pingsan?"
"Tadi gue liat nih cewe berdua keluar kelas tadi. Pas gue perhatiin, nih cewe..." Tunjuk Axell pada Dira. "... megangi kepalanya terus." Ucap Axell yang menjelaskan apa yang terjadi tadi.
Seketika pandangan mata Bastian dan Verrel yang tadinya fokus pada Dira kini beralih menatap Melody.
"Beneran, Mel? Emangnya si Dira sakit?" Tanya Verrel.
"Kok Lo gak bilang-bilang gue sih, Mel, kalo bidadari gue sakit?" Protes Bastian.
"Tolong ya, tanyanya satu-satu!" Pinta Melody pada keduanya.
Belum sempat menjawab, kini Axell lebih dulu buka suara.
"Kalo kalian masih saja berisik, mending keluar!" Hardik Axell pada ketiganya.
Kini Verrel, Bastian dan juga Melody tengah berada di kantin. Karena membuat keributan, jadilah Axell mengusir mereka.
"Ceritanya gimana sih, Mel? Kok si Dira bisa pingsan gitu?" Tanya Verrel penasaran.
"Gue juga kurang tau, kak. Emang si Dira keliatan kurang sehat gitu tadi. Terus Bu Retno nyuruh gue buat nganterin Dira ke UKS. Eh... baru beberapa langkah keluar dari kelas, si Dira pingsan. Untung aja ada kak Axell yang sigap nangkepin tubuh Dira sebelum jatuh ke lantai tadi." Jelas Melody yang menceritakan apa yang terjadi.
"Terus, Mel?" Tanya Bastian yang baru saja kembali dari toilet.
"Ya kak Axell langsung gendong Dira ke UKS lah, kak. Masa' ia orang pingsan di biarin gitu aja?" Jawab Melody malas.
"Sialan si Axell, menang banyak dia." Ucap Bastian yang merasa tidak terima karena bukan dia yang membawa Dira ke UKS tadi.
"Kok gitu sih, kak? Ya seharusnya kita bersyukur, dong. Karena kak Axell udah bersedia bantuin Dira tadi." Protes Melody yang tidak setuju dengan apa yang di katakan oleh Bastian tadi.
"Gak bisa bersyukur gue! Kenapa bukan gue aja tadi yang bawa Dira ke UKS. Gagal deh gue jadi pahlawan bidadari gue tadi." Icao Bastian kecewa.
"Pahlawan... pahlawan... Lagak Lo sok jadi pahlawan!" Ucap Verrel mencibir.
"Iri bilang, Ngab!" Ucap Bastian.
"Gue? Ngiri sama Lo? Kek Lo yakin si Dira mau aja sama Lo." Jawab Verrel.
"Ya pasti maulah. Ya kali muka ganteng good looking kek begini si doi nolak." Jawab Bastian yakin.
"Kalo beneran good looking kok masih ae ngejomblo sih, kak?" Cibir Melody.
"Bwa... hahaha... Bener tuh, Mel." Sahut Verrel sambil ketawa.
"Satu fakta yang haru kalian tahu. Gue jomblo bukan karena gue nggak laku ya disini..." Tegas Bastian tak terima. "...Gue jomblo karena gue ini pemilih." Sambungnya.
...***...
Jam pulang sekolah, Dira terlihat berjalan pelan menuju parkiran sekolah yang terlihat begitu sepi karena murid yang lain sudah sekitar setengah jam yang lalu. Hanya masih ada beberapa siswa anggota OSIS dan juga anak basket yang sedang latihan yang belum pulang.
"Lo bisa balik sendiri?" Tanya seorang cowok di belakang Dira. Seketika Dira menoleh dan menganggukkan kepalanya.
"Iya, kak. Thanks ya, udah nolongin gue tadi." Jawab Dira.
"Tunggu bentar!" Perintah Axell dan pergi meninggalkan Dira di parkiran. Sementara Dira tak menjawab, ia hanya mengernyitkan dahinya bingung. Seakan bertanya kenapa dirinya harus menunggu? Sedangkan ia ingin cepat-cepat pulang.
Selang beberapa menit Axell kembali.
"Lo balik bareng gue. Sini kunci mobil Lo!" Ucap Axell sambil menyodorkan tangannya.
Merasa Dira yang hanya diam tanpa merespon, Axell kembali minta kunci pada gadis itu.
"Biru Dira, sebelum yang lain tau!" Pinta Axell yang tak sabar. Karena tak mau niat Axell yang mengantarkan Dira pulang yang sedang sakit malah menjadi gosip nanti.
...***...
Kini Dira dan Axell sedang dalam perjalanan pulang dengan Axell di kursi kemudi. Tadi Axell sempat meminta Verrel untuk menggantikannya memimpin rapat OSIS sore ini sebelum mengantarkan Dira tadi.
"Lo tinggal sama siapa?" Tanya Axell ingin tahu setelah mereka memasuki lobi apartemen mereka. Karena seingat Axell, ia hanya melihat Dira keluar masuk sendiri.
"Sendiri, kak." Jawab Dira.
"Sendiri?" Ulang Axell.
"Iya." Jawab Dira singkat.
"Keluarga Lo?" Tanya Axell yang semakin penasaran dengan kehidupan Dira.
"Ada di rumah." Jawab Dira tak bersemangat.
*Sebenarnya nih Axell agak lupa ya, guys. Sebelumnya Axell udah pernah nanya, Dira tinggal di apart sama siapa? Tapi namanya juga lupa. Ye kan... Jadi si Axell nanya lagi. Dahlah.
"Apart Lo ada di lantai berapa?" Tanya Axell lagi.
"Lantai tujuh, kak." Jawab Dira. Lalu Axell langsung menekan angkat 7 pada tombol lift.
Ting...
Lift sudah sampai dimana Dira tinggal.
"Apart Lo nomor berapa? Gue anter sampai depan pintu apart, baru gue balik." Tanya Axell.
"Itu, kak. Kita udah sampai." Jawab Dira sambil menunjuk pintu unit miliknya.
'Ternyata cuma beda lantai.' Gumam Axell lirih.
"Kenapa, kak?" Tanya Dira karena seperti mendengar Axell mengatakan sesuatu.
"Nggak pa-pa. Sekarang Lo masuk dan istirahat. Gue balik." Ucap Axell yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Dira.
"Kak Axell..." Panggil Dira tiba-tiba.
"Iya." Jawab Axell singkat.
"Makasih." Ucap Dira pelan. Tak menjawab, Axell hanya menganggukkan kepalanya.
...***...
🎸Jrengg...
🎶 Aku di sini di atas awan...
Aku tertawan paras cantik rupawan...
Tak jemu-jemu aku memandang...
Ingin ku merayu dengarkan aku berlagu...
Baru aku mengerti artinya bidadari...
Sejak di hari ini jumpa kamu disini...
Pasti inilah surga ku di dalam nirwana...
Meskipun sementara saat kita berjumpa...
Sebentar lagi kita segera tiba...
Lepas dari mimpi ku jelang realita...
Suara merdu yang ketua OSIS Bhakti Bangsa yang sekarang ini sedang menikmati semilir angin di balkon apartemen miliknya. Di temani dengan gitar akustik kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Axello.
Namun belum sepat ia menyelesaikan lagunya, ponsel yang sedari tadi tergeletak di sampingnya berdering karena adanya panggilan masuk.
📲 Verrel is Calling...
"Hallo."
"(....)."
"Ada, gue di balkon. Masuk aja!"
"(....)."
Tuutt...
Verrel menelpon Axell dan mengatakan bahwa dia sekarang ada di lobi apartemennya. Tadi saat Axell akan mengantarkan Dira pulang menggunakan mobil Dira, ia sempat untuk mengantarkan mobilnya ke apartemen. Dan disinilah Verrel sekarang, ia sengaja mengantarkan mobil Axell sekaligus menginap di apart milik sahabatnya itu. Berhubung malam ini adalah malam Sabtu dan besok sekolah libur.
Ceklek...
Suara pintu terbuka menampilkan Verrel di balik pintu.
"Jan kebanyakan ngelamun Lo, Xell! Kemasukan setan Lo ntar!" Celetuk Verrel.
"Iya... Lo setannya!" Jawab Axell santai.
"Sialan Lo ngatain gue setan." Ucap Verrel tak terima.
"Siapa suruh ngagetin gue?" Tanya Axell.
"Ya sorry. Gue kira Lo ngelamun tadi." Jawab Verrel.
"Gue nggak ngelamun." Jawab Axell singkat.
"Terus... Ngapain? Lagi mikirin Dira? Jangan-jangan Lo udah mulai suka sama tuh cewe?" Tanya Verrel menduga-duga kalau saja Axell mulai menyukai gadis yang ditolongnya itu. Tak menjawab, Axell hanya menatap Verrel sekilas.
"BTW tuh cewe tinggal di mana, Bro?" Tanya Verrel penasaran.
"Harus banget ya gue jawab?" Jawab Axell dengan pertanyaan.
"Orang nanya juga. Sensi amat Lo, Xell, kek cewe PMS." Cibir Verrel.
"Serah. Gue ngantuk." Jawab Axell yang bangkit menuju ke kasur meninggalkan Verrel di balkon sendirian.
"Lah, gue ditinggalin. Xell.. nggak jadi Mabar kita? Ini baru jam sepuluh, Xell. Masa' Lo udah mau tidur?" Teriak Verrel yang baru memasuki kamar Axell.
"Berisik! Gue ngantuk. Kalo Lo nggak bisa diem, Lo balik!" Hardik Axell dengan mata terpejam.
"OK, deh kalo Lo mau tidur, dengan terpaksa gue juga ikutan tidur, haha.." Jawab Verrel yang di akhiri dengan tawanya.
Bughh...
Sebuah bantal melayang dan langsung mengenai kepala Verrel yang sedang tertawa itu.
"Bisa diem nggak Lo, Shitt!" Hardik Axell lagi.
"OK... OK... Xell. Sorry! Lanjutin deh tidur Lo, gue juga mau tidur." Jawab Verrel yang kini mengakhiri perdebatan diantara keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
I'm20___
langsung kena ulti gatuh?!
2024-05-25
1
I'm20___
terpantau nyaman sekali sodara2. .
2024-05-25
1
I'm20___
baru tau, xell?
2024-05-25
1