Andira & Axello. (Dijodohkan)
Seorang siswi baru tengah berjalan dengan santainya di koridor sekolah. Gadis itu tengah mencari di mana letak ruang kepala sekolah.
"Bro... Bro... ciwi, Bro!" Heboh cowok yang bernama lengkap Sebastian Arseino kepada kedua sahabatnya.
"Mana?" Tanya cowok satunya yang bernama lengkap Verrel Zufar Mahendra.
"Arah jam 12.00, Depan noh!" Tunjuk Bastian menggunakan dagunya.
"Kayaknya dia siswi baru deh". Tebak Verrel.
Sementara salah satu dari mereka, Axello Arkana Marvellyo masih asyik memejamkan matanya.
"Samperin ah... Siapa tau gue bisa dapat nomor WA tuh cewe. Hihi..." Celetuk Bastian bersemangat.
"Cewek mulu Lo!" Cibir Verrel.
"Lah... Apa salahnya dong, Bro? Gue jomblo, ada ciwi bening depan mata, gue pepetlah. Kali aja ini cewek jodoh gue." Jawab Bastian santai.
"Ye... Jodoh-jodoh... Sekolah aja belum kelar, udah ae mikirin jodoh!" Lagi-lagi Verrel mencibir sambil menonyor kepala sahabatnya itu.
"Sialan Lo, ya. Nggak masalah dong, Bro. Di masa SMA ini gue nggak mau, dong, pacaran cuma sekali..." Jawab Bastian menggantung tak terima.
"... Emangnya ..." Sambil melirik Axell. "... yang sekali pacaran putus, terus nggak mau deket sama ciwi lagi." Jawab Bastian setengah menyindir.
"Wah... Cari gara-gara, nih bocah. Sikat, Xell!" Kompor Verrel sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Seketika Axell langsung membuka matanya yang sedari tadi ia pejamkan sambil duduk bersandar pada bangku taman. Ya memang sekarang mereka sedang berada di taman depan sambil menunggu bel sekolah berbunyi.
Axell Melirik Bastian yang tadi sempat menyindirnya. Mendapat lirikan mata tajam dari Axell membuat Bastian merinding. Pasalnya Axell termasuk cowok yang nggak banyak bicara.
"Wait... Santai, Bro! Serem amat tuh muka! Santai kali, Man!" Ucap Bastian.
Tak ada kata yang terucap dari mulut Axell. Laki-laki itu hanya diam sambil kembali memejamkan matanya.
Verrel hanya bisa tertawa melihat interaksi keduanya. Axello yang begitu pendiam dan juga Bastian yang tak bisa sebentar saja untuk menutup mulutnya. Sungguh dua kepribadian yang berbeda.
"Dah lah... Cabut dulu gue." Ucap Bastian sambil berlalu meninggalkan kedua sahabatnya.
"Eh... Bas, Mau ke mana Lo?" Tanya Verrel.
"Mau susulin bidadari gue." Jawab Bastian asal sambil berjalan menyusul gadis yang sempat menjadi perhatian mereka tadi.
"Mimpi Lo!" Teriak Verrel karena jarak mereka yang sudah lumayan jauh.
"Cabut, yuk!" Ajak Verrel pada Axello.
Tanpa menjawab Axell pun bangkit dari duduknya. Mereka mulai berkeliling untuk memeriksa setiap sudut sekolah terlebih dahulu sebelum menuju ke kelas. Untuk mencari-cari kalau ada murid yang datang terlambat atau sengaja bolos tidak mengikuti pelajaran.
...***...
Terlihat seorang gadis tengah menelpon seseorang di koridor sekolah.
"**Iya, Pa. Ini Dira sudah sampai di sekolah."
"(....)."
"Iya, Pa."
"(....)."
"Nggak usah, Pa. Dira bawa mobil sendiri kok!"
"(....)."
"Iya, Pa. Assalamualaikum**."
"(....)."
Tuutt...
Gadis cantik itu pun menutup teleponnya dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas sekolah.
"Cewek..." Sapa Bastian.
Merasa ada yang memanggil, Dira pun menoleh. Dan...
'E buset... Mimpi apa gue semalem. Gila! Nih cewek cantik banget.' Kagum Bastian dalam hati.
"Lo anak baru?" Pertanyaan yang muncul bukan dari Bastian melainkan dari Verrel yang baru saja datang bersama dengan Axell setelah selesai berkeliling.
"Iya. Sorry, Kak, Ruang kepala sekolah dimana ya?" Tanya Dira.
"Oh... Ruang kepala sekolah? Lo lurus aja, Nanti ada perpustakaan. Ruang kepala sekolah sebelah kanan perpustakaan." Jelas Verrel.
"Ok, thanks. Kalo gitu, gue duluan ya, kak?" Pamit Dira sopan dengan senyum tipisnya.
"Seketika gue meleleh, Man. Keknya gue diabet mendadak, deh!" Celetuk Bastian setelah melihat senyum manis yang dari Dira.
"Cantik." Ucap Verrel.
"Eh, Bro... Jatah gue tuh!" Protes Bastian tak terima.
"Kenapa?" Tanya Verrel santai.
"Ya... Kagak ngapa-ngapa, sih!" Jawab Bastian.
"Gue duluan." Ucap Axell yang pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua sahabatnya.
"Woy... Tunggu, Xell!" Teriak Bastian sambil berjalan menyusul sahabatnya itu.
"Kebiasaan." Cibir Verrel.
...***...
11 IPS 1
"Anak-anak... Kumpulkan tugas sekolah yang bapak berikan Minggu lalu!" Ucap pak Bambang - Guru yang kebetulan mengajar di kelas tersebut.
"Lah... Pak. Emangnya ada tugas, ya?" Tanya Melody Dewantari - Salah satu murid yang ada di kelas tersebut.
"Ada. Memangnya kamu tidak mengerjakannya, Melody?" Tanya balik pak Bambang.
"Tidak, Pak." Jawab Melody sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Huu..." Teriak seisi kelas.
"Sudah... Sudah... Sudah anak-anak!" Teriak pak Bambang.
"Jadi, kenapa kamu tidak mengerjakan tugas yang bapak berikan Melody?" Tanya Pak Bambang lagi.
"Saya kan baru masuk hari ini, pak. Seminggu yang lalu kan saya izin. Gimana, sih, Bapak!" Protes Melody.
"O... Iya, saya lupa. Baik anak-anak, yang sudah mengerjakan lanjut halaman lima belas. Nanti sebelum jam istirahat harus sudah dikumpulkan di meja bapak. Dan kamu Melody, Tugas kamu tetap di kerjakan, di tambah seperti yang bapak jelaskan tadi!" Ucap pak Bambang.
"Yahh... Bapak... Kira-kira, dong, Pak! Bisa sakit tangan saya nanti!" Protes Melody tak terima.
"Daripada kamu banyak protes, Sebaiknya kamu segera mengerjakan tugas! Ini semua juga salah kamu sendiri. Kenapa kamu tidak bertanya dengan teman-teman kamu, apa ada tugas dari bapak atau tidak? Supaya kejadian seperti ini tidak terjadi." Ucap pak Bambang panjang lebar.
"Tapi nggak segini banyaknya juga kali, pak!" Protes Melody.
"Itu sudah menjadi konsekuensi kamu Melody. Kalau kamu masih kurang, nanti bisa bapak tambahkan lagi tugas untuk kamu." Ujar pak Bambang.
"Nggak... Nggak, pak. Segini aja cukup, kok." Tolak Melody cepat.
"Sebaiknya kamu segera mengerjakan Melody, lihat teman-teman kamu! Mereka sudah mulai mengerjakan tugas yang bapak berikan." Tegur pak Bambang lagi.
"Baik, pak." Jawab Melody pasrah.
'Bisa gempor nanti.' Batin Melody.
...***...
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk!" Titah pak Bambang.
"Permisi." Ucap siswi baru yang tak lain adalah Dira.
"O... Kamu murid baru itu, ya?" Tanya pak Bambang ramah.
"Iya, pak." Jawab Dira.
"Baik, kalau begitu perkenalkan diri kamu!" Ucap pak Bambang.
Dira mengangguk sebelum akhirnya memperkenalkan diri.
"Hai... Gue Andira Gracelia. Gue pindahan dari Bandung." Ucap Dira menyapa.
"Baik, Dira. Silahkan duduk. Di Sana ada dua bangku kosong, kamu boleh pilih!" Titah pak Bambang. Dira mengangguk lalu menuju bangku kosong dekat jendela.
"Dira cantik, kok duduk di situ, sih?! Sini sama Abang Zaki!" Celetuk Zaki yang duduk tepat di belakang Dira. Sorak-sorak langsung terdengar dari siswa-siswi seisi kelas karena perkataan Zaki tadi.
"Jangan mau, Dira! Entar Lo malah di modusin sama si Zaki!" Sahut Melody pada Dira.
"Hilih... Bilang aja Lo cemburu kalo gue ada yang lain!" Jawab Zaki sekenanya.
"Idih... Siapa Lo? Tanya Melody sambil bergidik.
"Hahaha... " Terdengar tawa dari seisi kelas.
"Lo tanya gue siapa? Kenalin, gue Zaki... Zaki Arya Pradipta kalo Lo lupa nama gue!" Jawab Zaki sambil membanggakan namanya itu.
"Woi... Berisik Lo berdua! Kalo mau bertengkar masalah rumah tangga, Jangan disini! Sana ke lapangan, biar nggak ganggu kita yang lagi ngerjain tugas!" Protes Adit sang ketua kelas.
Dira yang melihat tingkah absurd teman-teman barunya itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mereka bahkan lupa kalau guru yang mengajar masih berada di dalam kelas.
"Sudah anak-anak! Tolong diam! Bapak ada urusan sebentar. Nanti tugasnya bapak tunggu di meja bapak, ya! Sebelum jam istirahat sudah harus dikumpulkan." Peringat Pak Bambang.
...***...
Bel istirahat telah berbunyi dan semua murid sedang beristirahat di kantin. Namun tak sedikit juga yang menghabiskan waktu di taman, perpustakaan, atau bahkan duduk santai di sekitar lapangan.
Di kantin sekolah, Dira tengah menikmati makanannya. Entah sarapan atau makan siang, karena Dira memang hampir tidak pernah sarapan. Mengingat Dira yang tinggal sendiri di apartemen, terkadang Dira malah hanya untuk membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Nanti sarapan di kantin pikir gadis itu.
"Dira..." Sapa Melody.
"Iya." Jawab Dira.
"Boleh gabung?" Tanya Melody.
"Boleh, duduk aja." Jawab Dira.
"Thanks... Gue liat Lo sendirian aja." Ucap Melody yang kini mulai memakan makanannya.
Tak menjawab, Dira hanya tersenyum tipis.
"Kok Lo ngirit banget, sih, Dir, Ngomongnya!" Celetuk Melody.
Dira kembali tersenyum, sampai akhirnya menjawab, "Gue emang gini orangnya."
Tiba-tiba terdengar riuh teriakan para siswi dari arah pintu masuk kantin, karena kedatangan tiga cowok most wanted di sekolah tersebut. Siapa lagi kalau bukan Axell sang ketua OSIS, Verrell si wakil ketua OSIS, dan jangan lupakan si Bastian - Si cowok tengil sekaligus The high quality jomblonya SMA Bhakti bangsa.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Bastian yang tak sengaja melihat keberadaan Dira di salah satu meja kantin itupun langsung datang menghampiri.
"Hai cantik... Lo yang tadi pagi itu kan?" Tanya Bastian cepat.
"Iya." Singkat Dira.
"Boleh gabung dong?" Tanya Bastian dan langsung duduk tanpa menunggu jawaban dari Dira.
"Kak, kalau gak perlu nunggu jawaban ngapain tanya!" Protes Melody.
"Insting, Mel." Jawab Bastian santai.
"Insting?" Beo Melody. Sementara Dira hanya mengangkat satu alisnya.
"Ya insting gue yakin, kalo nggak mungkin lah Lo berdua bakalan ngelarang kita duduk disini." Jelas Bastian.
"Kita?" Tanya Dira bingung. Pasalnya setahu Dira Bastian datang sendiri.
'Siapa yang dimaksud kita?'
"Iya. Gue sama temen-temen gue. Tuh." Tunjuk Bastian menggunakan dagunya.
Dan benar saja, saat Dira dan Melody menoleh ke belakang, Ternyata sudah ada Axell dan Verrel yang sedang berjalan mendekat ke arah mereka.
"Boleh gabungkan?" Pertanyaan yang sama seperti yang Bastian ucapkan dari Verrel.
"Boleh, kak. Duduk aja!" Jawab Melody.
"Oh... iya, kita belum kenalan. Gue Bastian." Ucap Bastian sambil mengulurkan tangannya.
"Dira." Ucap Dira sambil menyambut ukuran tangan Bastian.
"Gue Verrel..." Sahut Verrel sambil mengulurkan tangannya bergantian dengan Bastian dan di sambut baik oleh Dira.
"...Dan yang ini temen gue. Kenalin, Axell, Si pak Ketos disini." Sambung Verrel dan di angguki kepala oleh Dira, tanda gadis itu mengerti.
Drrtt... drrtt...
Tiba-tiba ponsel Dira bergetar, pertanda ada panggilan masuk.
"Ponsel Lo, Dir." Celetuk Melody. Tanpa melihat nama si pemanggil, Dira langsung menerima panggilan tersebut.
"Hallo." Sapa Dira, dan seketika gadis itu mengangkat satu alisnya.
"(....)."
"Nggak bisa, Sorry!"
"(....)."
"Nggak bisa, gue sibuk."
"(....)."
"Terserah." Dan...
Tuutt...
Dira langsung mematikan teleponnya sepihak. Seakan enggan berlama-lama menerima telepon tersebut.
"Siapa, Dira?" Tanya Bastian kepo. Tak ada jawaban yang keluar dari Dira, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya samar sebagai jawaban.
"Buset... Nih cewek 11-12 sama kayak si bapak muka datar temen kita, Rel." Bisik Bastian pada Verrel.
"Wah... Nantangin Lo, Xell." Kompor Verrel. Sementara Axell hanya melirik Bastian sekilas dan langsung memasang earphone andalannya untuk mendengarkan musik.
"Gue duluan." Pamit Dira dan beranjak dari kursi yang ia duduki.
"Lho... Kok buru-buru banget, sih, Dir!" Tanya Melody.
"Iya, nih. Buru-buru banget, kita baru aja duduk." Sahut Bastian.
"Gue mau ke toilet." Jawab Dira yang pada kenyataanya tak sesuai dengan kaki kemana gadis itu melangkah.
"Ya elah, Dir... Dir... Baru juga mau gue pepet tuh cewe. Ditinggal lagi gue, heran!" Ucap Bastian frustasi.
"Tuh ciwi beda, Bro." Sahut Verrel.
"Si Dira emang agak pendiam, Kak. Di kelas juga gitu tadi." Jelas Melody. Sementara Axell, diam-diam laki-laki itu melirik ke arah perginya Dira.
...***...
Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini Dira tengah mengendarai mobilnya menuju apartemen yang sudah hampir setahun ini ia tinggali.
Sebelumnya, Dira tinggal bersama papa dan mama tirinya. Mama Dira sudah meninggal beberapa tahun yang lalu saat Dira masih di bangku SMP. Kenapa Dira memilih tinggal sendiri di apartemen? Alasannya karena Dira ingin belajar hidup mandiri.
Awalnya sang papa menolak dengan keras keinginanmu Dira, mengingat Dira adalah putri satu-satunya. Tapi, karena keinginan Dira yang begitu kuat akhirnya mampu meluluhkan hati papa Dira dan mengizinkannya untuk tinggal sendiri di apartemen.
...***...
Hari ini, Dira bangun kesiangan. Hingga dia datang terlambat ke sekolah. Ditambah jalanan yang macet karena padatnya kendaraan, membuat gadis itu uring-uringan sendiri di dalam mobil.
"O-Shitt! Telat, deh gue pasti." Ucap Dira sambil memukul stir mobilnya.
Hingga beberapa menit berlalu, kini Dira sudah berada di depan pintu gerbang sekolah yang sudah di tutup. Ya, Dira sampai di sekolah pukul 07.18.
Tiinn... Tiinnn...
Bunyi klakson mobil Dira.
"Pak tolong bukain pintu gerbangnya, dong!" Ucap Dira setelah keluar dari mobil dan menghampiri pak satpam penjaga gerbang sekolah.
"Bentar, ya, Neng!" Jawab pak Dirman selaku satpam sekolah.
"Lah... Si bapak, bukannya bukain pintu gerbangnya, eh, malah pergi." Keluh Dira kesal. Pasalnya bukannya berjalan mendekat untuk membukakan pintu, pak dirman malah pergi entah kemana.
Tak lama kemudian, datanglah pak Dirman disusul Verrel dan juga Axell di belakangnya.
"Ckk. Kena hukum deh, gue, pasti." Tebak Dira yang sudah kembali ke dalam mobil. Gadis itu mengira kalau ia pasti akan di hukum karena keterlambatannya datang ke sekolah.
Verrel dan Axell berjalan mendekat. Tangan Verrel terulur untuk mengetuk kaca jendela mobil Dira.
Tok... Tok...
"Parkirin mobil Lo, terus langsung temuin gue di lapangan!" Ucap Axell lalu pergi meninggalkan Verrel dan juga Dira di depan pintu gerbang.
"Cepetan ya, Dir!" Ucap Verrel lalu berjalan menyusul sahabatnya itu.
Kini Dira tengah berada di lapangan dengan Axell dan Verrel yang berdiri di depannya.
"Andira Gracelia P. P." Ucap Verrel sambil membaca Name tag yang tercantum pada seragam Dira. Sementara Dira hanya mengangkat satu alisnya.
"Kenapa telat?" Tanya Axell dingin.
"Kesiangan, kak." Jawab Dira.
"Kenapa bisa kesiangan?" Tanyanya lagi.
"Semalam nggak bisa tidur, kak." Jawab Dira apa adanya.
"Kenapa nggak bisa tidur? Mikirin cowoknya, ya?" Pertanyaan dengan nada menggoda yang keluar dari mulut Verrel.
"Nggak, kak." Jawab Dira lagi.
"Ok, Karena Lo murid baru disini, gue masih bisa tolerir..." Ucap Axell. "...Tapi besok-besok nggak lagi." Sambung laki-laki itu dan langsung pergi meninggalkan lapangan.
"Ok, Dira. Lo boleh langsung ke kelas." Ucap Verrel menambahkan.
"Thanks, Kak." Ucap Dira sambil menghembuskan nafasnya kasar.
...***...
Di kelas, Dira yang baru saja masuk langsung mendapatkan pertanyaan dari Zaki. Beruntung kelas dalam keadaan jam kosong.
"Telat, ya, Dir?" Tanya Zaki. Dira hanya menoleh sekolah dang menganggukkan kepalanya.
"Untung jamkos, Dir. Kalo enggak..." Ucap Melody menggantung
"Kenapa?" Tanya Dira sambil mengangkat satu alisnya.
"Hari ini tuh jam pelajarannya Bu Sarah." Jawab Melody.
Dira tak lagi bertanya, gadis itu lebih memilih menunggu Melody menjelaskan ada apa dengan jam pelajaran Bu Sarah.
"Bu Sarah itu termasuk salah satu guru yang gak main-main kalo ngasih hukuman." Jelas Melody. Sementara Dira gadis itu hanya mengangguk dengan mulut yang membentuk huruf O.
...***...
Dira tengah menikmati nasi goreng dan juga Lemon tea hangat kesukaannya bersama Melody di kantin.
"Dira gue boleh nanya nggak?" Tanya Melody tiba-tiba.
"Boleh." Jawab Dira sambil kembali melanjutkan makannya.
"Rumah Lo jauh ya dari sekolah? Kok Lo bisa telat tadi?" Tanya Melody To the points.
"Lumayan... 30 menit perjalanan." Jawab Dira.
"Eh... Ada Dira. Tadi telat ya, Dira?" Celetuk Bastian yang tiba-tiba datang.
"Iya." Jawab Dira singkat.
"Besok-besok jangan terlambat lagi ya, Dir!" Ucap Verrel mengingatkan. Sementara Axell tetap dengan diamnya. Entah sudah berapa lama tiga cowok most wanted itu sudah berada satu meja dengan Dira.
"Iya, kak." Jawab Dira.
Drrtt... drrtt...
"Eh... Ponsel Lo, Dir!" Ucap Melody. Dira hanya memutar matanya malas. Sementara Zaki yang kepo karena melihat ekspresi wajah dari wajah Dira pun langsung membaca nama si pemanggil.
📲 Jangan diangkat is Caling...
"Kok namanya jangan diangkat, Dir? Siapa emang?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Melody.
"Bukan siapa-siapa, Mel." Jawab Dira lirih.
"Mantan Lo pasti." Tebak Verrel.
Dira menggeleng pelan, "Bukan."
Tak lama berselang, ponsel Dira kembali bergetar dan menunjukkan nomor tidak di kenal.
📲 08522728xxxx is Calling...
Dira mengangkat sebelah alisnya melihat nomor si pemanggil. Namun kali ini Dira memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. Siapa tahu penting, begitu pikirnya.
"Hallo."
"(....)."
"Gue sibuk."
"(....)."
"Gue nggak bisa, Sorry!"
"(....)."
"Ya karena seberapa banyak Lo ngajakin gue, jawaban gue akan tetap sama. Gue nggak bisa."
Tuutt...
Dira langsung memutus teleponnya itu sepihak. Bukan itu saja, gadis itu bahkan langsung me-non aktifkan ponselnya tersebut dan langsung beranjak pergi dari kantin.
"Gue duluan, ya!" Ucap gadis itu sebelum pergi meninggalkan kantin.
"Dira, makan Lo bahkan belum abis." Cegah Melody.
"Buat Lo aja, Mel. Gue udah nggak selera." Jawab Dira sambil berlalu meninggalkan kantin.
"Si Dira emang gitu ya kalo di kelas!" Tanya Bastian yang semakin penasaran dengan Dira.
"Iya, kak. Si doi emang terkesan cuek kalo di kelas." Jawab Melody apa adanya.
Dalam diam, Axell memperhatikan punggung Dira yang semakin mengecil dari pandangannya.
'Misterius!'
...***...
Kini Dira sedang berada di parkiran. Bel pulang sekolah sudah berbunyi hampir sepuluh menit yang lalu. Gadis itu ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya, ia merasa sedikit lelah hari ini.
"Eh... Dira... Pulang sendiri, Dir?" Tanya Bastian yang kebetulan lewat.
"Iya, kak." Jawab Dira singkat.
"Mau gue anterin nggak?" Tanya Bastian lagi.
"Nggak usah, kak. Makasih..." Tolak Dira. "...Gue bawa mobil sendiri." Lanjutnya.
Bastian mengangguk, "Emang kalo boleh tau, Lo tinggal dimana?" Tanya Bastian lagi pantang mundur. Sungguh, baru kali ini, Bastian merasa diabaikan.
"PEPET TERUS, BAS! JANGAN KASIH KENDOR!" Teriak Verrel dari kejauhan. Verrel tengah berjalan dengan Axell saat ini.
"Nggak bisa gue kasih tau, kak. Sorry." Jawab Dira. Gadis itu lalu masuk kedalam mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan area sekolah.
"Gimana, Bas?" Tanya Verrel.
"Gue tanya doi tinggal dimana. Eh... Nggak mau jawab!" Jawab Bastian.
"Baru kali ini, Lo di cuekin sama cewek." Ucap Verrel.
"Justru itu, Rel, Gue jadi semakin penasaran sama tuh cewek." Jawab Bastian.
"Gue duluan." Ucap Axell tiba-tiba.
"Eh... Xell! Buru-buru banget? Jadi kan ke kafe?" Tanya Verrel cepat.
"Jadi. Lo berdua duluan. Gue nyusul."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Anissa Cikal Robbani
baca ulang..kangen raxel soalnya 😁😘😘
2024-03-11
1
Asihrey
mampir kak,smoga ceritanya bagus
2024-02-12
1
Margareta ndena gemilcom Ndena
cerita nya sagat bagus😀
2023-11-30
1