Dira tengah menikmati makan siangnya di kantin sekolah bersama dengan Melody dan juga Nayla.
"Dir, pulang sekolah jalan, yuk!" Ajak Nayla tiba-tiba.
"Mau kemana sih, Nay? Lagi males gue." Jawab Dira malas.
"Kok males, sih! Gue traktir es krim kesukaan Lo, deh." Tawar Nayla.
"Iya nih, Dir. Jalan yuk! Gue juga mau beli sesuatu nih!" Ajak Melody.
"Gimana kalo Lo berdua aja?" Jawab Dira memberi solusi pada Nayla dan juga Melody.
"Yaaahh.. nggak seru kalo dan berdua, Dira." Jawab Nayla.
"Iya deh, iya." Putus Dira pasrah.
"Nah gitu, dong. Baru sahabat gue." Ucap Nayla sambil memeluk Dira.
"Ikutan-ikutan." Celetuk melody.l yang ikut bergabung dengan keduanya. Sampai akhirnya sebuah teriakan muncul dari pintu masuk kantin.
"BERPELUKAN!" Teriak Bastian yang baru masuk ke kantin dan melihat Dira dkk yang tengah berpelukan.
Mendengar sebuah teriakan yang memekakkan telinga membuat ketiga gadis itu melepaskan pelukannya dan refleks menoleh ke sumber suara. Tak terkecuali semua siswa-siswi yang sedang berada di kantin. Mereka semua kompak menatap wajah Bastian yang sama sekali tidak merasa bersalah karena telah membuat keributan.
Tapi, belum sempat Bastian mendekat ke arah tiga gadis itu seseorang dengan cepat menarik baju bagian belakang Bastian.
"Yah... yah... yah... kok di lepas, sih? Gue kan juga mau ikut pelukan sama bidadari gue." Ucap Bastian kecewa.
Seketika terdengar tawa pecah dari ketiga gadis itu.
"Ngarep, Lo!" Cibir Verrel.
"Lo sih, Rel! Kebiasaan banget, suka narik-narik baju gue dari belakang." Ucap Bastian ngegas dan langsung duduk bergabung dengan Dira.
"Si Dira nggak mau Lo peluk, bro. Makanya dia ngelepas pelukannya sama temen-temennya. Ya nggak, Dir?" Jawab Verrel santai dan langsung susuk di depan Nayla.
"Hilih... bacot, anjing! Ngomong aja Lo takut kalo gue meluk si...?" Jawab Bastian sambil melirik ke arah Nayla.
"Diem Lo, Bangs*t." Jawab Verrel sarkastik.
"Hahaha... bener, kan. Dasar muna Lo!" Cibir Bastian dengan tampang watadosnya.
"Berisik." Tegur Axell yang baru saja datang kepada Verrel dan juga Bastian. Keduanya pun langsung terdiam mendengar suara datar milik Axell.
Tiba-tiba datanglah seorang adik kelas yang datang mencari Dira dan menyampaikan sebuah 9eaan dari seseorang yang meminta Dira untuk menemuinya.
"Kak Dira, kan?" Tanyanya.
"Iya ada apa, ya?" Tanya Dira ramah.
"Kak Dira si tungguin tuh, di pintu gerbang." Jawab adik kelas itu.
Mendengar ada yang menunggu Dira di pintu gerbang, Axell yang tengah fokus dengan ponselnya pun mengangkat satu alisnya. Seakan ingin tahu, siapa yang sedang menunggu gadis itu sekarang.
"Siapa, Rick. Bukan Dira yang bertanya, melainkan Bastian yang tidak dapat menahan rasa kekepoan yang tengah melanda.
"Nggak tau Gue." Jawab Ricky, adik kelas yang menghampiri Dira tadi.
"Cowo apa cewe dulu, nih?" Tanyanya lagi. Sungguh Bastian, kalau sedang kepo, pasti akan tanya sampai ke akar-akarnya.
"Cowo, kak. Dari seragamnya, sih dia anak Bina Bangsa." Jelas Ricky tadi.
"Sendiri?" Tanya Verrel menyahut.
"Tuh Curut berani juga datang kemari, sendiri lagi." Ucap Bastian. Verrel hanya mengendikan bahunya acuh. Sementara Axell, ia memilih pergi begitu saja dari kantin dengan satu tangan ia masukan ke dalam saku celananya.
"Kek nya Arfen deh, Dir." Ucap Nayla lirih.
"Samperin, gih." Sambung Melody menimpali.
Tanpa menjawab, Dira lalu berdiri dan berjalan meninggalkan kantin menuju gerbang sekolah.
Melihat sang bidadari yang pergi menemui seorang cowok pun membuat Bastian tak tinggal diam. Ia lalu berdiri sambil menyeret tubuh Verrel agar ikut dengannya.
"Jangan narik-narik baju gue, anj*ng!" Protes Verrel sambil menepis kasar tangan Bastian.
"Diem Lo, B*bi. Dari pada Lo ramah-ramah mending ikut gue." Balas Bastian.
"Marah-marah, tolol. Bukan ramah-ramah." Ucap Verrel mengkoreksi apa yang Bastian katakan.
"Dah lah... Ayok buruan!" Ucap Bastian setengah berlari.
Mereka pun diam-diam mengikuti Dira sampai dengan jarak beberapa meter dari pintu gerbang. Dan saat mereka sampai, mereka disuguhkan dengan pemandangan yang bisa di bilang membuat Bastian tersulut emosi seketika.
Sebelumnya, saat Dira sampai di depan pintu gerbang, Dira langsung meminta tolong pada pak Heru - pak satpam yang kebetulan bertugas untuk menjaga gerbang untuk membukakan pintu gerbang tersebut.
"Pak, boleh tolong bukain gerbangnya bentar nggak, pak?" Pinta gadis itu.
"Maaf, neng! Nggak bisa." Jawab pak Heru.
"Boleh ya, pak! Bentar aja!" Ucap Dira memohon.
"Sekali lagi maaf, neng! Nggak bisa. ini sudah menjadi peraturan dari sekolah, neng. Katanya bapak nggak boleh bukain gerbang untuk anak sekolah lain yang nggak bawa surat pengantar, neng. Jadi gitu." Jelas pak Heru.
"Hooo... gitu ya, pak." Ucap Dira mengerti.
"Iya, neng." Jawab pak Heru.
Arfen yang melihat Ekspresi wajah Dira yang kecewa Dira karena pak satpam yang tidak bisa membukakan pintu gerbang sekolah itu pun, seketika menarik sudut bibirnya. Arfen dapat melihat dengan jelas jika Dira menginginkan dirinya bisa masuk ke sekolah untuk menemuinya.
"Udah, nggak pa-pa. Gue disini aja." Ucap Arfen yang mendapat anggukan kepala dari Dira.
"Lo ngapain kesini?" Tanya Dira penasaran. Tanpa menjawab, tangan Arfen terulur sambil membawa beberapa batang coklat besar ke arah Dira.
Seketika Dira di buat melongo dengan banyaknya coklat yang Arfen berikan. Tapi tak lama kemudian Dira memicingkan matanya ke arah Arfen.
"Buat gue? Sebanyak ini? Lo mau bikin gue gendut?" Tanya Dira dengan nada tak suka. Ia berpikir jika semua coklat yang Arfen bawa hanya di peruntukan untuknya.
"Iya, ini coklat buat Lo." Jawab Arfen lalu kembali tersenyum penuh arti sambil terus memandangi wajah Dira yang tengah kesal padanya.
Laki-laki itu jadi teringat masa dimana ia sering menjahili Dira sebelum hubungannya renggang beberapa waktu yang lalu. "... Dan juga Nayla. Biar gendutnya barengan." Ucap Arfen yang sukses membuat Dira makin kesal padanya.
"Jahatnya." Jawab Dira sambil mengulurkan tangannya. Bukan untuk menerima coklat pemberian Arfen, melainkan untuk menjewer telinga sahabatnya itu. Tapi sayang, Arfen berhasil menghindari jangkauan Dira. "Lo ya, ngeselin!" Sambung Dira yang memang menyadari kalau sahabatnya ini tengah menjahilinya.
"Diterima nggak, nih? Ya kali gue kesini udah nggak di bukain pintu, coklatnya juga nggak diterima." Tanya Arfen.
Dira tersenyum melihat ekspresi wajah Arfen yang lucu menurutnya. Tangan Dira kembali terulur untuk menerima coklat pemberian Arfen tadi.
"Thanks, Ar." Ucap Dira setelah menerima coklat dari Arfen.
Arfen begitu bahagia ketika Dira bersedia menerima coklat pemberiannya. Me urutnya, Dira sudah kembali seperti dulu. Tak ada lagi jarak dan kesan menghindar yang Dira perlihatkan sekarang. Sampai akhirnya datanglah Bastian dan juga Verrel menghampiri keduanya.
"Wih... wih... ada tamu tak di undang, bro." Ucap Bastian sambil menepuk pundak Verrel.
"Ada maksud apa Lo datang kesini." Tanya Verrel yang pura-pura tak tahu tujuan dari datangnya Arfen. Padahal tadi Verrel dan Bastian sempat memperhatikan interaksi antara Dira dan Arfen tadi.
"Gue mau nemuin sahabat gue." Jawab Arfen santai tanpa mengalihkan pandangannya dari Dira.
"Nemuin kalo nggak disini kan bisa." Tanya Bastian yang kini sudah tak lagi santai karena melihat tatapan mata Arfen yang tak beralih sedikit pun dari Dira. Bisa-bisanya Arfen menjawab tanpa menatap ke arahnya dan malah menatap terus ke arah gadis yang di klaim bidadarinya itu. Bastian kebakar, guys.
Enggan menanggapi apa yang Bastian katakan padanya. Arfen malah berjalan menjauh menuju motor sport miliknya, "Gue balik dulu." Ucap Arfen pada Dira. Tak lupa ia melambaikan tangan pada sahabatnya itu.
Dira hanya menganggukkan kepalanya dan sembari tersenyum.
"Takut dia, man!" Cibir Bastian yang melihat respon Arfen yang malah pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya.
"Pecundang." Jawab Verrel.
Sementara Dira hanya menggeleng pelan dan enggan menanggapi apa yang di ucapkan Bastian pada sahabatnya itu. Gadis itu memilih untuk pergi menemui Nayla dan juga Melody.
Takut? Arfen?
Bukan. Arfen sama sekali tidak takut dengan Bastian atau pun Verrel, tidak sama sekali. Arfen hanya memilih pergi karena menurutnya tidak akan ada gunanya menanggapi kedua cowok itu. Lagi pula Arfen tak ingin mendapatkan kesan buruk dari Dira. Itu 6ang Arfen lakukan sebenarnya.
"Dah lah. Cabut, yuk!" Ajak Verrel. mereka pun pergi meninggalkan gerbang karena memang jam istirahat yang sudah berakhir. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi tadi.
'Jadi mereka sahabatan, sahabat tapi suka.' Ucapnya lirih. Lalu senyum smirk muncul setelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
I'm20___
mulutnya, hehhh
2023-08-29
1
I'm20___
malah nyalahin temennya, dong
2023-08-29
1
I'm20___
auto gagal pelukan... 🤣
2023-08-29
1