Sore itu, Axell yang baru sampai di apartemen miliknya langsung bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang lengket karena aktivitasnya di sekolah.
Selesai dengan urusan mandinya, Axell langsung mencari Outfit miliknya untuk datang ke kafe, menemui kedua sahabatnya sekaligus untuk melihat beberapa laporan dari kafe miliknya.
Ting...
Saat keluar dari lift, pandangan mata Axell tertuju pada seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA yang sama dengan sekolahnya.
"Bukannya itu Dira? Ngapain tuh cewe disini?" Gumam Axell. "... Bunga? Bunga dari siapa?" Lirih laki-laki itu. Pasalnya ia melihat Dira di lobi apartemen sambil membawa buket bunga, bahkan masih mengenakan seragam sekolah.
Tiba-tiba ponsel Axell berdering.
📲 Verrel is Calling...
"Hallo."
"Bro... Lo lama banget, sih!" Protes Bastian yang menelpon menggunakan ponsel Verrel. "... Lo mandi apa berendam?"
"Gue udah mau otw." Jawab Axell sambil melajukan mobilnya menuju kafe.
"Ok. Tapi jangan lupa, Man!" Ucap Bastian mengingatkan.
"Apa?" Tanya Axell singkat.
"Jangan lupa belok. Jangan lurus terus jalannya, Bisa-bisa Lo nabrak. Hahaha..." Tawa pecah Bastian.
"Sialan Lo!" Umpat Axell kesal.
Tuutt..
Axell mutus sepihak telepon dari Bastian dan semakin mempercepat laju mobilnya.
...***...
Kini Axell sudah sampai di kafe yang hampir setiap hari ia datangi. d'Axe Cafe adalah kafe tempat nongki yang sekarang ini tengah populer dan di gandrungi kalangan remaja. Dengan desain interior yang Instragamable, serta menu makanan dan minuman kekinian yang semakin menambah minat para pengunjung yang kebanyakan anak muda tersebut.
Tapi tak banyak yang tahu, kalau d'Axe Cafe adalah kafe yang Axell dirikan dua tahun lalu. Ya, Axello Arkana Marvellyo, si ketos dingin tak tersentuh dari SMA Bhakti bangsa.
Cowok yang terkenal tampan, mempunyai postur tubuh tinggi tegap, dan irit bicara. Axell hanya akan bicara kalau menurutnya perlu. Tapi lain cerita jika Axell bersama dengan kedua orang tuanya dan juga sahabatnya. Axell akan sedikit berbeda. Catat ya, sedikit.
"Ini nih, yang kita tungguin sedari tadi. Akhirnya dateng juga. Nungguin Lo berasa kek nungguin cewe dandan, Bro!" Protes Bastian.
"Udah untung gue Dateng!" Jawab Axell tak terima.
"Sorry kali, Xell. Sensi amat Lo jadi cowo, kek ciwi PMS!" Cibir Bastian lagi.
"Sialan Lo!" Kesal Axell. "...BTW, Verrel mana?" Tanya Axell ingin tahu karena tak melihat adanya Verrel.
"Ck. Si Verrell? Baru balik dia, di telepon nyokapnya, suruh balik." Jelas Bastian.
"Balik?" Tanya Axell heran. Karena tak biasanya Verrel pergi tanpa menunggu kedatangannya terlebih dahulu. Biasanya mereka menyempatkan waktu untuk sekedar berkumpul untuk makan atau mabar game online.
"Iya, balik. Di suruh minum susu dulu katanya. Hahaha..." Jawab Bastian asal.
Tiba-tiba datang pelayan kafe menghampiri Axell.
"Bos." Panggil pelayan itu sopan.
"Ada apa?" Tanya Axell dengan satu alis terangkat.
"Ada beberapa laporan harian yang harus di cek dulu, Bos." Jawab pelayan itu.
"Pak Rheyhan nggak kesini?" Tanya Axell.
"Tidak, Bos. Sudah tiga hari pak Rheyhan tidak datang." Jelas pelayan tadi.
Axell mengangguk mengerti. Ia baru ingat, kakak sepupunya itu sedang berada di luar kota saat ini.
"Ok." Ucap Axell. Pelayan kafe itu pun kembali bekerja.
"Gue juga mau balik dulu, Bro." Pamit Bastian.
"Buru-buru banget! Lo juga di suruh minum susu sama nyokap Lo?" Tanya Axell sambil tersenyum miring.
"Sialan Lo!" Umpat Bastian tak terima.
"Ya udah, Balik Sono!" Usir Axell.
"Lo ngusir gue?" Tanya Bastian sedikit ngegas.
"Bukannya Lo sendiri yang mau balik? Gue mau ngecek laporan dulu. Kalo Lo masih mau disini, terserah." Jawab Axell santai.
"Ok lah kalo gitu, gue balik. Daripada sendirian, mending di temenin sama Dira, Auto betah gue." Jawab Bastian asal. Axell diam. Seketika ia teringat akan Dira yang tadi ia lihat tanpa sengaja di lobi apartemen.
...***...
Kini Axell sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen setelah selesai melihat laporan dari kafenya. Hampir satu Minggu ia tidak datang ke kafe, di tambah kakak sepupunya yang pergi ke luar kota membuat pekerjaannya sedikit menumpuk. Butuh sekitar dua jam lebih untuk Axell membaca laporan harian dari kafenya dan itu sedikit menguras tenaga.
Sampai di lobi apartemen, Axell kembali melihat Dira yang berjalan membelakanginya menuju ke arah lift sambil membawa beberapa kantong belanjaan.
"Tuh cewe disini lagi. Nemuin seseorang, atau emang dia tinggal disini?" Tanya Axell pada dirinya sendiri. Entah mengapa pikiran Axell menjadi terusik tentang mengapa Dira ada disini. Tanpa sadar Axell mengikuti Dira masuk ke dalam lift Yang hampir tertutup itu.
"Kak Axell." Ucap Dira yang begitu terkejut dengan kedatangan Axell yang tiba-tiba.
"Lo ngapain disini." Tanya Axell To the points.
"Gue tinggal disini, kak." Jawab Dira apa adanya.
Axell mengangkat satu alisnya, "Sama siapa?" Tanyanya.
"Sendiri." Singkat Dira.
Drrtt... Drrtt...
Tiba-tiba ponsel Dira berdering.
📲 Papa Is Calling...
"Hallo."
"(....)."
"Ini Dira abis belanja, pa."
"(....)."
"Iya, Ini Dira udah sampai apartemen kok, pa, Dira nggak keluyuran."
"(....)."
"Ok, pa. Besok Dira mampir ke rumah."
Ting...
Pintu lift pun terbuka. Dira yang sedang berbicara dengan papanya pun mengakhiri teleponnya.
"Udah dulu ya, pa. Selamat malam, assalamualaikum." Ucap Dira lembut.
"(....)."
Tuutt...
Panggilan selesai dan Dira memasukkan ponselnya ke dalam Sling bag miliknya.
"Duluan ya, kak." Ucap Dira pada kakak kelasnya itu.
"Ok." Jawab Axell singkat.
'Jadi, dia beneran tinggal disini." Batin Axell.
Drrtt... Drrtt...
Ponsel Axell bergetar menandakan adanya panggilan masuk.
📲 Bunda is Calling...
"Hallo... Assalamualaikum, Bun."
"(....)."
"Ini Axell baru pulang dari kafe, Bun."
"(....)."
"Ok, Bun. Besok Axell pulang ke rumah."
"(....)."
"Baik, Bun."
Tuutt... tuutt....
Axell memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya setelah telepon dari sang Bunda selesai.
...***...
Hari Minggu ini, Dira sudah siap dengan setelan Outfit miliknya. Gadis itu tengah bergegas menuju mobil. Ia akan pulang ke rumah, karena permintaan dari papanya semalam yang menelponnya dan memintanya untuk pulang ke rumah karena ada sesuatu yang perlu mereka bicarakan.
Sama halnya dengan Dira, Axell hari ini juga akan pulang ke rumah dengan alasan yang sama. Memenuhi permintaan bundanya yang memintanya pulang karena ada hal yang perlu mereka bicarakan.
...****...
Di rumah keluarga Dira.
"Papa..." Seru Dira memanggil papanya.
"Eh sayang, kamu sudah datang? Sini, duduk di samping papa!" Ucap papa Prastiko Lucky - Papa dari Dira.
"Dira kangen, pa." Cicit Dira sambil memeluk cinta pertamanya itu.
"Yakin kangen?" Tanya papa Pras tak yakin. "Kalo kangen kok nggak pernah pulang?" Tanya papa Pras. Tak ada jawaban, Dira hanya tersenyum sambil menampilkan giginya.
...***...
Di rumah keluarga Axello.
"Boy, ada yang mau ayah sama bunda kasih tau sama kamu." Ucap Bunda Resty.
"Ada apa, Bun." Tanya Axell ingin tahu.
Bunda Resty tidak menjawab, ia malah menoleh ke arah suaminya.
"Ada yang ayah mau tanyakan sama kamu, Boy." Ucap ayah Marvellyo Jodi - Ayah dari Axello.
"Ada apa, yah? Kenapa kelihatannya serius begitu?" Tanya Axell ingin tahu.
"Sekarang kan kamu sudah kelas 12, sudah besar dan semakin dewasa. Kok datang ke rumah sendiri?" Tanya ayah Marvellyo.
"Maksud ayah?" Tanya Axell bingung.
"Memangnya kamu tidak punya pacar, kok datang ke rumah sendirian?" Pancing ayah Marvellyo ingin tahu.
Axell Melirik ke arah bundanya sesaat, sebelum akhirnya menjawab, "Axell nggak punya pacar, yah."
"Benar kan, apa yang ayah bilang. Putra kita ini nggak punya pacar, Bun..." Ucap ayah Marvellyo. "...Putra kita itu tampan, tapi ketampanannya mubasir." Lanjut ayah Marvellyo.
"Bukan mubasir, yah. Mungkin ini karena Axell yang masih belum mau pacaran." Jawab Bunda Resty membela putra kesayangannya itu.
"Mungkin karena Axell nggak mau pacaran, tapi maunya langsung nikah. Betul kan, Boy?" Tebak ayah Marvellyo.
"Sebentar, Yah, Bun. Sebenarnya kemana arah pembicaraan kita?" Tanya Axell yang semakin bingung dengan maksud kedua orang tuanya itu.
...***...
Sementara di lain tempat, Dira sedang berdiam diri di dalam mobil. Sebenarnya Dira sudah pulang dari rumah papanya hampir satu jam yang lalu. Tapi Dira enggan beranjak keluar dari dalam mobilnya. Gadis itu tengah asyik bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Nikah." Ucap Dira lirih. Gadis itu tengah melamun. Dan setelahnya ia memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya pelan. "Haahhh... Gue bahkan masih sekolah. Kenapa tiba-tiba dijodohin?"
...***...
Pagi ini Dira sudah siap dengan seragam sekolah. Gadis itu sengaja berangkat sekolah lebih awal dari biasanya. Karena hari ini hari Senin yang biasanya akan diadakannya upacara.
"Gue duduk disini, ya, Dir." Pinta Melody yang duduk di samping Dira. Kini keduanya sudah berada di dalam kelas setelah berakhirnya upacara bendera sepuluh menit yang lalu. Sebelumnya Melody duduk di samping Zaki.
"Iya, Mel. Lo duduk aja!" Jawab Dira malas.
Melihat raut wajah Dira yang berbeda dari biasanya membuat Melody penasaran. Ada apa dengan teman barunya itu.
"Lo kenapa, Dir? Lo sakit?" Tanya Melody. Sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Dira.
"Gue nggak pa-pa, Mel." Jawab Dira pelan.
"Tapi wajah Lo kok gitu, atau Lo lagi ada masalah? Lo bisa cerita ke gue. Siapa tau gue bisa bantu masalah Lo." Ucap Melody tulus.
Melihat ketulusan dari Melody membuat Dira tersenyum.
"Gue beneran nggak pa-pa kok, Mel." Ucap Dira mengulangi kalimatnya.
...***...
Di kantin Dira dan Melody berada saat ini. Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Jika Melody tengah asyik menyantap makanannya, Maka lain halnya dengan Dira yang terlihat begitu tidak bersemangat. Bahkan tak ada sesendok makanan pun yang masuk kedalam mulutnya. Dira hanya memainkan makanannya sambil asyik melamun.
"Kalo nggak laper, kenapa pesen makanan, Dir?" Celetuk Melody. Tak ada jawaban dari Dira, Melody pun kembali bertanya. "Dira, kok Lo nggak makan?"
Belum sempat Dira menjawab, kini datanglah tiga serangkai Most wanted dari Bhakti bangsa.
"Hai Dira..." Sapa Bastian ramah.
"Hai, kak." Balas Dira lirih.
"Kok makanannya dimainin?" Tanya Verrel yang memperhatikan tangan Dira yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Nggak kok, kak." Kilah Dira dan mulai menyendok nasi goreng pesanannya.
Setiap gerak gerik Dira pun kini tak luput dari pandangan Axell. Diam-diam kini Axell sedang memperhatikan Dira. Entah mengapa, kini Axell ingin tahu lebih tentang gadis itu.
Verrel yang sadar akan apa yang sahabatnya itu lakukan langsung menyenggol kaki Axell yang berada di bawah meja. Merasa kakinya ada yang menyenggol, membuat Axell mengangkat satu alisnya sambil menatap Verrel.
Verrel tak menjawab, ia hanya tersenyum jahil sambil menggelengkan kepalanya.
"Lo kenapa, Bro, geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum gitu?" Tanya Bastian karena merasa ada yang aneh pada Verrel. "... Udah mulai nggak waras ya Lo?" Sambungnya.
"Gue waras kali, Ngab." Jawab Verrel.
"Ya terus, kenapa Lo senyum-senyum kek tadi? Kesambet Lo?" Tanya Bastian lagi.
"Gue nggak pa-pa, Nyet."
...***...
Dira kini sedang berjalan menuju apartemennya. Tanpa gadis itu sadari, dari jarak beberapa meter di belakangnya, ada seorang cowok yang juga kini tengah berjalan menuju apartemen miliknya.
Sampai di kamar Dira langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia sedang menatap kosong langit-langit kamarnya. Pikirannya sedang menerka-nerka tentang mengapa papanya tiba-tiba menjodohkannya dengan orang yang menurutnya misterius itu.
Papa Dira mengatakan kalau Dira sudah dijodohkan beberapa bulan lalu dengan anak teman sekaligus dengan rekan bisnisnya itu.
Awalnya Dira ingin menolak keinginan papanya itu. Tapi Dira urungkan, mengingat kini hanya papanya keluarga kandung yang masih Dira miliki sekarang ini. Sebenarnya Dira mempunyai mama tiri yang juga baik dan menyayangi Dira seperti anaknya sendiri. Mama Diva namanya.
Dira begitu ingin tahu tentang laki-laki yang akan menikah dengannya itu. Wajahnya, usianya, dan seperti apa orangnya. Begitu banyak pertanyaan yang melintas di benak Dira tentang mengapa papanya tiba-tiba begitu ingin menjodohkannya dengan orang yang bahkan tidak Dira kenal.
Sampai akhirnya Dira menghembuskan nafasnya pelan, "Haahh... Baik, pa. Dira terima perjodohan itu. Kalo itu bisa buat papa bahagia, maka Dira akan lakukan." Pasrah Dira membuat keputusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Anissa Cikal Robbani
cerita raxel tuh bikin nagih thor..
pngn ulang2 baca trs 😀😀
2023-11-06
1
I'm20___
berawal dari penasaran, ntar lama2 jadi suka loh, Xell 😅😅
2023-08-06
1
I'm20___
pastinya ke arah masa depanmu, Xellllll 🤭
2023-08-06
1