Bab 8

"Apa benar kita sepupu?" tanya Abellard.

Naeva menghentakkan lengannya dari genggaman laki-laki itu.

"Tentu saja kita sepupu," jawabnya sembari memalingkan wajah. " Apa kau ingin memutuskan tali persaudaraan hanya karena aku marah?"

Abellard hanya diam. Namun Naeva juga tak menanti jawabannya. Ia cepat melangkah menyusul Marc.

Esok paginya.

"Apa bumbu dapurnya telah habis?" tanya Naeva saat Emma mengangkat keranjang rotan yang nyaris kosong dari dalam rak penyimpanan.

"Iya, M'mselle."

"Aku lupa membelinya kemarin saat membeli baju untuk laki-laki itu," gumamnya. "Dimana Marc? Aku akan mengajaknya pergi ke pasar."

"Dia sedang memberi makan kuda, M'mselle. Bersama Tuan Muda itu," wanita tua berwajah lembut itu menyimpan kembali keranjang di tangannya.

"Dia juga di sana?" gumam gadis itu lagi sembari melangkah ke kamar tidurnya untuk mengambil uang.

Naeva membuka laci lemarinya, tempat ia menyimpan uang di antara beberapa barang milik ayahnya yang sengaja ia simpan sebagai kenangan, seperti rambut palsu, sabuk tua dan barang lain yang tak laku dijual ayahnya saat membutuhkan uang.

Di dalam laci itu juga terdapat sebuah kotak perunggu berukuran 20 cm persegi, tempat Naeva menyimpan perhiasan peninggalan ibunya yang masih lengkap seperti saat ibunya masih ada, karena ayahnya tak akan menjual perhiasan itu sekecil apapun. Semuanya ia simpan sebagai warisan untuk Naeva.

Gadis itu menghela nafas berat. Sepertinya tak lama lagi ia akan terpaksa menjual perhiasan itu untuk kebutuhannya dan semua yang ada di kastil tuanya.

Uang simpanannya hanya tinggal 1.500 Franc lagi. Naeva mengambil 500 Franc untuk dibelanjakan.

Lalu beranjak ke istal kuda.

Tampak Abellard sedang mengelus-ngelus surai seekor kuda yang begitu tenang di tangannya. Tidak mengherankan jika laki-laki itu pintar menenangkan kuda. Sepengetahuan Naeva, para bangsawan di kota memang memiliki waktu khusus untuk berkuda sebagai olahraga. Mungkin keterampilan mengendalikan kuda masih melekat di dalam ingatannya.

"Marc, kita akan berbelanja, bumbu dapurnya sudah habis."

"Baik M'mselle, saya persiapkan keretanya," jawab Marc sigap.

Abellard langsung menoleh dengan kilatan mata tertarik.

"Aku ikut!" serunya.

"Tidak. Kau tinggal di sini saja," sergah Naeva. Bagaimana ia bisa membiarkan laki-laki itu ikut sementara di pasar berkeliaran prajurit yang sedang mencarinya?

"Apa kau masih menyimpan dendam karena masalah kijang kemarin?" kritisnya.

Naeva membulatkan matanya mendengar tuduhan Abellard.

"Tidak, aku tak menyimpan dendam pada siapapun!" ketusnya.

"Kalau begitu biarkan aku ikut!" Abellard bersikukuh.

Naeva terdiam. Matanya menatap Abellard kesal.

Naeva menebak usia pria di hadapannya itu pasti sudah melebihi angka 20, bahkan mungkin sudah 25 tahun seperti Marc. Tapi kenapa sikapnya ini masih seperti bocah?

Gadis itu menghela nafas. Ia paling tak suka berdebat. Rasanya juga tak mungkin mencegah keinginan laki-laki yang berkarakter keras kepala itu.

Tapi bagaimana cara membuat orang-orang tak mengenalinya sebagai Comte Abellard Marseille?

Bagaikan mendapat ilham, gadis itu teringat dengan rambut palsu serta kumis palsu milik almarhum ayahnya. Ia segera berlari ke dalam untuk mengambil rambut dan kumis yang akan merubah wajah Abellard.

"Ini, pakai ini! Jika kau ingin ikut."

Abellard menatap bingung bulu halus berwarna pirang yang disodorkan Naeva, mirip sekali dengan rambut manusia.

"Ini untuk apa?"

"Untuk menyamarkan wajahmu. Apa kau lupa penyebab kau terluka hingga hilang ingatan? Kau sedang diburu sekelompok orang yang sedang bermasalah dengan mu!" jawab Naeva.

Abellard terdiam. Keningnya tampak berkerut dalam, berusaha mengingat penyebab dirinya bermasalah dengan sekelompok orang-orang kejam yang memburu nyawanya. Tapi ingatan itu sama sekali tak muncul.

"Baiklah, aku akan memakainya nanti," desahnya lirih.

**

Kereta kuda sederhana mereka berderap menyusuri jalan setapak. Hangatnya mentari pagi di musim semi seperti ini sangat di sukai Naeva. Bunga anyelir dalam rumpun semak-semak begitu indah dengan warna pink cerahnya.

Gadis itu menghirup dalam-dalam udara segar beraroma rumput dan bunga di sekelilingnya.

"Berhenti!" Sebuah teriakan membentak tiba-tiba terdengar dari arah samping kanan jalan.

Membuat Marc yang sedang mengendarai kereta, menarik refleks tali kekang di tangannya, hingga kuda hitam yang menarik kereta meringkik protes.

Sekelompok pria sangar berpakaian hitam tampak menghampiri kereta mereka.

"Sepertinya mereka orang yang mengejar Monsieur Richard," bisik Marc.

Naeva menoleh pada Abellard yang duduk di sampingnya kirinya. Laki-laki itu masih belum memakai rambut palsu dan kumisnya.

"Kemana rambut palsu itu?" tanya Naeva gusar.

Abellard segera panik mencari di jok kayu kereta dan di kolongnya. Tak sengaja ia tadi sembarangan melempar benda yang aneh menurutnya itu ke dalam kereta. Dan ternyata benda berbulu itu teronggok di bawah kolong.

"Sudah tidak ada waktu lagi! Cepat sembunyi di bawah!" perintah Naeva sembari menekan punggung Abellard yang sedang merunduk.

Dengan terpaksa Abellard masuk ke kolong yang kemudian ditutupi dengan gaun Naeva yang mengembang dan panjang.

"Bonjour, Monsieur. Ada masalah apa memaksa kami berhenti?" tanya Marc tajam.

"Pardon, Monsieur, Mademoiselle. Kami ingin bertanya," jawab laki-laki bertampang garang itu setelah sedikit membungkuk dengan rasa hormat.

"Bertanya apa?"

"Adakah Monsieur dan Mademoiselle melihat seorang laki-laki lewat di depan kastil anda dua hari yang lalu? Laki-laki itu terluka parah."

"Terluka parah? Dua hari yang lalu?" tanya Naeva.

"Benar!" jawab laki-laki itu cepat.

"Tidak, kami tidak melihatnya."

"Malam itu kami melihat laki-laki itu menuju kemari." Laki-laki itu bersikukuh.

Naeva memasang raut tak senang. "Apa anda pikir kami akan menyekap seseorang yang terluka?" sarkasnya.

"Bukan, bukan seperti itu, M'mselle ...."

Naeva kemudian memicingkan sebelah mata dengan tampang curiga. "Apa kalian saudaranya? Kalian malah terlihat seperti sedang memburunya!""

"Kami saudaranya!" jawab laki-laki itu cepat. "Terimakasih atas jawaban anda, dan silakan melanjutkan perjalanan anda berdua."

Laki-laki itu segera mengakhiri interogasinya. Lalu mundur beberapa langkah untuk mempersilakan kereta mereka pergi.

Marc segera menyentak tali kekang, dan kuda mereka kembali berderap meninggalkan sekelompok laki-laki bersetelan hitam yang menatap kepergian mereka dengan tatapan tak puas.

Namun kemudian, fokus Marc terkecoh saat mendengar tawa tertahan.

Ternyata suara tertahan itu berasal dari Naeva.

Gadis itu bahkan sampai menutup mulutnya dengan sebelah tangan agar tawa itu tak pecah. Tapi sepertinya ia benar-benar merasa geli hingga akhirnya benar-benar terbahak.

Bagaimana tidak? Seorang Comte terhormat yang biasanya membuat orang lain bertekuk lutut, kini meringkuk di bawah pantatnya.

"Kenapa anda tertawa?" tanya Marc penasaran.

"Aku ... aku hanya merasa lucu. Mengingat nasib yang tak pernah terduga. Seperti roda kereta kita yang terus berputar. Seseorang yang biasa menerima sembah sujud orang lain suatu saat bisa meringkuk di bawah," jawabnya setelah puas tertawa.

Marc yang mengerti arah pembicaraan Naeva ikut tersenyum.

"Ya, M'mselle benar," timpalnya.

"Apa aku sudah bisa keluar?" Suara Abellard terdengar di bawah kolong.

"Sudah, keluarlah," jawab Naeva.

Perlahan dari kolong yang lebarnya sekitar satu setengah meter itu muncul tubuh tinggi dan tegap milik Abellard.

Naeva menoleh pada laki-laki yang keluar dengan bersungut-sungut itu. Dan seketika tawanya kembali pecah.

Melihat wajah lucu Abellard yang memakai kumis palsunya secara terbalik. Kumis yang seharusnya melengkung ke atas, malah dipakai melengkung ke bawah.

"Kenapa?" tanya Abellard bingung.

Naeva tertawa sampai perutnya keram. Ia membekap perut di sisa tawanya. Di matanya Abellard terlihat begitu menggelikan.

Namun di mata kedua pria yang sedang melihatnya tertawa lepas, Naeva begitu menawan dan menggemaskan.

Naeva kemudian berbalik menghadap Abellard. Lalu mengulurkan tangannya untuk memperbaiki posisi kumis yang benar. Bibirnya masih tersenyum, membuatnya begitu menarik dengan belah dagu yang kentara.

Abellard menatapnya dalam-dalam. Seolah ada magnet di wajah gadis itu yang membuatnya tak bisa berpaling.

Menyadari tatapan itu, secara naluriah mata Naeva membalas tatapan mata biru tua milik Abellard.

Ada getar yang tak Naeva mengerti, saat tangannya menyentuh kulit di bagian atas bibir Abellard. Sebuah rasa yang menuntut untuk sentuhan yang lebih. Yang membuat Naeva merasa sakit dalam bara yang menggebu.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

terbayang cantiknya naeva

2023-11-19

0

Una_awa

Una_awa

lama² mereka berdua saling jatuh cinta,,,wahh gimana nasib nya Marc ya?dia kan suka juga sama Naeva

2022-10-08

1

Ariu

Ariu

Dah mulai nyetrum ya Naeva 😍

2022-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!