Kepulangan Agus

Udara dingin pegunungan Kong. Menusuk hingga ke tulang sum sum. Agus yang hanya memakai switer berwarna hitam yang sudah kucel dan kumuh. Agus berjalan gontai dengan tas ransel di punggungnya meninggalkan rumah Mbah Otong kuncen Gunung itu menyusuri jalanan tanah yang kanan kirinya di penuhi semak belukar.

Suara Suara binatang khas pegunungan menjadi teman perjalanan yang mengiringi langkah demi langkah gontai kakinya. Sementara di atas perpohonan sejumlah monyet monyet seperti mengawasi perjalanan Agus. Ada yang bergelantungan di dahan dahan, ada yang duduk di bawah pohon dengan sorot mata tajam memperhatikan perjalanan Agus.

Lelaki yang telah gagal menjalani ritual tapi kontrak perjanjian dengan ghaib sudah tidak bisa di ganggu gugat dan di batalkan, menghiraukan tingkah polah monyet monyet tersebut. Dia terus melangkah mengayunkan kaki nya menuju jalan jajahan. Tak ada satupun kendaraan angkutan atau tukang ojeg yang lewat karena bukan jalan umum dan tak ada fasilitas lalu lalang manusia di jalan tersebut.

Sejauh tiga kilo meteran baru lah Agus sampai di jalanan umum beraspal. Sambil melepas lelah, Ia duduk pada sebuah batu besar di pinggir jalan sambil menunggu kendaraan lewat.

Kedua kakinya Ia selonjorkan ke depan kedua tangannya. Ia di pijit pijit telapak kakinya yang terasa sakit. Antara capek dan lapar saling bersaing di tubuhnya. Agus baru teringat masih ada sisa roti di ranselnya yang ia bawa ketika pergi, buru buru Ia membuka ranselnya.

"Syukurlah.... Masih ada roti untuk mengganjal perut ku yang kelaparan." Ucap nya dalam hati.

Baru saja roti di keluarkan dari bungkus plastiknya. Sebuah tangan berbulu lebat dengan cepat menyambar roti yang hendak di makan oleh Agus. Agus refleks menolehkan pandangannya mengikuti lari nya sekelebat binatang yang telah mengambil rotinya.

"Sialan monyet.!! Agus terkesiap kaget di buatnya.!!

Matanya melihat seekor monyet berukuran anak kecil tiga tahun berwarna hitam pekat dengan cepat melompat di antara rerimbunan semak belukar dan perpohonan di sebrang jalan lalu menghilang.

"Dasar Monyet." Umpat Agus.!!

Agus menghempaskan nafas kesalnya, sambil berjalan mengingat roti satu satunya sebagai pengganjal laparnya lenyap begitu saja di bawa kabur monyet. Beruntung berselang 30 menit lamanya sayup sayup terdengar dari kejauhan suara kendaraan yang seperti nya akan melintas dan bener saja ada sebuah truk muncul dari arah belakang. Agus lalu menyebrang dan berdiri serta melambaikan tangannya minta tumpangan. Untungnya sang supir berbaik hati dan memberhentikan mobil nya.

"Mau kemana kang." Teriak sopir dari balik kemudi nya.

Agus lalu melangkahkan dua langkah dan melongokan kepalanya dari jendela samping kiri. "Mau ke terminal Pak." Sahut Agus penuh harap.

"Oh. Ayo naik kang. Kebetulan aku lewat terminal." Ujar sopir truk tersebut.

Agus langsung naik ke bak truk tapi di cegah oleh sopir truk, "Di depan aja Kang..!! kosong." Sergah Sopir.

"Cukup kesialan hanya sampai pada roti yang di ambil oleh monyet." Gumam Agus dalam hati setelah duduk di samping sopir.

Mobil truk yang menjadi tumpangan Agus pun bergerak meninggalkan jalanan itu, Agus duduk terdiam pikirannya melayang jauh kerumahnya, tergambar jelas wajah putranya yang lucu. Agus senyum senyum sendiri melihat tingkah putra nya.

"Habis dari mana kang.?" Tanya sopir..

"Agus diam tak bergeming pandangan nya kosong menatap lurus ke depan. Dia nampak tak mendengarkan pertanyaan dari sopir.

"Kang...!!

"Ehk. Iya Pak.! Agus tersentak kaget.!

"Habis darimana.! Sopir mengulang pertanyaan lagi.

"Dari tempat saudara kang." Jawab Agus berusaha menutupi kunjungan nya kerumah kuncen Gunung Kong.

"Setahu saya di tempat Akang tadi berjalan tidak ada pemukiman penduduk. Ada juga Mbah Otong Kuncen Gunung Kong. Saudara dari kampung sebelah mana.?" Tanya sopir.

Agus sedikit gelagapan mendengar perkataan dari sopir truk. "Waduh salah jawab." Batin Agus bergejolak dalam hati.

"Ehk. Anu.... Iya Pak. Saudara Mbah Otong dari jauh." Kata Agus sekenanya.

"Hmmmm banyak loh kang, dari orang orang luar jawa yang juga datang ke tempat nya Mbah Otong. Semua orang di kabupaten ini sudah tahu siapa Mbah Otong. Jadi Akang tidak usah malu malu berterus terang, tong era era hehehe.......... Kata sopir seolah mengerti apa yang di sembunyikan oleh lelaki yang ikut menumpang.

"Agus tersenyum kecut, setelah mendengar ucapan dari sopir itu, ada rasa malu di hatinya karna meminta persugihan di tempat itu.

"Akang tadi melihat banyak monyet di perjalanan menuju jalan aspal.?" Tanya Sopir.

"Iya banyak Pak. Bahkan tadi sewaktu beristirahat karna kecapean. Roti ku.!! Satu satunya di embat monyet seukuran anak berusia dua tahun warna hitam pekat. Dan di bawa kabur." Jawab Agus.

"Apakah. Akang mempunyai anak kecil seukuran dengan monyet yang membawa roti yang mau di makan.?" Tanya Sopir itu.

"Kenapa emang Pak.! Agus penasaran dengan pertanyaan dari sopir truk itu.

"Kalau tebakanku bener.!! Sebaiknya akang segera pulang, atau temui sahabat saya, yang ada di kota kecil daerah Jawa barat namanya Asep Rusrus Budiansyah, atau biasa orang orang memanggilnya nya Abah Dewa." Titah Sopir truk itu memberitahu kan.

"Abah Dewa.!! Gumam Agus. Jelas Ia tahu karna masih ada saudara dengan istrinya." Gumam Agus.

"Itu terminal di depan kang. Mau turun di sebelah mana. Segera temui Abah Dewa, bila anak dan isteri mu ingin selamat." Pesan Sopir tersebut.

"Emang akan terjadi apa kang.?" Tanya Agus penasaran.

Sopir itu tidak menjawab dia hanya tersenyum manis kearah lelaki yang ikut menumpang nya, Terdengar dari kejauhan teriakan teriakan para calo dan kondektur menawarkan bus tujuan nya.

"Jakarta.......... Jakarta............!!

"Cirebon........... Cirebon...........!!

",Tasik.............. Tasik................!!

"Sukabumi............... Cianjur.......... Bandung........!! Berangkat." Teriak kondektur bus.

Ramai riuh suara kondektur bus menawarkan tujuan bus nya diantara lalu lalang calon penumpang Agus bergegas menuju sumber suara kondektur yang berteriak Sukabumi Cianjur.

"Cianjur Kang...?" Tanya Agus memastikan.!!

"Iya...!! Iya....! Kang. Ayo naik kang. Naik kang bentar lagi berangkat." Kata kondektur berwajah hitam.

Didalam bus nampak penuh dan sesak, Agus masuk dari pintu depan dan berjalan tersendat sendat di antara para pedagang asongan mencari kursi kosong.

Punten...... Punten..... Ngiringan........" Ucap Agus sambil menyelinap di antara pedagang asongan mencari kursi kosong.

Agus bergegas setelah mendapatkan kursi kosong di urutan kedua dari belakang sejajar dengan pintu, setelah menaruh ransel di bagasi atas. Agus langsung menghempaskan tubuhnya di kursi pinggir jendela.

Pandangan nya menatap jauh keluar jendela, diantara lalu lalang orang dengan tujuan nya masing masing, dilihatnya seorang pemuda sedang memainkan Doger monyet.

Di depan pemuda itu ada seekor monyet menari kesana kemari, kadang menaiki motor motoran kecil, lalu berganti memakai payung sambil membawa kantong rinjing layaknya mau belanja ke pasar.

"Monyet lagi...... Monyet lagi......" Gumam Agus.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Kar

Kar

Hadir bos lanjut

2022-10-31

9

Kar

Kar

Segera Agus temui Abah Dewa

2022-10-28

9

Muhammad aka

Muhammad aka

semangat thor

2022-10-28

9

lihat semua
Episodes
1 Lagi dan Lagi Gara Gara Jaya
2 Aktivitas Jaya Di malam itu
3 Nomor Pasangan Tembus
4 Susuk Ilmu Hitam
5 Perdebatan Jaya
6 Perjalanan Jaya mencari jati diri
7 Bertemu dengan sosok raja Jin
8 Siasat Jaya
9 Menemui Lelaki Berjanggut Putih
10 Jaya Tiba Di rumah Abah Atang
11 Tekad Bulat Agus
12 Siluman Monyet Menjemput Anak Agus
13 Pertarungan dengan Bangsa siluman monyet
14 Amarah Jaya Tingkat Dewa
15 Kepulangan Agus
16 Jaya Akan Membantu Agus
17 Agus Menemui Istri dan anaknya
18 Serangan Tiba Tiba
19 Obrolan Di malam hari
20 Keanehan Di Pagi Hari
21 Obrolan Abah Dewa dan Jaya
22 Pengakuan Agus Kepada Muhtar
23 Fani Terkesima dan terhipnotis
24 Fani Hilang. Ucapan Jaya Benar
25 Fani Di bawa ke alam ghaib.
26 Pertarungan di alam ghaib.
27 Fani Kembali ke alam manusia
28 Indra Purnama Menghadap Sang Raja
29 Penyelamat itu Wa Kulik
30 Indra Purnama Terpenjara Dalam botol
31 Kejiwaan Agus Belum pulih
32 Nasib Agus
33 Mengobati Agus
34 Agus Sudah terlepas dari pengaruh ghaib.
35 Rencana Raja Waladra dan Raja Arga di ketahui Jaya
36 Ngimpo Nomor
37 Pengalaman pertama Ubey dan Wa Kulik
38 Kesurupan
39 Jaya datang tepat waktu
40 Penyesalan Seorang Agus
41 Pertarungan Sengit Di alam Ghaib
42 Gagal Atuh Wa
43 Malam Yang melelahkan
44 Meminta Bantuan
45 Kedatangan Sahabat Abah Dewa
46 Ucapan Selamat Datang Kepada Abah Dewa dari sosok mahluk hitam
47 Jaya Dan Abah Atang Bergerak
48 Jaya Dan Abah Atang tiba di Gunung Raja
49 Pertemuan Jaya Dan Kuncen Gunung Raja
50 Pertarungan segera di mulai
51 Perkelahian Antar Dua alam pecah
52 Kedua sahabat Abah Dewa pamitan
53 Murka Nya Sang Raja Siluman Monyet
54 Laporan Dari Patih Wisanggeni
55 Bu Nuri
56 Bahaya yang tanpa di sadari
57 Petunjuk Jaya Untuk Ubey
58 Irama Muntahan
59 Ide yang membagongkan
60 Siapa Yang menunggu ku.
61 Pemuda Itu Bernama Riyan
62 Tiga Jin bersarang di Tubuh Riyan
63 Membagi Tugas
64 Jurus Kaki seribu.
65 Mereka Berempat Tiba Di Istana siluman monyet
66 Keyakinan Diri Abah Dewa
67 Jaya dan Abah Atang serta Nyai Bundo datang
68 Ki Ageng dan Abah Dewa kembali ke raga nya
69 Kedatangan Eyang Anta Kusumah
70 Ustadz Ilyas Karim Selamat
71 Datang nya Kiayi Sapu Jagad
72 Mereka Berempat Selamat
73 Jaya dan Abah Atang berkunjung ke rumah Muhtar
74 Obrolan Di Pagi Hari
75 Jaya Terpental Ke Gunung Indung
76 Sang Pembawa Harapan
77 Muhtar membantu Jaya
78 Agus dalam intaian siluman monyet
79 Aku bukan bintang Tapi Jaya nama ku
80 Sarpa Tujuh dari Petaka pembawa kematian
81 Cerita Nyi Kunti
82 Jaya dan Nyi Kunti tiba di hutan Lali Jiwo
83 Jaya Bertemu dengan Guru Asta
84 Telaga Naga
85 Latihan Pertama Jaya
86 Aura Alva milik Jaya
87 Teman Latihan Jaya
88 Tibo Dan Kibo Di kalahkan Jaya
89 Tuan Besar
90 Ayam Cemani
91 Awal mula Kunti dan Asta Bertemu
92 Bunga Kehidupan
93 Harimau Itu Ki Darma
94 Pertemuan Antara Kakek Bumi Dan Ki Darma
95 Mata Kebenaran
96 Ritual Pemindahan Pusaka Raga
97 Perpisahan yang menyakitkan
98 Ajian Perubah Bentuk
99 Kota Fana Mereka telah tiba
100 Pesan Dari Sang Waktu
101 Panggilan Alam
102 Babak Penyisihan
103 Rapat Iblis Baghala
104 Siasat Licik Anak buah iblis Baghala
105 Pertarungan Tanpa Hukum.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Lagi dan Lagi Gara Gara Jaya
2
Aktivitas Jaya Di malam itu
3
Nomor Pasangan Tembus
4
Susuk Ilmu Hitam
5
Perdebatan Jaya
6
Perjalanan Jaya mencari jati diri
7
Bertemu dengan sosok raja Jin
8
Siasat Jaya
9
Menemui Lelaki Berjanggut Putih
10
Jaya Tiba Di rumah Abah Atang
11
Tekad Bulat Agus
12
Siluman Monyet Menjemput Anak Agus
13
Pertarungan dengan Bangsa siluman monyet
14
Amarah Jaya Tingkat Dewa
15
Kepulangan Agus
16
Jaya Akan Membantu Agus
17
Agus Menemui Istri dan anaknya
18
Serangan Tiba Tiba
19
Obrolan Di malam hari
20
Keanehan Di Pagi Hari
21
Obrolan Abah Dewa dan Jaya
22
Pengakuan Agus Kepada Muhtar
23
Fani Terkesima dan terhipnotis
24
Fani Hilang. Ucapan Jaya Benar
25
Fani Di bawa ke alam ghaib.
26
Pertarungan di alam ghaib.
27
Fani Kembali ke alam manusia
28
Indra Purnama Menghadap Sang Raja
29
Penyelamat itu Wa Kulik
30
Indra Purnama Terpenjara Dalam botol
31
Kejiwaan Agus Belum pulih
32
Nasib Agus
33
Mengobati Agus
34
Agus Sudah terlepas dari pengaruh ghaib.
35
Rencana Raja Waladra dan Raja Arga di ketahui Jaya
36
Ngimpo Nomor
37
Pengalaman pertama Ubey dan Wa Kulik
38
Kesurupan
39
Jaya datang tepat waktu
40
Penyesalan Seorang Agus
41
Pertarungan Sengit Di alam Ghaib
42
Gagal Atuh Wa
43
Malam Yang melelahkan
44
Meminta Bantuan
45
Kedatangan Sahabat Abah Dewa
46
Ucapan Selamat Datang Kepada Abah Dewa dari sosok mahluk hitam
47
Jaya Dan Abah Atang Bergerak
48
Jaya Dan Abah Atang tiba di Gunung Raja
49
Pertemuan Jaya Dan Kuncen Gunung Raja
50
Pertarungan segera di mulai
51
Perkelahian Antar Dua alam pecah
52
Kedua sahabat Abah Dewa pamitan
53
Murka Nya Sang Raja Siluman Monyet
54
Laporan Dari Patih Wisanggeni
55
Bu Nuri
56
Bahaya yang tanpa di sadari
57
Petunjuk Jaya Untuk Ubey
58
Irama Muntahan
59
Ide yang membagongkan
60
Siapa Yang menunggu ku.
61
Pemuda Itu Bernama Riyan
62
Tiga Jin bersarang di Tubuh Riyan
63
Membagi Tugas
64
Jurus Kaki seribu.
65
Mereka Berempat Tiba Di Istana siluman monyet
66
Keyakinan Diri Abah Dewa
67
Jaya dan Abah Atang serta Nyai Bundo datang
68
Ki Ageng dan Abah Dewa kembali ke raga nya
69
Kedatangan Eyang Anta Kusumah
70
Ustadz Ilyas Karim Selamat
71
Datang nya Kiayi Sapu Jagad
72
Mereka Berempat Selamat
73
Jaya dan Abah Atang berkunjung ke rumah Muhtar
74
Obrolan Di Pagi Hari
75
Jaya Terpental Ke Gunung Indung
76
Sang Pembawa Harapan
77
Muhtar membantu Jaya
78
Agus dalam intaian siluman monyet
79
Aku bukan bintang Tapi Jaya nama ku
80
Sarpa Tujuh dari Petaka pembawa kematian
81
Cerita Nyi Kunti
82
Jaya dan Nyi Kunti tiba di hutan Lali Jiwo
83
Jaya Bertemu dengan Guru Asta
84
Telaga Naga
85
Latihan Pertama Jaya
86
Aura Alva milik Jaya
87
Teman Latihan Jaya
88
Tibo Dan Kibo Di kalahkan Jaya
89
Tuan Besar
90
Ayam Cemani
91
Awal mula Kunti dan Asta Bertemu
92
Bunga Kehidupan
93
Harimau Itu Ki Darma
94
Pertemuan Antara Kakek Bumi Dan Ki Darma
95
Mata Kebenaran
96
Ritual Pemindahan Pusaka Raga
97
Perpisahan yang menyakitkan
98
Ajian Perubah Bentuk
99
Kota Fana Mereka telah tiba
100
Pesan Dari Sang Waktu
101
Panggilan Alam
102
Babak Penyisihan
103
Rapat Iblis Baghala
104
Siasat Licik Anak buah iblis Baghala
105
Pertarungan Tanpa Hukum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!