Aku Bukan Dukun Cabul
JAYA JAELUDIN
Jaya Jaeludin anak dari pasangan pemuka agama di kampung yang ada di pesisir kota Sukabumi daerah yang menuju kearah pantai pelabuhan ratu.
Ustadz Jaeludin mempunyai pondok kecil dan madrasah tempat anak anak yang ada di desa tersebut belajar menimba ilmu agama, terkadang dari luar desa lainnya juga ada yang belajar ilmu agama di seorang lelaki yang mempunyai anak dua.
Jaya Jaeludin adalah anak pertama dari pasangan Jaeludin dan Umi kulsum. Sementara anak kedua nya yaitu Siti Masitoh berusia 20 tahun dan sudah menikah dengan putra Kiayi yang ada di kampung sebelah tempat pemuda itu tinggal.
Siti Masitoh adik dari Jaya Jaeludin kini tinggal bersama suaminya bersama dengan Orang Tua nya Istrinya, membantu mengajar anak anak yang menimba ilmu agama.
Jaya sendiri sehari hari nya di habiskan dengan bertualang ke makam makam keramat dan tempat tempat yang penuh dengan cerita cerita mistik.
Jaya Jaeludin selalu bertentangan dengan ayahnya yang menjadi pemuka agama dan di segani di desa maupun di kecamatan tempat mereka tinggal.
Jaeludin selaku ayah dari Jaya suka berselisih dengan anaknya akibat kelakuan yang tak masuk akal dan di luar nalar sungguh jauh berbeda dengan kedudukan Orang Tua nya.
Ocehan Para tetangga dan kadang kadang Orang tua muridnya yang belajar menimba ilmu di pondok nya selalu terdengar menyakitkan di telinga Ayah nya kadang terdengar di telinga ibu dan adiknya serta suami dari Siti Masitoh.
"Aneh ya....... Bapa nya pemuka agama suka mengajar kan kebaikan dan melarang kepada muridnya tentang judi, minuman minuman keras dan mencuri. Ehk Anak kelakuan seperti yang di larang oleh ayah nya." Kata satu warga yang bergosip.
"Betul Bu Julaeha. Seminggu kemarin saya melihat si Jaya sedang teler tuh di Kebon Teh tangan nya sedang memegang botol minuman bermerek topi miring." Timpal warga lainnya.
"Julaeha kenapa tidak kau tegur dan bangun kan saja tuh si Jaya." Ucap warga yang menjawab.
"Ogah......... Bisa bisa saya di cabuli. Kalian tahu sendiri bukan walaupun umur boleh tua tapi body saya bak gitar spanyol." Bangga Julaeha wanita berusia 46 tahun itu dengan bangga memuji dirinya sendiri.
"Hahahaha Julaeha emang bodi kamu. Saya acungi jempol tapi....... Barang mu sudah longgar dan dua bukit gunung mu sudah ngerempeyek, kalau di baringkan dan di buka pembungkus gunung itu, terlihat jelas seperti adonan yang melebar kesana kemari tanpa terlihat dua gunung." Ledek salah satu warga.
"Sialan kau Syamsiah menghina ku ............!! Walau gini gini juga suami ku. Tidak kuat lama setelah mendapatkan goyangan bor tingkat penyanyi papan atas bila di kamar." Puji diri sendiri Julaeha.
"Ampun Julaeha.......... Pasti lah tak kuat lama wong suami kamu itu impoten. Lemah syahwat." Ledek Syamsiah yang tak mau kalah yang tadinya hanya bergosip kini mereka meradang panas saling meledek satu sama lain.
"Bangsat...... Kau Syamsiah main pitnah saja. Ku robek mulut kotor mu itu." Geram Julaeha emosi nya mulai meledak ledak.
"Loe.......... Berani merobek mulut Gue...... Hah..... Gue bukan pitnah...... Tapi gue sendiri tahu karna suami loe sendiri yang suka curhat kepada laki gue." Ucap Syamsiah sama dengan Amarah nya yang tinggi.
Awal nya hanya bergosip dan terus menjurus saling ledek hingga dua wanita yang sudah hampir setengah abad itu hidup kini saling hina dan saling membukakan aib keluarga nya masing masing. Karna emosi sudah memuncak di ubun ubun kini dua wanita itu bertengkar hebat dan saling menjengut rambut nya masing masing yang tak jauh dari pondok pesantren Ustadz Jaeludin.
Sontak beberapa warga yang melihat nya dua wanita saling guling mengguling dan menjambak rambut nya masing masing. Berlarian kearah nya untuk melerai perkelahian dua wanita tua itu.
"Apa apaan kalian berdua apakah tidak malu sama umur hah." Ucap Satu suara lelaki yang sangat berkarisma itu.
Bukan nya mendengar kan teriakan dari lelaki yang menghardik mereka berdua. Syamsiah dan Julaeha pokus dengan perkelahian yang di tonton oleh para warga dan tetangga.
Perkelahian mereka berhenti ketika dua lelaki datang memisahkan istri mereka masing masing dan membawanya menuju madrasah milik ustadz Jaeludin atas perintah dari ketua RT setempat.
Sesampai nya di ruangan madrasah tersebut lalu ketua RT yang di dampingi oleh Ustadz Jaeludin dan tokoh pemuda serta beberapa warga lainnya duduk bersama untuk menanyakan asal mu asal nya antara Syamsiah dan Julaeha berkelahi di siang itu.
Salah satu dari wanita yang berkelahi itu mulai menjelaskan dari awal yang tadinya hanya bergosip membicarakan tentang kelakuan anak dari ustadz Jaeludin yaitu Jaya pemuda berusia 23 tahun itu, hingga Julaeha berlanjut dengan memuji diri nya sendiri dan di balas oleh Syamsiah dengan candaan yang menyakitkan Julaeha.
"Hmmmmmmm." Lagi dan lagi ini ulah Jaya." Ucap Jaeludin dalam hatinya.
Sebetulnya Jaeludin sudah malu dengan wajahnya tinggal di kampung halamannya itu atas ulah anaknya yang hanya menghabiskan pergaulan nya itu dengan mabuk mabukan kadang berjudi main togel dan yang semua di larang oleh agama. Akan tetapi atas inisiatif besannya itu Kiayi Arafat yang anaknya menikah dengan Siti Masitoh anak dari Ustadz Jaeludin. Untuk tetap bersabar dan ini semua ujian dari sang maha tunggal.
Mau tidak mau Ayah nya Jaya hanya bisa bersabar dan pasrah dengan semua ujian ini.
Setelah kata sepakat di antara dua wanita setengah baya itu untuk berdamai dan di saksikan oleh pihak RT dan para warga serta tulisan tangan di atas kertas yang di tanda tangani oleh mereka berdua, bahwa bila sampai terulang kembali perkelahian itu. Maka pihak RT dan beberapa warga lainnya akan mengusir mereka berdua dari kampung ini.
Para warga sudah bubar dan matahari pun sudah terbenam tanda malam sudah tiba di kampung yang dekat dengan pesisir pantai pelabuhan ratu.
Seorang yang sedang duduk di pos ronda yang tak jauh dari gudang penyimpanan pucuk teh yang sudah di petik oleh beberapa wanita yang bekerja separuh waktu sambil memegangi botol minuman dengan teman teman malam itu.
"Toing......... Sebaiknya kau ambil segera telor ayam kampung yang kau bungkus kertas bertuliskan Arab itu di gudang itu." Titah Jaya.
"Siap Jay.......... Bayan antar gue ya ngambil telor itu." Ucap Toing.
"Ogah Ahk...... Gue takut nanti ada Wewe gombel lagi." Jawab Bayan.
"Ahk......... Kutu kupret loe penakut.! Sahut Akoy yang sedang meneguk minuman anggur merah yang ada di tangan nya.
"Hus....... Loe Akoy temani Toing ngambil telur ayam kampung itu." Titah Jaya.
"Siap Jay......... Akoy berdiri dan berjalan sempoyongan akibat banyak minum anggur merah, sehingga Jaya dan Bayan melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Iyana Computer
nyimak dulu ya
2024-02-25
0
Fani_Rf
hadir
2022-12-04
5
zulfaa
.
2022-11-29
8