"Teh.... Ambil kan air putih ya....." Kata Abah Dewa Kakak Fani yang bernama Fina.
Beberapa saat kemudian. Fina sudah kembali dengan membawa dua botol Air mineral yang satu ukuran sedang yang satu nya lagi berukuran besar.
"Yang ini buat Abah Dewa......" Kata Fina kakak nya Fani mengulurkan botol sedang kepada Abah Dewa.
Sesaat Abah Dewa meminumnya hingga setengah botol lalu di letakkan di sampingnya hingga kemudian Abah Dewa mengambil botol Air mineral berukuran besar dan langsung membuka tutup nya serta di bacakan nya doa doa lalu di tiup kan pada mulut botol air mineral itu.
"Fani.... Ini di minumkan ke Ruslan dan kamu ya. Terus usapkan air itu ke muka Ruslan hingga tiga kali sambil membaca surat Al Fatihah." Kata Abah Dewa.
"Abah..... Kenapa dengan Ruslan bah.?" Tanya Fani penasaran.
"Hanya gangguan mahluk halus biasa." Jawab Abah Dewa menenangkan.
Jika Abah Dewa menceritakan kejadian yang sebenarnya, bukan saja akan menimbulkan pitnah tapi juga akan mengundang cibiran dari masyarakat sekitar terhadap keluarga Agus dan bahkan mereka akan di kucilkan.
Sejenak Abah Dewa memandangi dalam dalam anak kecil yang di panggil Ruslan sembari mengusap ngusap kepalanya.
Anak setampan dan selucu ini tega tega nya di jadikan tumbal, sepertinya ini belum berakhir, pasti akan ada lanjutan balasan. Aku harus menemui Eyang Guru dan meminta petunjuk untuk melawan bangsa siluman monyet yang kemungkinan Raja nya yang akan datang." Gumam Abah Dewa dalam hati, sambil menggeleng geleng kan kepalanya.
"Fani sebaiknya kamu dan anakmu untuk sementara waktu pindah dulu jangan di rumah ini ya." Pinta Abah Dewa.
"Yaa. Udah Abah biar Fani dan Ruslan menginap dan tinggal di rumah saya." Timpal Kakak Fani.
"Yaa itu lebih bagus sebab gangguan seperti ini pasti akan datang lagi. Biar nanti Abah datang ke rumah mu untuk memagari seluruh halaman rumah mu, karna Abah akan mengunjungi dulu Eyang Guru yang ada di sebrang kecamatan tepat nya di Gunung Mananggel. Yaa sudah Abah pamit ya." Kata Abah Dewa beranjak dari duduknya.
Saat pintu kamar di buka para tetangga yang sedari tadi berkumpul di ruang tamu langsung menghampiri nya dengan berbagai pertanyaan.
"Bagaimana Abah.!!
"Ada apa dengan Ruslan Abah.!!
"Sekarang keaadaan Ruslan apakah baik baik saja Abah.!!
Gelombang mirip ombak laut menghantam karang langsung menyerbu Abah Dewa. Tetapi Abah Dewa hanya menjawab nya singkat.
"Udah.... Udah......!!
"Ayo bubar Ruslan nggak apa apa.! Sadayana mulih ka bumi masing masing. ( Semua nya pulang kerumah masing masing )
Beberapa saat kemudian para tetangga Fani mulai keluar satu persatu. Hanya satu dua orang saja yang masih tetap tinggal. Mereka penasaran dengan kondisi Ruslan.
"Gie mana Fani keaadaan Ruslan.?" Tanya Mak Iyoh tetangga sebelah nya yang sudah di anggap Ibu kandungnya.
"Alhamdulillah. Mak Ruslan sudah sadar dan sekarang tertidur kelihatan lemas dan kecapekan." Jawab Fani
"Yaa. Sudah Emak tinggal dulu ya. Kalau ada apa apa panggil aja Emak." Ucap Emak Iyoh berpamitan.
"Fani mengangguk dan berkata singkat. "Iya Emak.!!
##############
Pagi harinya Abah Dewa pun langsung berangkat ke kampung di bukit Gunung Mananggel menemui gurunya untuk meminta petunjuk ke depannya, melawan Raja Siluman monyet yang tidak akan melepaskan begitu saja tumbal yang sudah di berikan oleh bapaknya.
"Abah dewa di antar oleh anaknya yang berusia 17 tahun dengan memakai sepeda motor Honda Legenda yang masih mulus bodinya dan tenaganya juga masih cepat. Berani bertaruh bila di adu balap dengan motor keluaran terbaru.
Sepanjang perjalanan pikiran Abah Dewa, tak lepas dari anak kecil pasangan suami istri Agus dan Fani, yang tidak sederhana mungkin Fani akan ikut terlibat dalam buruan Raja Siluman monyet itu.
Satu jam lamanya, Abah Dewa yang di bonceng oleh anaknya kini sudah tiba di rumah bambu milik gurunya. Sudah hampir satu tahun Ia tak pernah lagi berkunjung ke rumah gurunya itu, terakhir dia menemui nya saat di minta seseorang pejabat pemerintahan pusat ingin mencalonkan diri nya sebagai calon legislatif.
"Tok.......!! Tok.......!! Tok........
"Assalamualaikum." Punten Abah." Ucap Abah Dewa mengetuk pintu sambil mulut mengucapkan salam.!
"Kreat..........!!
"WaallAikum Salam.! Murid ku kau sudah datang." Jawab satu suara setelah pintu rumah itu terbuka dan muncul sosok pria paruh baya.
"Iya. Abah. Guru." Katanya lalu mencium tangan nya di ikuti oleh anak Abah Dewa.!!
"Ayo. Sebaiknya kita ngobrol di dalam kamar.!! Anakmu biar tunggu di ruang tamu saja." Ajak Lelaki paruh baya itu.
Tak lama setelah itu. Guru dan murid pun sudah berada di kamar khusus. Abah guru pun memulai percakapan tanpa muridnya bertanya terlebih dahulu.
"Murid ku Asep Dewa. Nanti suami yang istri dan anaknya kau tolong akan menemui mu. Segera bawa kesini. Walau bagaimana pun kau tidak akan sanggup melawan Raja Siluman monyet itu. Nanti akan ada seorang pemuda pilihan. Pemuda itu adalah turunan dari raja raja besar di masa dahulu yang akan melawan siluman monyet itu.
"Kapan Agus datang menemui ku....?" Siapa sosok pemuda itu yang akan melawan Raja Siluman monyet itu...?" Tandas Abah Dewa penasaran dengan sosok pemuda yang di bicarakan.
"Tidak akan lama lagi.........!! Sebaiknya kamu pulang dan taburkan tanah ini untuk menjaga hal hal yang akan terjadi pada istri dan anaknya dari gangguan mahluk siluman monyet." Titah Lelaki paruh baya yang menjadi guru nya Abah Dewa.
"Baik. Eyang Guru.!!
*************
"Bagaimana. Apakah kau sudah melihat semuanya. Jaya......?" Tanya Abah Atang setelah membuka mata batinnya dan menelisik kepada perjalanan hidup keluarga Agus.
Jaya, hanya manggut manggut saja. Kini tatapannya menatap tajam kepada lelaki yang ada di hadapannya dirinya dan Abah Atang.
Ceritakan kepadaku. Bagaimana kau bisa sampai datang kepada murid Abah Atang." Titah Jaya dengan sorot mata yang menyala. Hal itu membuat Agus ketakutan menatap pemuda itu.
"Cepat Ceritakan.'' Bentak Jaya. Membuat sahung dan area halaman rumah Abah Atang berguncang hebat, pertanda ada gempa mengguncang di siang itu.
Agus menggigil ketakutan keringat bercucuran ketika suara bentakan dengan bersama datangnya gempa itu, seluruh orang orang yang sedang meditasi di sahung sahung berlarian keluar takut terkena runtuhan atap genteng.
"Santai bocah tengik, tak usah emosi begitu saja. Bisa bisa sahung dan rumah Abah bisa runtuh kalau kau marah." Kata Abah Atang bersikap enjoy, tetapi dalam hatinya menyimpan ketakutan teramat dalam.
"Huh...... Kau masih bisa berkata santai.!! Setelah melihat dengan mata batin ku sendiri, akibat lelaki ini, Anak dan istrinya menjadi buruan siluman monyet." Ujar kesal Jaya.
"Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Panta Jhoni Panta Wsl
next
2022-11-08
6
Sri Fani
lanjutkan kak
2022-11-06
6
Muhammad aka
Amarah tingkat Dewa
2022-10-29
8