Malam itu tepat malam Jumat Kliwon. Agus yang sudah tekad dengan niat nya, untuk melakukan persugihan dengan bangsa siluman. Di salah satu sahung yang tak jauh dari rumah bambu milik Kuncen Gunung Kong sangat terasa aura yang sangat penuh mistik, sunyi, senyap dan sesekali terdengar suara burung hantu kian menambah kemistikannya.
Malam ini Agus melakukan ritualnya dan mengikat perjanjian perjanjian ghaib dengan mahluk ghaib bangsa siluman monyet yang menjanjikan kekayaan secara cepat.
Agus duduk bersila dengan khusuk. Mulutnya tak henti komat kamit membacakan mantra yang telah di berikan sang Kuncen. Ia duduk di tengah tengah garis lingkaran dengan di kelilingi nyala compor ( Semacam botol Kratingdaeng yang telah di dalam nya ada minyak tanah dan tutupnya ada sumbu ) sepanjang garis nya. Dihadapan nya sudah tersaji kopi hitam, Air putih dan cerutu serta beraneka macam kembang, kantil, kamboja, melati, mawar, anggrek dan kembang lainnya.
Beberapa saat lamanya dan masih setengah jalan membaca jumlah bacaan mantra, tiba tiba terdengar suara dentuman sangat keras di sertai deru angin kencang dan menghempaskan tubuh Agus hingga terpental ke sudut ruangan.
Hantaman tak kasat mata itupun, memporak porandakan aneka ragam sesaji di depan Agus. Compor Compor berserakan ke berbagai arah ada juga yang masih menyala dan sebagian padam.
Agus merintih sambil memegangi dadanya, ada darah segar keluar dari sudut kanan bibirnya, pandangan nya terlihat kosong dan terlihat sangat ketakutan bercampur bingung.
"Kurang ajar..!! Teriak sang Kuncen murka, muncul dari luar sahung.
"Kamu telah gagal.!! Tetapi kontrak perjanjian mu telah berlaku..!! Tegas kuncen dengan rahang yang tertekan.
#Back to back#
Agus menceritakan semuanya kepada pemuda hingga waktu asar berkumandang di kampung yang ada di bawah bukit Gunung Mananggel itu.
Jaya dari awal sampai akhir mendengar kan penuturan jalan hidup lelaki yang terpaut tujuh tahun usianya hanya manggut manggut saja tanpa menyela.
"Terus akang bisa sampai ke rumah Abah Atang di bawa oleh siapa.?" Tanya Jaya masih penasaran dengan lelaki yang telah gagal melakukan persugihan tapi kontrak tetap berlaku.
"Murid ku yang membawa nya ke sini." Kata satu suara dari arah pintu rumah Abah Atang.!
Pemuda yang bertanya itu pun langsung membalikkan badan dan tersenyum sinis kearah suara yang tak lain adalah orang yang Jaya cari.
"Cuih........!! Tua Bangka, sudah bau tanah berlagak, memakai ilmu palak apakah sudah bosan hidup di alam Dunya ini." Kata Jaya mengancam seraya tersenyum meledek.
"Hahahahah. Anak bau kencur berani berani nya mengatakan, Saya Tua Bangka. Umur kamu dan saya Tuaan kamu." Timpal lelaki paruh baya seraya berjalan dan tertawa lepas.
"Kita sedang hijrah di alam Dunya bukan di alam ghaib, tetap aja Abah yang tua bukan saya." Kata Jaya mengelak dan memberikan alasan.
Lelaki yang bernama Agus itu hanya bisa menganga mulut nya terbuka lebar, bisa bisa nya pemuda itu meledek dan menghina Abah Atang yang sangat sakti mandraguna.!!
"Baik........ Baik lah........ Aku kalah kalau soal berdebat dengan mu. Tapi kalau soal kesaktian jangan di ragukan lagi aku masih aja tetap kalah sama titisan Eyang Prabu." Kata lelaki tua yang sudah mendekati pemuda itu dan langsung naik serta duduk di samping Jaya.
"Akhirnya kau mengakui kekalahan mu Abah peot Hehehe." Kekeh Jaya.
"Hahahahah. Aku akui kekalahan ku, karena di samping kiri dan kanan mu kau di jaga sama orang sakti, sebaiknya kedua pengawal ghaib mu suruh menyingkir dulu, aku ada yang perlu di obrolkan tentang lelaki yang telah menduakan tuhan." Pinta Abah Atang. Jaya pun mengangguk.
"Abah Atang. Coba ceritakan kepada saya kenapa pemuda ini bisa sampai datang ke rumah mu.?" Titah Jaya.
"Hmmmmmmmm.!! Lelaki paruh baya itu bergumam matanya menutup pikiran dan mata batinnya menuju kepada seseorang yang tak ada di hadapannya.
"Buka lah mata batin anda, Eyang" Titah Abah Atang kepada pemuda bernama Jaya yang di panggil Eyang itu.
Pemuda itu mulai menstabilkan napasnya dan untuk membuka mata batinnya meneropong kedalam perjalanan lelaki yang telah menduakan tuhan nya, menelisik kepada istri dan anaknya.!!
*************
Di sebuah rumah kontrakan dalam kamar berukuran 3x3 meter persegi seorang anak lelaki berusia 2 tahun setengah nampak napas tersengal-sengal matanya terbelalak liat meronta ronta. Di samping kiri ibu yang bernama Fani Nur February terus memegangi sambil membacakan ayat ayat suci Al-Quran sebisa yang Ia hapal dengan bercucuran air mata dan kepanikan tiada terkira. Sesekali Fani memanggil manggil anaknya.
"Rus.... Ruslan..... Kenapa sih Rus.?" Suara lirih Fani di selingi Isak tangis, lalu kembali membaca macam macam surat Al Qur'an.
Sementara di luar kamar, dan di luar kontrakan yang di tempati oleh pasangan muda itu, beberapa para tetangga berdatangan ingin membantunya namun urung di lakukan setelah melihat kondisi Ruslan. Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi, mereka hanya bertanya satu sama lain yang juga sama sama tidak mengerti.
"Uh. Si Agus nya kemana.?" Tanya seorang tetangga kepada tetangga lainnya.
"Iya mana si Agus nya, dari tadi nggak ada melihat kehadiran nya, didalam kamar hanya ada Fani dan anaknya." Ujar ibu yang menimpali nya.
"Ahk...... Di kirain dari tadi ada si Agus di dalam." Kata ibu ibu yang lain.
Ketika percakapan antara para tetangga sedang terjadi, tak lama kemudian datang kakak perempuan Fani bersama seorang lelaki seusia kakaknya. Tampak terlihat dari penampilan nya, minimal dia seorang ustadz, berkopeah putih dan surban melilit di leher sedang tangan memegang tasbih. Auranya sangat berwibawa sekali meskipun usianya masih tergolong muda.
Namanya Ustad Asep Rusrus Budiansyah, orang setempat biasanya memanggil dengan sebutan Abah Dewa. Dia ketahui sebagai anggota paranormal tingkat atas yang di pimpin oleh Ki Romo atas perintah dari Abah Atang untuk menyempurnakan ilmu supranatural nya dan sering di mintai tolong oleh masyarakat sekitar dan Masyarakat dari luar daerah.
Kedua nya langsung masuk kamar Fani.!! "Astaghfirullah alladzim." seru Abah Dewa.
Baru saja satu kakinya melangkah masuk, Abah Dewa tersentak kaget yang teramat sangat dan sangat. Mata batinnya melihat anak kecil itu sedang di kerumuni puluhan monyet liar, ada yang menarik narik tangan nya ada yang memegangi kedua kaki nya sedangkan monyet monyet lainnya melompat lompat memutari anak kecil tersebut.
Fani dan kakaknya menyaksikan Abah Dewa duduk dan memejamkan matanya mulut nya berkomat kamit membacakan doa doa sedangkan jari tangan nya meniti sebuah biji tasbih berganti dari biji satu ke biji lainnya yang melingkar.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rafi Saputra
aduh gara gara si agus
2022-10-28
10
Rafi Saputra
lanjut
2022-10-28
8
anugrah
Serem thor
2022-10-28
9