Gavin menoleh ke arah Bagas, setelah ia selesai dengan Veronica. Dan betapa kagetnya dia saat Bagas menatap tajah ke arahnya. "Kenapa dia terlihat seperti ingin menerkam aku, bukannya aku yang seharusnya marah karena dia sudah tidak amanah. Bukannya bekerja malah asyik ketemuan sama cewek hingga akhirnya babak belur seprti ini?" tanyanya dalam hati.
"Kamu sudah sadar?" tanya Gavin dengan nyali yang menciut. Walaupun dirinya merupatakan atasan Bagas, tapi melihat wajah Bagas yang begitu seram, membuat Gavin takut.
Bagas tak menjawabnya, ia memilih untuk memendam kekesalaannya itu. Tubuhnya masih terasa sakit semua, ia sakit seperti ini karena berusaha mencari tau tentang istri majikannya itu. Tapi apa, majikannya malah senang-senang dengan selingkuhannya itu.
Bagas benar-benar tak mengerti, bagaimana bisa ada laki-laki brengsek seperti Gavin. Apa ia tak ingin jika dirinya lahir dari seorang perempuan, dan bahkan kelak Anabellah yang akan jadi ibu dari anak-anaknya. Tak bisakakh jika Gavin belajar setia dan cukup mencintai istrinya saja, tanpa harus mencinta wanita lain. Tak bisakah ia belajar untuk menjadi suami yang baik dan belajar untuk menjadi calon ayah jika Tuhan sudah memberikan mereka buah hati.
"Kamu marah sama aku?" tanya Gavin dengan wajah polosnya membuat Bagas jijik melihatnya, ia membuang muka, males melihat wajah pria pengkhianat itu. Bahkan ia sudah tak masalah jika Gavin harus memecatnya, karena ia tak mau bekerja dengan laki-laki yang hanya berfikir nafsu dunia.
"Kamu kenapa? Kalau kamu marah sama aku, emang salah aku apa? Bukankah seharusnya aku yang marah, karena kamu tidak amanah. Di suruh mencari istriku malah asyik berduaan sama cewek lain di resto," tuturnya mengungkapkan kekesalannya. Ia tak terima karena Bagas melihat ke arah lain, seakan tak sudi menatap wajahnya.
"Apa Tuan bilang, saya berduaan dengan wanita lain? Asal Tuan tau, saya bertemu dia karean dia seorang ahli yang mahir dalam bidang IT. Saya meminta bantuannya bahkan memohon agar bisa membantu saya menemukan keberadaan Non Anabelle. Bahkan saya mengunci pintu dari dalam agar bisa membuat dia luluh dan mau membatu saya. Tapi dia tidak mau karena dia dan Anabelle musuhan. Saya berusaha mempertahankan dia agar dia mau bantu, tapi apa, dia malah membuat saya babak belur seperti ini," teriak Bagas yang tak suka di tuduh sperti itu. Walaupun ceritanya tak sama persis seperti yang terjadi di resto, tapi intinya hampir sama.
"Oh gitu ceritanya, aku minta maaf kalau gitu. Aku fikir kamu pacaran sama dia," ujarnya tanpa rasa bersalah.
"Sumpah GAv, aku muak sama kamu. Aku muak dengan laki-laki brengsek sepertimu!" ucap Bagas, tak ada lagi kata formal. Ia ingin mengungkapkan perasaannya saat ini.
"Kamu kenapa?"
"Aku ingin berhenti kerja sama kamu."
"Loh kok gitu, kalau masalah tadi, aku benar-benar minta maaf. Maaf sudah menuduh kamu yang bukan-bukan."
Bagas menggelengkan kepalanya, "Aku sudah muak dengan semua sikap kam, Gav. Maaf aku tak lagi memanggil kamu Tuan. Karena aku ingin berhenti bekerja denganmu."
"Jadi selama ini kamu gak suka sama aku?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Karena kamu laki-laki yang tak tau diri, kamu gak bersyukur dengan apa yang Allah beri, Gav. Kamu sibuk selingkuh sedangkan aku sibuk bekerja dan istrimu sibuk menanti dirimu di rumah. Aku kerja siang malam, menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya di kerjakan oleh kamu. Aku fikir, kamu benar-benar sibuk, nyatanya kamu malah sibuk mengejar cinta lain," sindir Bagas.
"Tapi kan aku gaji kamu berkali-kali lipat loh, wajar kan jika aku memberikan kamu pekerjaan lebih banyak. ATau selama ini kamu iri sama kehidupan aku, karena aku di cintai banyak orang, kamu iri karena hidupku lebih sempurna?" tanya Gavin membuat Bagas terkekeh.
"Buat apa aku iri? Aku malah bersyukur tidak seperti kamu. Yang terlalu nafsu akan dunia. Pengkhianat, pembohong besar dan kelak kamu akan menyesali apa yang sudah kamu lakukan saat ini."
"Kamu gak perlu ikut campur dengan urusan pribadi aku. Aku bayar kamu bukan untuk mengurus kehidupan aku. Cukup kamu fokus dengan apa yang aku perintahkan. Karena aku gaji kamu untuk itu, bukan untuk mengatur kehidupan aku."
"Terserah! Tapi ingat Gav, kelak jika kamu menyesal, jangan pernah cari aku. Dan saat kamu berada di titik terendah dan hidup dalam penyesalan. Ingatlah! Aku orang pertama yang akan menertawakan kamu, aku orang pertama yang akan terawa puas melihat deritamu!" ucap Bagas membuat Gavin murka.
"Sialan, dasar brengsek." Gavin memukuli Bagas, ia tak lagi peduli walau saat ini Bagas tengah sakit.
"Pukul aku sesukamu, karena rasa sakit yang aku rasakan saat ini, tidaklah sebanding dengan rasa sakit yang akan kamu rasakan kelak!" ucap Bagas menerima pukulan dari Gavin. Bukan dirinya gak merasakan sakit, ia bahkan ingin mati rasanya. Namun ia tetap bertahan, anggap aja ini perpisahan terakhir dirinya dengan Gavin. Karena setelah ini ia akan pergi jauh, sejauh mungkin agar ia bisa lepas dari Gavin. Ia akan membuka usaha sendiri dengan uang yang sudah ia kumpulkan saat ini. Ia ingin belajar mandiri agar tidak terus menerus jadi pesuruh. Walaupun posisinya sangat bagus dan gaji yang menggiurkan, tetap saja, dirinya hanyalah pesuruh. Sebenarnya tak apa jadi pesuruh asal bosnya baik, tapi jika ia mendapatkan bos seperti Gavin, mending ia memilih menyerah saja. Ia yakin, dengan kecerdasaannya, ia bisa membangun perusahaan sendiri.
Setelah puas memukul Bagas, Gavin pergi begitu saja. Ia pergi dengan penuh kekecewaaan. Padahal ia sudah nyaman dengan Bagas, tapi sayangnya Bagas memilih untuk resign, bukan hanya itu. Bagas juga tega merendakan dirinya dan mengatakan hal-hal yang membakar amarahnya.
Gavin tau, dirinya salah karena sudah menuduh Bagas yang bukan-bukan. Ia juga sadar dirinya salah karena sudah berkhianat terhadap istrinya, tapi ia juga tak bisa menyalahkan dirinya sendiri. Karena cinta itu datang tanpa bisa di cegah. Bukan dirinya yang mau seperti ini, tapi keadaan yang membuat dirinya mencintai dua orang sekaligus.
Gavin juga sedih dengan kepergian Anabelle, istrinya. Untuk itulah ia meminta Bagas mencarinya karena Gavin ingin minta maaf.
Jika dirinya tak cinta dan tak lagi peduli, mana mungkin Gavin memaksa Bagas untuk mencari Anabelle, tak mungkin ia galau karena memikirkan Anabelle. Bahkan saat ini ia sangat merindukan istrinya itu.
Namun sayangnya, tak semua orang mengerti dirinya. Mereka hanya melihat bahwa dirinya seorang pengkhianat, tanpa mau tau bahwa dirinya juga tersiksa dengan perasaan yang ia rasakan. Ia ingin setia, tapi ia juga tak bisa membohongi dirinya jika ia juga sangat mencintai selingkuhannya.
Gavin pergi dengan wajah kusut, ia bahkan sudah tak lagi peduli dengan tatapan orang-orang yang melihat ke arahnya. Bahkan sesampai di parkiran, ia langsung masuk begitu saja. Sang sopir yang mellihat Tuannya dengan wajah yang terlihat menahan rasa amarah pun tak berani untuk buka suara. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesinnya.
"Langsung pulang," ujarnya dingin membuat Pak Arman merinding. Ia tak berani menjawab, ia hanya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Dasar Bagas brengsek," murkanya. Membuat Pak Arman melongo. Bagaimana bisa jika Tuannya mengatakan Bagas brengsek, padahal yang ia tau, Pak Bagaslah yang selama ini berjasa pada Tuannya itu. Yang selalu ada untuknya dan mengatasi masalah yang di buat Gavin. Walaupun dirinya sopir, tapi sedikit banyak ia tau, bahwa Bagas adalah orang baik, dia tulus dan tak ada tampang pengkhianat atau brengsek.
"Aku pastikan dia akan menderita dan aku yang akan menertawakan penderitaannya itu. Dasar otak udang, mentang-mentang selama ini aku memberikan dia kebebasan, dia seenaknya mencaci maki dan hina aku. Emang dia siapa," omel Gavin dengan raut wajah penuh amarah. Sedangkan Pak Arman memilih diam karena tak ingin kena semprot.
Tak lama kemudian, mereka pun sudah sampai. Gavin langsung turun dan menutup pintu dengan kasar. Bahkan Pak Arman pun sampai kaget di buatnya. Ia hanya bisa mengelus dada dan mengucap isstigfar. Sedangkan Gavin ia pergi ke kamarnya dan menghancurkan apa saja untuk bisa melegakan hatinya yang kini terasa sesak.
"Dasar Bagas brengsek!" makinya sambil melemparkan apa saja yang bisa ia raih. Bahkan dalam sekejab kamarnya pun seperti kapal pecah, namun Gavin tak lagi peduli akan hal itu. Hatinya saat ini terasa sangat sakit, karena ia kehilangan dua orang sekaligus. Anabelle yang pergi entah kemana dan Bagas, orang kepercayaannya yang memilih resign karena tak suka dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulati Cus
tersiksa krn ulah sendiri ngapain cari pembenaran 😂
2024-09-06
0
Sri Wahyuni
ku harap s anabel berjodoh sm s bagas
2023-01-17
0