Satu bulan sudah sejak Pabrik itu terbakar, Galang dan Vina masih menetap di rumah Gavin untuk menemani dia, karena di rumah itu hanya ada Bibi Ani yang hanya kerja dari pagi sampai sore kadang sampai malam dan juga Pak Arman sebagai sopir pribadi Gavin. Jadi, untuk memantau keadan Gavin, mereka memilih tinggal di sana, dan meninggalkan semua urusan mereka demi bisa memberikan Gavin support.
Sampai saat ini Pabrik masih belum di buka, karena harus di bangun lagi. Untuk pabrik akan di bangun oleh pihak asuransi seperti perjanjian di awal, di mana jika Pabrik terbakar maka pihak asuransi akan menanggung sepenuhnya. Gavin hanya cukup membeli bahan-bahan dan juga peralatan yang tak murah, tentu harganya mencapai miliaran juta. Belum lagi ia harus ganti rugi kepada pelanggan karena uang sudah masuk tapi barang tidak bisa di kirim akibat kebakaran itu.
Jadi, hanya tiga atau empat orang yang masih bekerja di kantor untuk mengurus semuanya. Dari masalah keuangan dan komplen. Sedangkan Gavin sibuk mengurus pabrik dan yang lainnya. Uang tabungannya sudah habis buat beli peralatan lagi, bahkan uang itu pun masih kurang. Hingga ia terpaksa menjual apartemen kesayangannya untuk menutupi semuanya. Sedangkan untuk beli bahan-bahan yang membutuhkan uang tak sedikit, ia terpaksa meminjam uang dari Mama dan Papanya.
Gavin benar-benar seperti kembali dari nol, ia merangkak dari bawah lagi untuk bisa seperti dulu lagi. Sedangkan pelanggannya mulai kabur dan membeli dari pabrik lain yang kini semakin maju. Gavin hanya bisa menghela nafas, rasanya ia lelah, lelah batin dan lelah fisik juga. Gavin juga hanya beberapa kali chatan dan nelfon Veronica, karena ia terlalu sibuk dengan urusannya itu. Sebenarnya Veronica ingin membantu Gavin dengan memberikan uang tabungan yang ia miliki, namun Gavin menolak dengan alasan, ia masih bisa mengurus semuanya. Mungkin jika emang terdesak, barulah ia akan meminta bantuan Veronica.
Jam tujuh malam, Gavin baru pulang ke rumah, rasanya tubuhnya sangat lelah. Sesampai di rumah, ia langsung duduk di kursi ruang tamu, di mana di sana ada Mama dan Papanya di sini.
"Gav," panggil Galang dengan suara yang seperti menahan rasa amarah.
"Ada apa, Pa?" tanya Gavin sambil menatap wajah Papanya yang sudah terlihat sangat. "Duh, apalag ini?" gumam Gavin dalam hati.
"Tolong jelaskan ini semua," ujar Galang sambil memperlihatkan foto dirinya dan Veronica.
"Pa ... Papa dapat dari mana?" tanya Gavin gugup.
"Tidak perlu tau, Papa dapat dari mana foto itu. Tapi yang jelas, Papa ingin tanya sekali lagi. BENAR KAMU SELINGKUH SAMA VERONICA, ARTIS YANG LAGI POPULER ITU?" bentaknya membuat Gavin tak bisa mengelak.
"I ... iya, Pa." jawabnya gugup, siapa yang tidak gugup jika di hadapkan dengan orang yang kini lagi emosi padanya.
"Ya Allah, Nak. Apa kurangnya Anabelle sampai kamu berani selingkuh darinya?" tanya Vina menangis, bagaimana tidak menangis, jika menantunya pergi karena anaknya sendiri yang selingkuh.
"PAPA GAK NYANGKA, KAMU SEBERESNGSEK ITU GAVIN! PAPA GAK PERNAH NGAJARIN KAMU JADI ANAK KURANG AJAR KAYAK GINI. PAPA JUGA GAK PERNAH NGAJARIN KAMU JADI LAKI-LAKI TUKANG SELINGKUH, APA PERNAH KAMU LIHAT PAPA MAIN WANITA, HAH! KAMU ITU LAHIR DARI RAHIM WANITA, KENAPA KAMU BISA MEMPERMAINKAN PERASAAN WANITA?" teriak Galang, ia malu. Malu sama besannya karena tak bisa mendidik putranya dengan baik, malu sama menantunya karena sudah gagal mendidik Gavin, hingga ia menjadi pria kurang ajar seperti ini.
Galang sudah mencari tau semuanya, ia menyuruh seseorang untuk mengetahui apa yang terjadi dan betapa kagetnya dia saat tau jika Gavin emang selingkuh hanya saja, bukan dengan Sarah tapi dengan artis. Bahkan malamnya sebelum Pabrik terbakar, Gavin menginap di apartemen Vero. Mungkin inilah alasannya Pabrik terbakar, Allah murka hingga mencabut rezeki Gavin. Allah murka karena Gavin tidur dengan wanita lain yang bukan mahramnya. Allah murka karena Gavin tak lagi berada di jalannya.
Pantas jika Anabelle pergi dan tak kembali lagi, pantas jika Bagas memilih resign, karena ia sibuk mencari keberadaan Anabelle sedangkan Gavin sibuk sekingkuh. Jika ia jadi Bagas pun, ia memilih mengundurkan diri dari pada kerja dengan laki-laki bejat seperti Gavin.
"Ya Tuhan, padahal aku sudah mendidiknya dengan bekal ilmu agama, tapi kenapa Gavin masih seperti ini." Galang hanya bisa menangis meratapi nasib putranya itu, kenapa ia harus punya anak yang tak tau diri. Sudah di kasih wanita cantik, sempurna, masih aja selingkuh. Sebenarnya apa yang terjadi sama Gavin, hingga ia tega menyelingkuhi wanita lembut seperti Anabelle.
Hari itu juga, Galang dan Vina melampiaskan amarahnya ke Gavin. Mereka bahkan memilih untuk pulang ke Bandugn dari pada kumpul satu atap dengan pria pengkhianat seperti Gavin. Gavin pun hanya bisa diam, saat dia di bentak, bahkan di tampar oleh ayahnya. Karena ia sadar, dirinya salah jadi ia hanya bisa diam dan menerima semuanya. Ia tak akan berontak apalagi membantahnya, karena kenyataannya ia sudah menduakan Anabelle hingga membuat wanita itu pergi hidupnya.
Menyesal, tentu. Namun jika waktu bisa di putar kembali, ia masih ingin melakukan hal yang sama, karena ia sudah terlanjur mencintai Vero dan juga akan mempertahankan Anabelle sebagai istrinya. Ia tak peduli jika orang mengatakan ia egois dan tamak. Yang penting ia bisa mempertahankan keduanya untuk terus berada di sisinya. Iya yakin, Anabelle hanya pergi karena butuh waktu aja, setelah itu, ia pasti akan kembali padanya.
Setelah Galang dan Viina pergi dari sana, rumah kembali sepi. Bibi Ani juga cuti karena suaminya lagi sakit. Ia hanya punya Pak Arman yang selalu mengantarkan dirinya kemanapun ia pergi.
Di saat Gavin tengah frustasi dengan masalah yang menimpanya, tiba-tiba Veronica meminta dirinya untuk pergi ke apartemennya.
"Aish, sudahlah. Yang penting aku senang-senang dulu, dari pada hanya mikirin masalah yang tiada henti," gumamnya. Lalu ia meminta Pak Arman mengantarkan dirinya ke apartemen Vero. Setelah sampai, ia menyuruh Pak Arman pulang dan meminta Pak Arman untuk menjemputnya kembali besok pagi. Pak Arman pun hanya diam menganggukkan kepala, ia harus patuh.
Setelah Pak Arman pulang, barulah Gavin segera pergi menuju apartemen Vero. Ia sudah gak sabar ingin melepas rindunya kepada pujaan hatinya itu. Masalah yang menimpa dirinya, akan ia fikirkan belakangan. Yang penting saat ini ia butuh hiburan untuk mendinginkan otaknya yang sekarang penuh dengan masalah.
Vero yang sudah menanti kehadiran Gavin pun langsung membuka pintu ketika mendengar suara bell berbunyi. Ia menyambut kedatangan Gavin dengan merentangkan kedua tangannya, karena ia sangat merindukan Gavin akhir-akhir ini. Kalau bukan karena pekerjaannya, sudah dari kemaren ia meminta Gavin datang ke apartemennya untuk menemui dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments