Bagas kini ada di Resto Berlian, dan ia memilih untuk memesan ruang privat agar bisa mengobrol dengan leluasa dengan seseorang yang akan membantu dirinya melacak beradaan Anabelle. Karena sudah sepuluh menit, namun orang yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang. Akhirya Bagas memesan dua minuman dan beberapa makanan yang paling enak di sana. Terserah nantinya, orang yang ditunggu menyukainya atau tidak, tapi yang jelas ia sudah bermaksud baik untuk memesan lebih dulu agar nantinya bisa makan, tanpa buang-buang waktu untuk lagi untuk memesan makanan dan menunggu makanan.
Setelah nunggu beberapa menit, akhirnya makanan dan minuman pun datang. Bagas pun mulai mencicipi minumannya itu untuk membasahi tenggorokannya yang teras kering. Lalu ia memainkan game di hpnya, karena ia merasa bosan sendirian di ruangan.
Tok ... tok ...
"Masuk," ucap Bagas dari dalam dan tak lama kemudian pintu pun terbuka, seorang wanita cantik menganggukkan kepalanya dengan sopan, sebelum mulai bicara.
"Anda, Bapak Bagas?" tanyanya ramah.
"Iya, Anda Ibu Tasya?" tanya balik Bagas.
"Iya."
"Kalau gitu silahkan masuk," ucap Bagas sambil menaruh hpnya di saku jasnya. Ia berusaha untuk terlihat cool di depan wanita cantik yang kini duduk di hadapannya itu.
"Ini makanan untuk saya?" tanya Tasya melihat di atas meja sudah ada minuman dan beberapa makanan.
"Iya, maaf tadi saya mesen duluan. Kalau enggak ada yang cocok, Ibu Tasya bisa pesan lagi," jawab Bagas sambil tersenyum ramah pada Tasya.
"Gak papa, saya apa aja suka, yang penting halal. Apa kita bisa mulai sekarang, soalnya bentar lagi saya masih ada acara," balasnya sopan karena memang satu jam lagi, ia ada acara di tempat lain dan gak bisa di tunda.
"Ah ya, gini saya ingin meminta bantuan Ibu Tasya, untuk mencari seseorang."
"Seseorang?"
"Ya, seperti yang saya katakan di telfon, saya ingin mencari seseorang dan saya akan bayar berapapun, asal Ibu Tasya bisa menemukan orang itu," sahut Bagas membuat Tasya mengangguk-anggukkan kepala, tanda mengerti.
"Boleh saya tau fotonya?" tanya Tasya.
"Saya kirim lewat wa aja ya, karena kalau foto fisiknya, saya gak punya."
"Baiklah."
HP Tasya pun berbunyi karena ada notifikasi masuk dan ketika Tasya melihat foto yang di kirim oleh Bagas, betapa kagetnya dia karena orang yang tengah dicari oleh Bagas adalah Anabelle, sahabatnya. Ia tak mungkin membantu Bagas karena ia sendiri yang menghilangkan jejak Anabelle agar tidak ketahuan suaminya.
Ia tak mungkin membantu Bagas mencari keberadaan Anabelle, apalagi jika sampai memberitahu Bagas, di mana Anabelle berada. Ia tak mau menjadi sahabat pengkhianat, karena saat ini hanya Anabelle lah yang jadi sahabatnya, bahkan ia dan Anabelle sudah seperti saudara. Dan ia tak mungkin menukar persahabatannya dengan selembar kertas. Berapapun bayaran yang akan ia dapatkan tidak sebanding dengan persahabatan dirinya dengan Anabelle.
"Bagaimana, apakah Ibu Tasya bisa?" tanyanya membuat Tasya menoleh ke arah Bagas.
"Maaf saya gak bisa," jawab Tasya sambil menaruh Hpnya kembali ke dalam tas.
"Kenapa?" tanya Bagas penasaran.
"Ya gak papa. Bapak Bagas cari orang lain aja," Tasya mau berdiri namun ditahan oleh Bagas.
"Saya tidak akan membiarkan Anda pergi, jika Ibu Tasya tidak memberikan alasan yang jelas," ucap Bagas dingin. Ia mencekal pergelangan Tasya membuat Tasya geram.
Tasya menepis tangan Bagas dengan kasar, membuat Bagas melongo. Kenapa ada wanita kuat seperti Tasya.
"Saya gak mau memberikan alasannya," tutur Tasya kekeh, ia tak akan memberikan alasan apapun, karena takut jika Bagas akan mencurigai dirinya.
Tasya ingin pulang namun Bagas segera mengunci pintu itu dari dalam dan menaruh kunci itu ke dalam saku celananya.
"Saya tak akan membiarkan Anda pergi, sebelum Anda membantu saya menemukan Anabelle."
"Saya gak mau," bentak Tasya yang sudah kehilangan kesabarannya.
"Kenapa? Kenapa kamu gak mau?" tanya Bagas tak kalah kerasnya, ia tak lagi bersikap formal karena sudah terlanjur kesal dengan wanita yang keras kepala itu.
"Ya karena emang gak mau, kenapa Bapak maksa sih?" tanya Tasya sinis.
"Ya karena kamu langsung berubah setelah lihat foto Anabelle. Kenapa? Kamu kenal dengannya? Atau jangan-jangan kamu yang menyembunyikan keberadaan Anabelle?Iya? Ngaku kamu!" bentak Bagas yang kehilangan kesabarannya.
"Ck ... aku emang kenal dengannya. Tapi bukan berarti aku tau dia di mana. Tapi syukurlah kalau dia itu hilang. Setidaknya aku gak repot-repot nyingkirin dia," ucap tasya beracting. "Maafin aku Anabelle, aku lakukan ini agar Bagas tak terus menerus memaksa aku," gumam Tasya dalam hati.
"Emang kamu ada masalah sama Anabelle?" tanya Bagas mulai melunak.
"Ngapain Pak Bagas mau tau urusan orang. Temen bukan, keluarga bukan, ngapain ngurus kehidupan saya?" teriak Tasya sambil berusaha untuk mengambil kunci dari saku celana Bagas.
"Ya saya pengen tau aja, karena mungkin info dari Ibu Tasya sangat bermanfaat buat saya yang kini tengah mencari keberadaan Anabelle," jawab Bagas sambil berusaha menghindar dari Tasya yang berusaha mengambil kunci dari sakut celanannya.
"Huefft, Bapak Bagas. Saya gak mau main-main lagi. Sebentar lagi saya ada meeting, jangan sampai saya ngamuk karena Bapak sudah lancang mengunci saya dari dalam seperti ini," ucap Tasya berusaha tegas. Ia berdiri di depan Bagas sambil menatap Bagas dengan tatapan tajamnya.
"Saya gak akan memberikan kuncinya jika Ibu Tasya gak mau di ajak kerja sama."
"Saya gak mau membahas masalah Anabelle, karena saya gak mau ada hubungan lagi dengannya. Dan saya gak peduli bahkan jika Anabelle hilang di telan bumi sekalipun," bentak Tasya yang dalam hati meminta maaf kepada Anabelle karena sudah mengatakan hal-hal buruk.
"Iya sudah, itu artinya Anda akan tetap di sini sampai Anda memberikan saya alasan yang jelas."
"Baik, itu artinya Bapak Bagas sudah siap menanggung resikonya," ujar Tasya dingin, membuat bulu kuduk Bagas merinding. "Apa maksudnya?" tanya Bagas tak mengerti. Sedangakn Tasya sudah mengambil ancang-ancang dan dalam sepersekian detik, ia menonjok Bagas dengan sekuat tenaganya hingga membuat Bagas tumbang, ia bahkan juga memukul Bagas dengan membabi buta sampai Bagas meminta ampun.
"Saya sudah muak dengan laki-laki egois seperti Anda, saya harap di masa depan nanti saya tidak bertemu dengan Anda lagi." Tasya terus memberikan pukulan mematiskan kepada Bagas hingga Bagas akhirnay pingsan di lantai. Bukannya Bagas tidak mau melawan, tapi karena saat Tasya menonjok dirinya dengan keras membuat Bagas langsung merasa pusing, apalagi ia sampai jatuh ke lantai karena merasa sok dan tak ada persiapan apapun menerima serangkan dari Tasya.
Belum juga sadar dari rasa sok dan dari rasa sakitnya, Tasnya langsung memukulnya dengan membabi buta membuat Bagas hanya melindungi asetnya yang berharga itu. Ia takut, Tasya akan menginjak asetnya yang akan membuat dirinya cacat seumur hidup. Walaupun badan Tasya kecil, tapi ia sangat kuat dan pukulannya pun terasa sangat sakit sekali.
Bagas mungkin tak tau, kalau Tasya pintar ilmu bela diri bahkan ia pernah mendapatkan penghargaan karena bisa melawan beberapa orang sekaligus. Setelah Bagas pingsan, Tasya pun mengambil kuncinya dan membuka pintu itu dan berjalan santai, tak lupa sebelum ia pergi, ia mengunci pintu dari luar untuk memberikan pelajaran agar Bagas tak bersikap seenaknya lagi untuk ke depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments