Tasya kini pergi ke tempat Anabelle untuk melihat keadaannya itu, entah kenapa Tasya merindukannya dan mumpung ia dapat cuti libur kerja selama tiga hari, jadi ia akan menghabiskan waktunya itu untuk menemui sahabatnya. Setelah menempuh perjalanan yang berjam-jam lamanya akhirnya ia pun bisa menginjakkan kakinya di negeri orang. Lalu ia memesan mobil online untuk mengantarkan dirinya ke tempat Anabelle. Sepanjang jalan, Tasya bertukar pesan denan Anabelle, Anabelle masih belum tau jika dirinya akan datang untuk menemuinya. Tasya emang sengaja melakukannya, karena ia ingin memberikan kejutan buat Anabelle.
Saat sampai di depan apartemen Anabelle, Tasya membunyikan bellnya. Dan tak lama kemudian pintu pun terbuka. "Tasya," ucap Anabelle kaget melihat sahabatnya ada di depan matanya.
"Surpriseeeeeee," ujar Tasya sambil merentangkan kedua tangannya. Sedangkan Anabelle masih melongo, antara percaya dan gaknya. Pasalnya sedari tadi ia dan Tasya sibuk chatan, lalu bagaimana mungkin saat ini Tasya ada di hadapannya.
"Kamu gak kangen aku?" tanya Tasya karena melihat Anabelle bengong.
"Kamu beneran Tasya, sahabat aku kan?"
"Iyalah, kamu fikir siapa," jawab Tasya terkekeh. Ia merasa lucu melihat wajah Anabaelle yang benar-benar tak percaya jika dirinya kini ada di hadapannya.
"Ya Tuhan, kamu Tasya sahabat aku." Anabelle langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Tasya dan mereka pun berpelukan erat.
"Kenapa kamu gak bilang kalau mau ke sini. Kalau aku tau, aku akan jemput kamu ke bandara?"
"Yee namanya kejutan, kalau aku ngasih tau kamu, itu berarti bukan kejutan dong."
"Hehe iya juga sih, ayo masuk," aja Anabelle senang karena Tasya kini berkunjung ke apartemennya.
"Kamu sibuk, An?" tanya Tasya melihat laptop Anabelelle yang masih menyala.
"Enggak kok, aku sudah selesai. Dan tadi aku cuma nonton film sambil balas chat kamu."
"Oh aku fikir kamu sibuk," ujar Tasya sambil duduk di kursi sofa.
Anabelle mematikan laptopnya lalu membersihkan buku yang berserakan di meja. Dan menaruhnya di ruang kerja yang bersebelahan dengan kamarnya. Lalu Anabelle mengambil minuman dari kulkas dan juga beberapa cemilan serta buah dan menaruhnya di meja depan Tasya.
"Kamu kok tumben ke sini, Sya?" tanya Anabelle sambil duduk di dekat Tasya.
"Aku capek kerja terus, pengen liburan sesekali, biar gak panas otakku," jawab Tasya terkekeh.
"Hemm kamu itu. Seharusnya kalau kerja mah di nikmati aja, bir gk stres."
"Yee, tiap orang mah beda. Aku kadang ya menikmati, tapi ya kadang muak juga, capek duduk terus di hadapan komputer, belum lagi kadang lembur. Kalau kamu mah enak, menjadikan hobi sebagai cuan."
"Kamu kan juga bisa kalau mau."
"Aku sih bosen kalau jadia detektif terus, capek. Walaupun gajinya gede, tetap aja, kadang merasa was-was. Aku lebih suka kerja kantoran gini aja, gaji pasti dan gak tertekan. Banyak temen juga di kantor, lumayan buat di ajak ghibah."
"Kamu tuh, malah fokus gibah."
"Haha habis enak sih, rasanya seru." ujar Tasya sambil minum minuman dingin yang ada di depan meja. Lalu ia memakan cemilan yang ada di hadapannya, ia makan sudah seperti di rumah sendiri. Anabelle pun tak mempermasalahkan karena mereka itu sahabat dekat, bahkan sudah seperti saudara. Dulu juga Anabelle melakukan hal yang sama saat berkunjung ke rumah Tasya, jadi hal seperti ini sudah biasa.
"Oh ya, sebulan lalu. Seseorang datang ke aku."
"Ngapain?"
"Mau minta bantuan aku, buat cari seseorang."
"Terus?"
"Dan orang itu kamu."
"APA!" Anabelle kaget saat Tasya menyebut dirinya.
"Kamu kenal ma Bagas?"
"Kenal, dia tangan kanan Gavin. Emang kenapa dengan Mas Bagas?"
Akhirnya Tasya pun menceritakan kejadian pas di resto dulu.
"Ya ampun, kasihan Mas Bagas. Dia itu orangnya baik banget, sangat peduli juga sama aku. Pokoknya dia itu is the best dah. Mungkin dia kayak gitu, bukan semata-mata karena di suruh Gavin, bisa jadi dia itu khawatir ma aku. Karena aku sama Mas Bagas cukup akrab. Mas Bagas sama Gavin itu beda, Sya. Kayak bumi dan langit."
Mendengar ucapan Anabelle membut Tasya merasa bersalah.
"Terus aku harus gimana dong, An. Aku jadi merasa bersalah gini," tutur Tasya sendu.
"Nanti malam kita vidio call Bagas ya."
"Buat apa?"
"Ya buat minta maaf dong."
Tapi aku malu,"
"Buat apa malu. Nanti biar aku yang bantu."
"Hmm."
"Kamu masih punya nomer Bagas kan, soalnya aku gak fahal nomernya."
"Aku masih ada kok nomernya, walaupun nomernya aku blok, tapi kan tetap tersimpan di file aku."
"Ya sudah, nanti kita telfon Mas Bagas pakai nomer kamu aja."
"Iya deh."
Akhirnya mereka pun sepakat akan menelfon Bagas nanti malam untuk meminta maaf atas kesalahan Tasya bulan lalu. Dan juga sekalian Anabelle ingin menanyakan beberapa hal kepada Bagas.
"Kamu nginep sebulan kan di sini?" tanya Anabelle.
"Ya gaklah. Besok sore aku pulang."
"Kok cuma sebentar?"
"Ya kan, aku harus kerja, An. Kalau ambil libur lama ya bisa di pecat aku."
"Oh iya juga sih, aku boleh mint tolong."
"Minta tolong apa?"
"Sesekali jengukin orang tua aku ya, sebulan sekali juga gak papa."
"Iya, deh. InsyaAllah, Minggu depan aku ke rumah orang tua kamu."
"Makasih ya, Sya. Kamu emang sahabat terbaikku." Mereka pun berpelukan layaknya teletubis.
"Kamu sudah punya pacar, Sya?" tanya Anabelle lagi. Mereka duduk santai menikmati hidup, melepas rasa rindu karena selama ini hanya mengobrol lewat HP. Tapi kinii mereka bisa bertemu dan ngobrol secara langsung.
"Boro-boro pacar, teman dekat cowok aja gak punya," jawab Tasya sambil makan camilan.
"Hmm, kamu itu sudah waktunya nikah loh."
"Ya, masalah nikah itu mah gampang, An. Yang penting nemu orang yang tepat, aku gak mau buru-buru nikah jika ujung-ujungnya malah cerai. Aku mending terlambat nikah tapi nemu laki-laki yang tepat, yang setia, tanggung jawab, perhatian, sabar, sholeh, dan bisa menyayangi aku dengan tulus."
"Kamu benar, Sya. Jangan sampai rumah tangga kamu nantinya sama kayak aku," ucap Anabelle denan wajah sendu membuat Tasya merasa bersalah.
"Maafin aku, An. Aku gak bermaksud ngomong gitu," tutur Tasya.
"Enggak papa kok, aku ngerti. Oh ya kalau kamu mau mandi, kamar mandinya ada dua, di kamar aku sama di samping dapur juga."
"Oh, nanti aku tidur bareng kamu kan?"
"Iya dong, selain kamarnya cuma satu, kita bisa tidur bareng dan ngobrol sebelum tidur, karena besok sore kamu dan pulang dan kita gak tau kapan mau ketemu lagi."
"Iya sudah kalau gitu, aku mandi dulu ya, terus istirahat. Aku capek banget soalnya setelah perjalanan jauh," ujar Tasya dan Anabelle pun mengantarkan Tasya ke kamarnya. Tasya melihat tempat tidur Anabelle yang hanya ukuran lima kali lima meter, cukup luas. Bahkan kasurnya pun ukuran dua kali dua meter. Pantas aja Anabelle betah karena di apartemennya lengkap semuanya. Bahkan ada banyak makanan di kamar Anabelle dan tivi besar. Suasanya pun sangat adem, apalagi ada balkon yang bisa melihat pemdangan di luar sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments