"Pak Andreas," seseorang memanggil namanya saat Pak Andreas bersiap untuk pulang di parkiran.
Dia Arini, anak kelas 10. Entah ada keperluan apa dia menemuinya. Padahal, Pak Andreas tidak ada jadwal mengajar di kelasnya.
"Iya. Ada apa?" tanya Pak Andreas sesaat setelah menutup kembali pintu mobilnya.
"Ini Pak, dari Kak Grrycia." sahutnya, manis.
Sambil menyerahkan paper bag berisi jas berwarna abu itu pada Pak Andreas.
Pak Andreas menerimanya. Tapi agak heran, mengapa dititipkan pada orang lain?
Mengapa Grrycia tidak menyerahkannya secara langsung Padanya?
"Terimakasih." sahut Pak Andreas. Arini mengangguk, kemudian berpamitan untuk pergi. Setelah kepergian Arini, Pak Andreas hanya tersenyum, kemudian mencium jas itu. Wangi. Tidak salah lagi, ini adalah wangi parfum yang sering Grrycia pakai.
Sekolah nampak sudah sepi, sepertinya Grrycia juga sudah pulang. Membuat Pak Andreas akhirnya memasuki mobil dan mulai melajukannya meninggalkan Ghalapagos.
**
Pulang sekolah, Grrycia mampir dulu ke toko buku. Ia ingin membeli novel terbaru. Meskipun badung begitu, Grrycia adalah gadis yang gemar membaca terutama novel atau pun cerita yang bergenre Romantis.
Tadinya ia ingin pergi di temani Mona, tapi Mona beralasan jika ia harus menemani Bima. Begitu deh kalau teman kita memiliki pacar. Otomatis ia akan selalu ngintil kemana - mana dengan pacarnya dibandingkan dengan teman, kalau sedang galau saja sudah pasti ia akan mencari teman. Ya, sudah tidak heran lagi!
Yasudah! Biarkan saja. Toh itu adalah haknya, dan kita tidak bisa mencegah, apalagi melarang.
Grrycia duduk bersandar, menunggu antrian kasir dengan agak jengkel. Masalahnya, ia tidak suka menunggu.
Tapi kemudian, matanya tertuju pada sosok laki - laki di sana, yang berdiri di luar toko.
Ada kepentingan apa dia di sini?
Setelah selesai membayar, Grrycia segera menghampiri Pak Andreas dengan senyuman manisnya. Tak lupa sebelumnya ia juga sempat merapikan rambut.
"Hey," sapanya riang gembira.
"Saya antar kamu pulang." tawar Pak Andreas tanpa basa - basi. Membuat Grrycia terdiam. Heran.
Mengapa tiba - tiba mengajaknya pulang? Apa dia ke sini untuk hal itu?
"Ayo." ahutnya lagi.
"Saya bawa mobil." Grrycia menolak halus, masih dengan tatapan tidak mengerti.
"Biar saya antar kamu pulang." Pak Andreas seolah memaksa.
Grrycia merasa, akhir - akhir ini Pak Andreas terlalu sering menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang.
Pak Andreas mengangguk, seolah membujuk, dan tentu saja pada akhirnya Grrycia tidak dapat menolak. Setelah Grrycia mengiyakan, tanpa berkata apa - apa lagi Pak Andreas segera menarik tangannya, membuat Grrycia seolah akan dibawa ke khayangan oleh pangeran tampan pujaannya, dan akan segera dipinang. Indah bukan?
Waktu menunjukan pukul 16.20 WIB, mobil melaju perlahan menerobos sore yang mendung di Jakarta. Begitu sejuk, sesejuk perasaan Grrycia saat ini.
Rasanya ini seolah jalan terang baginya.
Jalan terang dalam perjuangannya memikat hati guru pujaanya ini, meskipun Grrycia harus sedikit merasa kecewa karena sampai saat ini Pak Andreas belum juga meminta dirinya untuk dijadikan kekasih. Sepertinya Grrycia perlu sedikit kesabaran lagi untuk ini.
Suasana nampak hening, Grrycia terlalu tenggelam dalam lamunannya, dan Pak Andreas fokus pada gagang stir.
"Mm, Bapak habis ngapain di toko buku?"
tanya Grrycia akhirnya, memberanikan diri untuk menanyakan hal itu, ia terlalu penasaran.
"Saya tidak lihat Bapak membeli buku, atau sesuatu selain itu." sambungnya.
Pak Andreas diam, tidak langsung menyahut. Sampai sesaat kemudian ..., "Sengaja. Nunggu kamu." sahut Pak Andreas lalu tersenyum pada Grrycia.
Grrycia tersenyum, agak kikuk sambil menahan napasnya.
Apa ini?
Apa ini berarti Pak Andreas sudah secara terang - terangan mengungkapkan bahwa ia mencintai Grrycia, atau sekedar menyukai?
Ya, jika tidak, untuk apa seorang guru membuang - buang waktunya dengan menunggu, kemudian mengantarkan muridnya pulang jika memang ia tidak memiliki perasaan apa pun pada muridnya. Jika memang ia tak merasa ada keistimewaan pada muridnya itu.
Kalian bisa menilainya sendiri bukan.
Rasanya waktu berlalu begitu cepat, belum sempat Grrycia mengobrol banyak dengan Pak Andreas, mobil sudah berhenti saja tepat di depan gerbang rumah Grrycia.
Grrycia perlahan membuka sabuk pengamannya, dan tiba - tiba saja secara perlahan juga Pak Andreas mendekatkan wajahnya pada Grrycia.
Grrycia menahan degup jantungnya yang tiba - tiba saja bergemuruh jauh lebih riuh, kemudian Grrycia mulai menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil. Grrycia memejamkan matanya secara perlahan.
Tidak ada reaksi apa pun. Grrycia begitu risih, amat risih. Tapi ia yakin kaca mobil Pak Andreas berwarna gelap sehingga tidak mungkin ada yang dapat melihatnya di dalam mobil dengan Pak Andreas
"Pak." sahut Grrycia seolah menahan Pak Andreas.
Grrycia membuka matanya, perlahan, lalu ia mendapati Pak andreas yang menatapnya dengan tatapan yang sungguh tidak bisa di artikan. Keduanya bertatapan, dalam.
Dengan jarak yang begitu dekat sampai Grrycia mampu merasakan hembusan napas Pak Andreas, rasanya Grrycia tidak kuasa menahan dirinya, ia ingin sekali memeluk, atau bahkan membelai wajah Pak Andreas yang begitu sempurna itu.
Grrycia luluh, ia takluk. Pak Andreas benar - benar dengan bebas seolah membiarkan Grrycia untuk terus jatuh cinta padanya setiap detiknya, setiap hembusan napasnya.
Dia seolah membiarkan Grrycia untuk bisa menikmati sensasi ini dengan sepuasnya.
Kemudian tangan Pak Andreas meraih gagang pintu mobil dan perlahan membukanya dengan seulas senyum yang menghiasi bibir indahnya, lalu kembali ke tempatnya. Membuat Grrycia membuang napasnya, gusar.
Betapa memalukannya tadi, ia bahkan sempat berpikir bahwa Pak Andreas akan menciumnya, rupanya tidak. Ternyata ia hanya membukakan pintu mobil untuk Grrycia, sungguh memalukan. Untung dia tidak sempat nekad untuk mencium Pak Andreas duluan, seandainyaa terjadi, Grrycia tidak tau akan ditaruh di mana mukanya yang jelita ini.
"Terimakasih Pak." sahutnya sebelum turun dari mobil Pak Andreas.
Pak Andreas mengangguk,
Grrycia hendak turun, tapi Pak Andreas memanggilnya.
"Grrycia" Grrycia menoleh, dengan dadanya yang masih dak dik duk karena hal tadi.
"Ponsel kamu." sahut Pak Andreas. Grrycia tersenyum lemah, kemudian mengambil ponselnya dan benar - benar turun dari mobil.
Pak Andreas menahan senyumnya, merasa heran dengan tingkah Grrycia yang nampak salah tingkah, padahal biasanya ia selalu nampak tenang, bahkan ketenangannya hampir mengalahkan rasa tenang yang selalu dimiliki Pak Andreas, tapi kali ini?
Meskipun tetap tidak bisa di pungkiri, pesona Grrycia benar - benar amat memancar, ia begitu cantik dan Pak Andreas mengakui hal itu.
**
"Yang dianterin pulang sama orang tersayang." goda Mama Dea saat Grrycia sudah masuk rumah dengan wajahnyaa yang berbinar - binar. Yahh sejauh ini Grrycia memang selalu menceritakan kedekatannya dengan Pak Andreas pada Mamanya ini.
"Mama." rengek Grrycia dengan manja, lalu mengambil segelas air minum di tangan Mamanya.
"Kapan mau dikenalin sama Mama Papahnya nih." Goda Mama Dea lagi.
"Mama, apaan, sih. Dia itu cuma gurunya Grryc, Grryc aja yang suka sama dia." sahut Grrycia, tersipu.
"Emang dia nggak suka sama kamu?"
"Nggak tau. Grryc kan gak tau hati dia kayak gimana." Sahut Grrycia lagi. Agak sedih juga melihat hubungannya dengan Pak Andreas yang seolah begitu dekat, tapi belum juga ada kepastian.
"Ah masa dia nggak suka sih sama anak Mama yang cantik ini?" sahut Mama Dea bagai membanggakan, sambil membelai kepala Grrycia penuh kasih sayang.
"Cantik, 'kan nggak ngejamin semua orang suka sama kita Ma."
"Cantik itu bukan prestasi. Gurunya Grryc itu tipe orang yang nggak cuma mandang fisik doang ma, dia cerdas." sambung Grrycia panjang lebar.
"Kamu, 'kan juga cerdas." sahut Mama Dea lagi.
Grrycia menoleh pada mamanya, seolah menyuruh mamanya itu untuk diam dan tidak usah membahas perihal ini lagi. Mamanya hanya manggut - manggut. Patuh.
**
Grrycia dan Mona duduk santai di kantin di tempat biasa sambil menikmati menu makan siang saat itu. Mona memesan bakso, sedangkan Grrycia memesan mie bakso.
Nampak di ujung sana Pak Andreas juga sedang duduk menikmati coffeenya. Dan sesekali beradu pandang dengan Grrycia.
Seperti kata Milea Adnan Husaen. Jika ada alat ukur kebahagiaan maka saat ini Grrycia adalah orang paling bahagia di dunia, di mana hari - hari kemarin sampai hari ini, ia selalu diliputi rasa bahagia yang tiada henti hanya oleh tindakan sederhana dari Pak Andreas. Yang padahal mungkin Pak Andreas melakukan hal itu tanpa ada niat untuk membuat Grrycia senang.
Grrycia begitu ingin Pak Andreas menjadi miliknya secara utuh, hanya untuknya.
Grrycia tidak akan mampu untuk rela jika seandainya Pak Andreas bersama dengan wanita lain mana pun. Grrycia tidak akan mampu untuk melepaskannya menjadi milik orang lain, Grrycia tidak akan sanggup!
Sekarang Grrycia hanya mampu berharap Tuhan secara baik mau mengabulkan permintaannya untuk bersama - sama dengan Pak Andreas selamanya.
"Makan kali, keburu di lalerin tuh!" suruh Mona. Membuyarkan lamunannya.
Grrycia tersadar, kemudian tersenyum pada Pak Andreas dan mulai melahap mie baksonya yang mulai dingin.
Nasya yang kebetulan juga berada di kantin hanya memandang Grrycia dan Pak Andreas secara bergantian. Ia tak akan mampu mencegah jika seandainya Grrycia dan Pak Andreas memang saling mencintai.
Mona tersenyum, turut mengakui jika benar adanya.
Bahwa kehadiran Pak Andreas yang tampan ini begitu membawa pengaruh besar pada kehidupan Grrycia.
Mona tidak bisa membayangkan jika seandainya Pak Andreas meninggalkan Grrycia begitu saja.
Mona jadi ngeri sendiri!
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Anhyol
belom berubah juga griic masih centil, pinginnya bintang utamanya jaim² dikit kek ,jgn terlalu memperhatikan klw kmu bucin sm gurumu
2021-10-16
2
Regina
gk nyesel deh baca recommended banget
2021-06-07
1
Zaitun
kayak nya jangan terlalu agresip deh
2021-03-25
3