**
Grrycia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Terlihat wajahnya begitu lelah.
"Grryc. Sudah pulang?" tanya papah Wijaya yang kemudian duduk di sofa sebelah Grrycia.
Grrycia menengadah, kemudian duduk, matanya mengerling ke jam dinding.
"Iyah. Papah tumben udah pulang." sahut Grrycia, karena biasanya papanya pulang jam lima sore atau bahkan sesudah magrib, dan ini baru jam setengah empat.
"Iyah, Papa agak gak enak badan soalnya."
"Ohh, gak ke Rumah Sakit Pah?"
"Kamu kaya Mamah aja, cuma gak enak badan doang, gak perlu ke Rumah Sakit."
sahut papa Wijaya, Grryc mesem aja.
"Oh ya, sayang. Papa boleh minta tolong?"
tanya papa Wijaya agak ragu jika harus meminta tolong pada Grrycia yang nampak masih lelah karena baru pulang sekolah.
"Minta tolong apa Pah?" tanya Grrycia.
"Kamu bisa tolong ambil berkas penting di apartement kawan Papah?"
"Sekarang?" tanya Grrycia dengan dahi mengernyit.
"Ya, iya." sahut papah Wijaya.
Dia tau anak semata wayangnya ini akan menolak, dan jika sudah begitu ia akan sulit sekali di bujuk.
"Papah, Grryc cape." keluh Grrycia. Manja.
"Yaudah. Kamu mandi dulu biar seger habis itu baru deh berangkat." mama Dea yang muncul dari dapur sambil membawakan segelas coffee untuk suaminya menimbrung.
Grrycia agak mendengkus manja, kemudian berlalu juga dengan menentang tas sekolahnya untuk memenuhi perintah kedua orang tuanya.
"Ya-Allah, anakmu Mah." keluh papa Wijaya setelah Grrycia berlalu.
"Ihh Papa!" rengek mama Dea agak manja juga.
Ya, karena pada dasarnya Grrycia bukan hanya anak mama Dea, tapi papa Wijaya juga turut andil dalam membuatnya.
**
Dengan sedikit terpaksa, akhirnya Grrycia mau pergi ke alamat apartemen yang diberikan oleh papa Wijaya.
Waktu menunjukan pukul 17.25.
Grryc lia berdiri di depan pintu apartemen No.114 sesuai alamat yang tertera di ponselnya.
Grrycia menekan bel.
Sekali.
Dua kali.
Tiga Kali.
"Apa nggak ada orang?" Grrycia bertanya pada dirinya sendiri. Lalu ia sekali lagi menekan bel. Dan seseorang membukakan pintu dari dalam.
Grrycia menatapnya dengan tatapan heran, ia mengenal orang ini, seseorang yang membuka pintu apartemen adalah orang yang selalu di harapkannya. Pujan hatinya.
Pak Andreas?
"Ayo, silahkan masuk!"
suruhnya, dan tentu saja membuat Grrycia shock bukan main. Bagaimana tidak, Pak Andreas menyuruhnya masuk begitu saja tanpa tau dan bertanya keperluan Grrycia datang ke apartemennya untuk apa. Bukankah ini mengherankan?
Apa maksudnya ? Apa dia tau jika kedatangan Grryciankemari adalah untuk mengambil berkas penting disuruh oleh papahnya? Kalo iya begitu, mengapa bukan dari kemarin saja suruh Grrycia menyerahkan berkas penting itu langsung pada papahnya, agar Grrycia tidak kerja dua kali jadinya.
"Ayo masuk!"
suruhnya lagi saat mendapati Grrycia yang tetap mematung.
"Euu iya Pak." Grrycia mengangguk dan menyahut dengan agak gelagapan.
Grrycia melangkah masuk ke dalam apartemen yang bagus itu. Nampak rapi, sepertinya Pak Andreas memang menyukai tempat-tempat yang rapi.
"Mm, Bapak gak nanya saya kesini mau ngapain?" tanya Grrycia pada Pak Andreas yang sudah duduk di meja kerjanya dan sedang mengotak-atik laptop.
"Kamu mau ngambil berkas penting!" sahutnya. Acuh tak acu. Grrycia manggut-manggut, sesuai dugaannya jika pria itu tau maksud kedatangannya.
Grrycia menatap pria yang tengah serius menatap monitor laptopnya itu, Grrycia senang saat ini melihat Pak Andreas yang begitu tampan dengan pakaian yang dikenakannya, ia mengenakan celana bahan hitam dan kaos polos berwarna putih, sederhana bukan? Tapi setiap detiknya selalu mampu membuat seorang Grrycia Kiana jatuh cinta dengan pesonanya.
Untung saja tadi Grrycia tidak bersikeras menolak perintah papahnya mengambil berkas itu. Kalau saja ia tetap kekeh seperti biasanya, maka mungkin saat ini ia tidak akan bertemu dengan Pak Andreas di ruangan ini, dan hanya berdua. Berdua.
Grryc amat berterimakasih pada papanya, dan takdir yang memang sudah digariskan oleh Tuhan.
Pak Andreas menarik laci mejanya, kemudian mengambil berkas itu dan menyerahkannya pada Grrycia dengan acuh.
Dan setelah ini dia akan menyuruh Grrycia pulang begitu saja tanpa menawarkannya minum terlebih dahulu atau apalah, menahanya sebentar di sini misalkan, sesuai harapan Grrycia.
Ia nampak masih sama dengan satu bulan yang lalu. Angkuh!
Padahal rasanya kemarin Grrycia merasa sudah sedikit meluluhkan hatinya. Pria itu benar benar keterlaluan, ia amat sangat sulit ditebak, apalagi ditaklukan.
Grryc melangkah keluar dengan bete, di acuhkan habis-habisan oleh Pak Andreas.
"Grrycia." panggilnya, Grrycia menghentikan langkahnya. "Akhirnya." batin Grrycia.
"Iya Pak?"
"Kamu sudah punya pacar?" tanyanya lalu berbalik menatap Grrycia, dan tentu saja membuat Grrycia sesak napas melihat tatapannya.
Grrycia sekejap menahan nafpsnya,
apa dia akan mengutarakan perasaannya?
"Jawab saja!" suruhnya, kalem.
"Eu belum." Grrycia menyahut singkat.
"Kenapa?" selidiknya, bagai heran
"Euu, mau fokus belajar dulu Pak."
Grrycia menyahut, kali ini santai. Mendadak ia mempunyai keberanian untuk menatap mata Pak Andreas lebih dalam.
"Berarti kamu menolak para lelaki yang mengajak kamu berpacaran?" tanya Pak Andreas. Lalu menutup laptopnya.
Grrycia terdiam.
"Termasuk kalau saya?" tanya Pak Andreas, sontak saja membuat Grrycia mundur satu langkah.
Apa maksudnya dengan "Termasuk kalau saya?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Eny Agustina
Astaga...gue ikut kaget mak.. kagak nyangka kalo pak Andreas bakal nanyain itu...
.
.
Kiihihuhihiii
2022-07-06
1
Nur Kholilah
aaaaaaa gemessss nya😍
2021-12-26
1
Zen Arts
Whattttt!! No No No... ITS too fast
2021-12-26
1