Selain budayakan membaca, budayakan juga like, komen, serta dukungannya sebagai bentuk apresiasi untuk para author ya❤
**
Grrycia terlalu malas jika harus mendengarkan ocehan Mona yang sungguh memusingkan kepalanya itu. Akhirnya setelah selesai membayar Grrycia pergi dari kantin, berjalan dengan santai dan kalem layaknya Bintang Sekolahan. Dengan almamater yang tersampir ditangan kirinya.
Ia benar-benar tidak perduli dengan aturan sekolah. Seharusnya almamaternya dipakai karena itu memang atribut wajib untuk semua siswa-siswi, bukan dijadikan sebagai aksesoris yang menunjang penampilan modisnya. Ia hanya menganggapnya sesuatu yang tidak penting. Ia akan memakainya jika memang ingin dan akan segera melepasnya jika merasa gerah.
Di depan ruang komputer Grrycia berpapasan dengan Pak Andreas yang berjalan santai dengan buku-buku di tangan kanannya dan tangan kirinya berada di saku celana depan.
lagi-lagi membuat Grrycia harus mengakui bahwa apa pun yang dilakukan Pak Andreas selalu nampak sempurna di matanya, ia nampak selalu beda dengan siapa pun. Setiap orang bisa membayangkan betapa tampan pria itu hanya dengan mendengar deskripsi penampilannya.
Jarak di antara keduanya semakin dekat, sampai dag-dig-dug ser rasanya dada Grrycia, terlebih saat teringat kata-kata ibu kantin tadi. Grrycia menghela napas, menenangkan dirinya sendiri agar rileks dan tidak terlalu kentara jika ia tergila-gila pada guru tampan itu.
Grrycia dan Pak Andreas berpapasan saling berhadapan. Dengan acuh tak acuh Pak Andreas terus saja berjalan melewati Grrycia, ia hanya tak sengaja menyenggol sedikit lengan Grrycia dan membuat wanita itu membuka mulutnya tak percaya.
Grrycia mendengkus kesal.
Ia sungguh tak mengerti, menggerutu dan mempertanyakan siapa Pak Andreas sebenarnya. Makhluk haluskah? Atau dia tidak memiliki mata sehingga tidak menyadari kehadiran Grrycia yang berada tepat di hadapannya?
Tampang pria itu dingin, sama sekali tak memiliki ekpresi dan entah mengapa Grrycia tetap selalu terpesona olehnya. Menyebalkan!
Grrycia tidak berharap lebih, setidaknya sedikit senyuman harus ditujukan padanya sebagai bentuk keramahan seorang guru kepada muridnya.
Dengan sikap Pak Andreas yang seperti itu, secara langsung dan tidak langsung sebenarnya ia sudah mengajarkan sikap angkuh kepada anak didiknya.
Grrycia semakin kesal mengingat kekejaman Pak Andreas dalam memperlakukannya dengan acuh.
Tapi kemudian seulas senyum nampak menghiasi wajahnya yang cantik ketika Pak Andreas memanggilnya.
"Grrycia"
Grrycia menoleh setelah sebelumnya menetralkan ekspresi wajahnya terlebih dahulu, karena senang Pak Andreas menyapa dan sadar akan kehadirannya.
"Kamu ambil tugas di meja saya akhir jam istirahat nanti!" Perintahnya kalem dan penuh wibawa. Lalu pergi berjalan melanjutkan langkahnya menuju kantin, meninggalkan Grrycia yang ekspresi wajahnya berubah menjadi kecut.
Lihatlah bagaimana guru tampan itu selalu berhasil membuat Grrycia kesal dan mati kutu.
"Dasar angkuh!"
**
Beberapa menit sebelum jam istirahat berakhir, Grrycia memenuhi perintah Pak Andreas untuk datang mengmbil tugas fisika ke kantor guru.
Di kantor tidak ada siapa-siapa kecuali Pak Andreas yang sedang membaca buku di mejanya dengan santai dan Grrycia yang baru saja tiba di ruangan itu. Hanya ada mereka berdua.
"Ayo silahkan duduk!"
Perintahnya saat melihat kedatangan Grrycia,
tanpa berlama-lama Grrycia segera duduk di kursi tamu.
Seulas senyum terbit di bibir tipis gadis cantik itu. Tiba-tiba saja Grrycia merasa bahwa ia seperti bukan mau mengambil tugas, ia malah merasa seolah akan diintrogasi oleh Pak Andreas yang selalu nampak dingin dan mempesona itu, dan parahnya Grrycia tidak tau apa kasusnya.
Pak Andreas duduk berhadapan dengan Grrycia setelah meletakan buku yang tadi dibacanya, mendadak membuat Grrycia merasa canggung saat tatapan mereka bertemu. Padahal sebelumnya ia pernah berkeinginan untuk dapat memiliki waktu berdua dengan guru pujaan hatinya ini, seperti sekarang misalnya.
Tapi saat semua itu terjadi, justru ia tidak paham dengan perasaannya sendiri. Yang jelas, meskipun ingin tapi bukan dengan suasana yang mencekam macam ini. Terutama tatapan tajam Pak Andreas yang seolah mengintimidasi.
Pak Andreas belum juga membuka pembicaraan, ia justru malah menyodorkan uang kertas seratus ribu rupiah ke hadapan Grrycia. Membuat Grrycia mengernyitkan dahinya, tidak mengerti.
Pak Andreas sedang mencoba menyogok? Sekiranya hal itu yang jatuh dibenak Grrycia.
Pak Andreas belum juga membuka suara sampai ahirnya Grrycia yang lebih dahulu bicara.
"Ini maksudnya apa Pak?"
Grrycia bertanya, mengutarakan keheranannya.
"Ini uang kamu, biaya coffee yang sering kamu bayarkan ke kantin untuk saya." pria itu menjawab dengan santai. Grrycia tersenyum, rupanya dia sudah tau hal itu.
"Bapak bercanda?" tanya Grrycia dengan sedikit tertawa seolah meremehkan. Pak Andreas terdiam, kemudian menghela napas.
"Kamu lihat! Apa saya bercanda?" tanya Pak Andreas dengan tampang tampannya, ia mendekatkan wajahnya kehadapan Grrycia dan Grrycia melihat sendiri betapa sempurna bentuk wajah Pak Andreas jika dilihat dari jarak yang lebih dekat.
Grrycia mengatur detak jantung dan ekspresi wajah yang dirasanya seperti tak karuan.
"Pak, saya ikhlas kok." sahut Grryc kemudian dengan kalem setelah menetralisir perasaannya.
"Saya bisa bayar sendiri." sahut pak Andreas. Acuh.
"Saya tau."
"Lalu apa maksud kamu?" tanya Pak Andreas, nada bicaranya tetap santai.
Grrycia lagi-lagi tersenyum dan membuat Pak Andreas sedikit heran. Bagaimana mungkin ekspresinya selalu terlihat nampak tenang?
"Saya cuma seneng aja neraktir orang, bukan cuma Pak Andreas doang kok yang sering saya bayarin coffee di kantin, Pak Jono juga sering."
oceh Grrycia panjang lebar.
Kembali Pak Andreas terdiam memperhatikan siswi cantiknya itu.
Pak Jono adalah satpam sekolah yang kebetulan memang sudah akrab dengan Grrycia yang centil itu. Grrycia memang sering mentraktirnya coffee atau jajan di kantin sekolah.
Karena Pak Jono dan Grrycia memang sering bekerja sama, Grrycianselalu minta tolong untuk dibukakan pintu gerbang jika sedang kesiangan atau ingin bolos karena malas harus mengikuti pelajaran, terutama sejarah.
Dan anehnya, Pak Jono selalu menuruti perintah Grrycia, ia seolah terhipnotis oleh pesona Grrycia yang hanya dengan satu kedipan mata saja mampu meluluhkan rasa tanggung jawabnya sebagi satpam sekolah.
Ia seolah tidak risih jika dipecat kepala sekolah kalau saja ia ketahuan membantu murid bolos.
"Lagian saya ke sini mau ngambil tugas, bukan mau uang Bapak, uang jajan saya masih cukup." sambung Grrycia, tetap kalem.
Pak Andreas nampak mematung, heran dengan anak didiknya yang satu ini, pesona anak ini benar-benar membiusnya.
"Udah ah, saya mau ke kelas." sahut Grryc lagi, manis meski tak mendapat respond dari guru pujaan hatinya itu.
Grrycia berdiri, kemudian menganggukan kepala dengan sopan pada Pak Pak Andreas dan Pergi meninggalkan kantor guru serta Pak Andreas yang masih terpaku di tempatnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Cristal
hahahaha
2022-11-04
2
Eny Agustina
Satu sama pak..
.
.
Kiihihihihiii
2022-07-06
1
Mikayla Azahra
Duhhhh keren banget sih grycia 😘😘😘
2021-12-06
1