"Saya nggak sukan dia!" Grrycia angkat bicara sesaat kemudian.
"Saya mau pulang saja." sahutnya lagi.
Pak Andreas terdiam, kemudian ia hanya manggut-manggut.
"Biar saya antar!" tawarnya tak lama
kemudian.
"Nggak usah!" Grrycia menyahut cepat, entah karena apa alasannya.
"kenapa?" tanya Pak Andreas, heran. Awalnya doa mengiranya anak centil ini akan antusias menerima tawarannya tanpa menolak, meski hanya berpura-pura.
"Anak-anak yang lain menunggu Bapak.
Grrycua menyahut dengan suara yang lemah.
"Cuma sebentar."
"Tapi mereka–"
"Tidak apa-apa Grrycia, saya yang akan bertanggung jawab nanti." sahut Pak Andreas berusaha untuk meyakinkannya.
"Kamu tunggu di sini, saya akan segera kembali." sambungnya kemudian pergi dari hadapan Grrycia.
Grrycia hanya menganggukan kepala, patuh. Tersenyum atas tindakan yang Pak Andreas lakukan. Senang dengan perubahan sikap Pak Andreas itu, dia begitu tampan jika bersikap manis macam tadi. Andai terjadi setiap hari, Grrycia sangat berharap.
Grrycia baru sadar dan lemas sendiri sekarang. Tadi Pak Andreas bertindak seolah-olah dia adalah kekasih yang sedang menyelamatkan Grrycia dari tindakan intimidasi yang dilakukan oleh Nasya yang kampungan itu.
Grrycia tersenyum, mendekap jas Pak Andreas yang melekat di tubublhnya dengan erat. Merasakan seolah-olah jas itu adalah Pak Andreas yang sedang memeluknya. Grrycia selalu mengakuinya, jika Pak Andreas telah mengubah hidup Grrycia sepenuhnya.
"Ayo." ajak Pak Andreas yang sudah berdiri saja di depan Grrycia.
"Euum." Grrycia menyahut seraya menganggukan kepala, lalu cepat masuk ke mobil. Kemudian tak lama mobil melaju, meninggalkan Ghalapagos
**
Tak ada perubahan, semuanya tampak sama seperti yang telah berlalu, keduanya hanya saling terdiam di dalam mobil yang tengah melaju.
"Kalian meributkan hal apa?" tanya Pak Andreas kemudian, membuka percakapan.
Matanya tetap fokus ke depan, Grrycia menoleh sebentar, kemudian mengalihkan pandangannya ke kaca jendela mobil di sebelahnya.
"Nggak tau, dia marah gitu aja." Grrycia menyahut acuh sesuai fakta, ia merasa malas membahas masalah tadi.
"Dia murid yang baik." sahut Pak Andreas, sontak saja Grrycia menatapnya dengan sinis.
Apa maksudnya? Perkataan Pak Andreas tadi seolah mengungkapkan bahwa Nasya tidak mungkin melakukan hal tersebut jika Grrycia tidak memancingnya. Jadi Pak Andreas menyalahkan Grrycia sekarang?
"Ya, dia baik, saya yang mulai duluan!"
Grrycia menyahut dengan acuh.
Pak Andreas menoleh ke arahnya, kemudian menghela napas.
"Maksud saya tidak begitu." sahut Pak Andreas dengan tenang.
Grrycia tak menyahut, sepertinya ia kesal dengan ucapan Pak Andreas tadi, terbukti dengan raut wajahnya yang berubah masam.
Mobil berhenti di depan gerbang rumah Grrycia,
Grrycia segera turun setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih pada Pak Andreas dengan acuh.
"Saya akan menyuruh tukang untuk mengantarkan mobilmu." sahut Pak Andreas setelah Grrycia turun, Grrycia tak menyahut.
Pak Andreas jadi serba salah sendiri.
Kemudian ia hanya tersenyum saat Pak Engkus, satpam rumah Grrycia menyapanya, dan tak lama mobilnya melaju meninggalkan jalan depan rumah Grrycia.
Setelah mobil Pak Andreas melaju, Grrycia hanya menatapnya dengan perasaan yang tak karuan, ia cinta, sayang pada Pak Andreas, senang diperlakukan seperti tadi. Tapi ia kesal dengan Pak Andreas yang seolah menyalahkannya dan membenarkan Nasya, padahal pada kenyatannya Grrycia adalah korban di sini.
**
"Mobilmu mana? Mogok?" tanya Mama Dea saat Grrycia masuk ke dalam rumah. Ia tidak mendengar deru mesin mobil anak itu saat datang.
"Ada!" Grrycia menyahut acuh, kemudian melangkah menuju kamarnya.
"Hey."
Mamanya menghentikan langkahnya.
"Ini?" tanya Mama Dea sambil menunjuk jas yang ditentangnya.
"Ohhh, Bibi." Grrycia kemudian malah memanggil Bibinya. Padahal sang Mama sedang menunggu jawabannya untuk menjelaskan siapa pemilik jas yang dikenakan oleh Grrycia.
"Iya Non." si Bibi muncul dari arah dapur dengan tergesa.
"Ini cuci yang bersih yah, harus wangi. Gak boleh sampai kenapa-napa." pinta Grrycia bagai menuntut, menyerahkan jas tersebut pada asisten rumah tangga.
"Baik Non." sahut sang Bibi kemudian kembali pergi ke dapur.
"Itu punya siapa?" tanya Mama Dea kemudian.
"Mama kepo deh, ahh." ledek Grrycia.
"Tinggal jawab doang!" sahut Mama Dea, kesal.
"Punya Pak Andreas."Grrycia menyahut seperti biasa, acuh. Kemudian cepat pergi ke kamar sebelum mamanya bertanya lagi tentang hal yang macam-macam.
Pukul 16.45 WIB. Benar saja, ada seseorang yang mengantarkan mobil Grrycia, ia nampak mengobrol sebentar dengan Pak Engkus. Kemudian pergi. Grrycia melihatnya dari balkon kamarnya.
**
"Kamu diapain sama Nasya?" tanya Mona.
Rupanya berita keributan kemarin antara ia dan Nasya sudah menyebar luas seantero sekolah. Grrycia berdecak pelan, kesal pada mulut-mulut sampah para penggosip di sekolahnya.
"Kalian ngerebutin Pak Andreas?" tanya Mona lagi.
"Enggak. Ngapain? Enggak ada kerjaan banget." Grrycia menyahut dengan santainya.
"Banyak yang ngomongin Grryc."
"Taunya aku berantem sama Nasya karena ngerebutin Pak Andreas?" Tltanya Grrycia dengan dongkol, agak risih juga jika seperti itu.Tadinya ia tidak ingin ambil pusing, tapi mendengar penuturan Mona, ia jadi kesal sendiri.
Grrycia tidak ingin nama baiknya tercoreng begitu saja. Ia tidak ingin bersaing, apalagi dengan Nasya. Level gadis itu beda dengannya.
"Iya."
Mendengar cerita itu Grrycia segera berlalu pergi dengan cepat. Entahlah mau kemana.
"Malah pergi!" gerutu Mona melihat punggung Grrycia yang kian menjauh.
"Grrycia." panggil seseorang saat Grrycia hendak masuk ke kelasnya.
Itu Pak Andreas. Grrycia menatapnya heran, karena seharusnya pria itu ada di kantor karena hari ini ia tidak memiliki jadwal mengajar.
"Saya mau minta maaf.untuk kejadian kemarin, saya kira kamu masih marah pada saya." sahut Pak Andreas dengan kalem.
"Tidak Pak. Saya yang harus minta maaf. Maaf kemarin saya sudah bersikap tidak sopan pada Bapak." sahut Grrycia manis. Hari ini ia nampak tenang, lebih tenang dari kemarin.
"Tidak apa -apa!" Pak Andreas tersenyum.
Kemudian keduanya berjalan menuju kelas Grrycia.
"Bukankah seharusnya bapak di kantor. Kenpa ada di sekolah?" tanya Grrycia, mengutarakan rasa penasarannya.
"Saya ingin menemuimu." Pak Andreas menyahut, kemudian tersenyum.
Mendadak degup jantung Grrycia bergemuruh,
dia rela ke sekolah terlebih dahulu demi untuk meminta maaf pada Grrycia?Memang siapa yang tidak takjub dengan hal ini?
Rasanya kaki Grryc sekarang mulai melemas. Hatinya berbunga-bunga.
Di depan kelas 12 Sosial, Grrycia melihat Nasya, ia nampak memandang sinis ke arah Grrycia yang berjalan dengan Pak Andreas.
Grrycia tersenyum, kemudian dengan nekad ia menggenggam tangan Pak Andreas.
Tentu saja Pak Andreas juga heran dengan hal itu, tapi ia tidak bisa menolak, entah karena apa, kemudian keduanya hanya terus berjalan dengan bergandengan tangan.
Sontak saja membuat riuh para siswa-siswi seisi Ghalapagos..Di depan ruang kelasnya Grrycia perlahan melepaskan tangan Pak Andreas, meski rasanya terlalu sayang jika harus dilepaskan, ia merasa seolah Pak Andreas ini adalah kekasihnya sekarang. Tatapan penuh tanya anak-anak hanya angin lalu bagi Grrycia.
"Saya tidak tau Bapak akan masuk hari ini. Jadi, saya tidak membawa jas Bapak." sahut Grrycia, mencairkan suasana.
"Tidak apa-apa!"
Grrycia tersenyum senang. Senang karena Pak Andreas kini nampak jauh lebih hangat kepadanya.
**
Grrycia segera masuk ke ruangan Kepala
Sekolah, tadi Arvand memberitahunya jika Grrycia dipanggil oleh kepsek, entah ada masalah apa, dan ini sungguh membuat Grrycia risih, apa ini ada hubungannya dengan kedekatan antara Grrycia dengan Pak Andreas?
Grrycia harap tidak!
Grrycia seketika mengernyitkan dahinya, rupanya dia tidak sendiri di sini, sudah ada Nasya, dan .... Yaah. Pak Andreas juga.
Grrycia sedang bertanya-tanya, ada masalah apa ini sebenarnya?
"Grrycia ayo duduk!" suruh Pak Burhan, Kepala sekolah Ghalapagos. Grrycia duduk di kursi tempat Pak Andreas, tepat di samping Nasya, kemudian Pak Andreas pindah dan berdiri di belakang Grrycia.
"Ayo jelaskan! Ada apa dengan kalian ini?" tanya Pak Burhan tanpa basa-basi, dan Grrycia sungguh tak mengerrti apa maksudnya.
"Grrycia, Nasya. Apa benar kemarin kalian bertengkar karena memperebutkan Pak Andreas?" tanya Pak Burhan lagi.
Grrycia diam. Biar saja Nasya yang menjawab, toh kemarin juga dia yang mencari masalah lebih dulu.
"Ayo jawab!" tahu-tahu Pak Burhan menaikan volume suaranya sambil menggebrak meja, membuat Grrycia dan Nasya meringis,
ia tidak tau bagaimana ekspresi Pak Andreas di belakangnya ,tapi sepertinya ia tetap tenang-tenang saja.
"Tidak Pak!" ahirnya Grrycia menyahut seperlunya.
"Pak Andreas. Mengapa kemarin Bapak meninggalkan ekskul begitu saja, demi mengantar seorang siswi pulang?"
tanya Pak Burhan lagi, layaknya seseorang yang memang sedang mengintrogasi, dan kali ini sasarannya adalah pak Andreas.
"Saya tidak mungkin membiarkan siswi itu pulang begitu saja dalam keadaan kacau, bagaimanpun dia ada dalam ekskul saya, dan saya yang harus berrtanggung jawab atas keselamatannya." Pak Andreas menyahut dengan amat tenang.
Grrycia manggut-manggut, dan tahu-tah kesal sendiri mendengar jawaban Pak Andreas. Rupanya itu alasan mengapa ia kemarin menganatarkannya pulang dan meninggalkan ekskul.
"Benar begitu? Bukan karena Bapak menyukai siswi itu?" tanya Pak Burhan, lagi-lagi bagai mendesak.
"Saya rasa itu hal yang wajar, akan dilakukan oleh semua Glguru jika ada di posisi saya." Pak Andreas menyahut, sama seperti tadi. Tenang dan santai.
"Saya dengar, kalian dekat. Apa kalian ada hubungan khusus?"
"Kita memang dekat. Saya dekat dengan semua murid saya." sahut Pak Andreas dengan tenang, seolah ia sedang menepiskan pertanyaan dari Pak Burhan dan menyahutnya dengan selogis mungkin.
Grrrycia tidak kuat rasanya menahan lehernya agar tidak menoleh pada Pak Andreas, dia pasti amat tampan. Grrycia ingin melihatnya.
"Saya harap kalian tidak ada hubungan apa-apa, karena jika hal itu terjadi. Maka kalian akan sangat mencoreng reputasi sekolah." sungut Pak Burhan mewanti-wanti.
"Baik Pak. Apa sudah selesai?"
Tanya Grrycia, kupingnya sudah sangat sakit,
hal itu tentu saja tidak sopan. Tapi seolah Pak Burhan sudah terbiasa ia hanya mengibaskan tangannya, karena dia sudah hafal karakter muridnya yang populer ini.
"Sudah, kalian boleh keluar!" sahutnya setelah tadi menggeleng pelan melihat Grrycia.
Grrycia mengangguk, kemudian pergi.
Nasya juga, setelah menundukan kepalanya dengam sopan pada Pak Burhan.
"Kalian berdua." sahut Pak Burhan sedikit berteriak, Grrycia dan Nasya kompak menghentikan langkah dan menoleh.
"Jangan diulangi lagi!"
sorot mata Pak Burhan bagai mengancam.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
aisya_
lah emg knp kalo murid sama guru pacaran, apanya yg mencoreng sekolah....waaaaaahhhh jadul nih kepseknya, bukan anak milenial...
2021-10-24
2
Helen Luangkaly
jawaban yg sangat tepat di jawab oleh pak Andreas sbg seorang Guru, tp utk gresy, tolong centilnya dikurangi. 🙃🙃
2021-08-27
1
Zaitun
lanjut
2021-03-25
1