Pak Andreas merasa heran karena sedari tadi siswi itu terus mengikutinya, membuat risih dan tentu saja hatinya bertanya-tanya.
Mau apa sebenarnya anak ini?
Sekedar kebetulan? Atau memang tingkat narsisnya terlalu berlebihan, tertarik padanya dan malah membuntutinya terus-menerus.
Pak Andreas menggelengkan kepala, memilih mengabaikan hal itu dan menenggak coffeenya, sesekali matanya melirik pada Grrycia yang duduk hanya sedikit jauh darinya dan terus memandanginya, membuat Pak Andreas merasa sedang diintai oleh musuh yang berbahaya.
Sebenarnya itu bukan hal baru baginya, hanya saja cara siswi itu memandangnya agak sedikit berbeda dengan yang lain, entah apa yang membedakannya pun Pak Andreas sendiri tidak tau, tapi perasaannyalah yang merasa seolah begitu.
Belum lagi siswi lainnya juga sama.
Pak Andreas bagai sedang menjadi bahan tontonan di kantin, dan kenyataannya memang begitu. Ia benar-benar dijadikan bahan tontonan gratis oleh para siswi.
Jangan salahkan mereka, tapi salahkanlah ibu Pak Andreas yang sudah melahirkan laki-laki tampan macam dia.
Bagaimana tidak, kantin tiba-tiba saja ramai lebih dari biasanya saat Pak Andreas pergi untuk sekedar menikmati coffee di kantin.
Jangan heran jika para siswa merasa iri atau bahkan benci padanya, karena tiba-tiba datang dan mengalahkan pesona para good boys Ghalapagos.
Entah ini akan berlangsung lama atau tidak. Mungkin ini hanya ekspresi berlebihan saja dari para siswi yang memang terpesona olehnya karena awal perjumpaan.
Mungkin nanti jika Pak Andreas sudah lama mengajar di sini mereka akan mulai terbiasa dengan ketampanan Pak Andreas dan mungkin bersikap biasa saja, bahkan mungkin cenderung akan mengacuhkannya.
Atau akan tetap sama?
Pak Andreas akan tetap menjadi pusat perhatian? Hanya waktu yang dapat membuktikan hal itu.
Selang beberapa menit Pak Andreas memutuskan untuk pergi dari kantin. Tidak nyaman jika banyak yang memperhatikannya terus-menerus.
Hal ini tentu membuat mereka para siswi sedikit kecewa, terutama mereka yang di kelasnya tidak ada bagian jadwal Pak Andreas mengajar, tepatnya kelas 10 dan kelas 11. Karena Pak Andreas hanya mengajar di kelas 12 saja.
Ini mungkin hanya akan berlangsung selama satu atau dua hari saja karena dia guru baru di sini. Jadi wajar Jika menjadi pusat perhatian. Begitu menurutnya.
"Grryc, targetmu kabur tuh."
tegur Mona, pelan saat Pak Andreas berjalan meninggalkan kantin.
"Biar deh, kasihan dia kalo gak nyaman.
nanti minta pindah." sahut Grrycia, kalem.
Mona manggut-manggut.
"Mon, aku pamit ya, mau nemuin Arvand dulu. Kalo masuk aku izin aja."
sahut Grrycia seraya bangkit dari duduknya. Mengambil uang seratus ribu dari saku seragamnya dan menyerahkannya pada Mona untuk membayar makanan mereka.
"Bolos lagi?" Mona bertanya dengan alis mengkerut menatap Grrycia.
"Aku males lah, pelajaran sejarah, ngantuk."
"Kalo dimarahin Pak Amir, gimana?" Mona tampak keberatan jika terus menerus berbohong.
"Kamu tenang aja, masalah itu biar aku yang urus. Oke." sahut Grrycia seperti biasa, santai tapi memaksa.
"Yaudah deh." dan Mona tidak bisa bisa menolak. Ia hanya menyahut pasrah dan membiarkan Grrycia berlalu dari hadapannya.
Kalau sudah begitu Mona memang tidak memiliki pilihan lain kecuali hanya akan menurut, percuma dinasehatin toh dia tidak akan menurut juga.
Minggu lalu dia kena hukum Pak Amir karena tidak membawa buku sejarah, dan hari ini malah memilih bolos. Keterlaluan memang,
sampai sejauh ini kelakuannya belum mampu dirubah oleh siapa pun. Belum ada yang mampu meluluhkannya, atau bahkan tidak akan pernah ada yang mampu meluluhkannya.
**
"Grrycia." sapa seseorang dari arah kelas Arvand, dia Deni.
"Hay tumben main ke kelas ini, ada apa?" sambungnya saat sudah berhadapan dengan Grrycia.
"Nyari Arvand, dia ada di kelas nggak?" tanya Grrycia, sambil celingukan melihat isi kelas Arvand.
"Tuh, latihan basket sama anak-anak." Deni menyahut sambil menunjuk arah lapangan basket dengan dagunya.
Grrycia mengalihkan tatapannya ke arah lapangan, tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Grrycia berlalu begitu saja menuju lapangan basket di mana Arvand berada. Meninggalkan Deni yang sedikit kecewa, maunya dia berbasa-basi sebentar dengan Bintang Sekolahan itu. Tapi, yah, tak mudah memang untuk menarik perhatian gadis itu.
Arvand yang melihat Grrycia melambaikan tangan padanya langsung menghentikan permainan dan kemudian menghampiri Grrycia yang berdiri di pinggir lapangan.
"Aku mau ikut gabung ekskul musik."
sahut Grrycia tanpa basa-basi saat Arvand yang masih ngos-ngosan mengatur napas sudah berdiri di hadapannya.
"Bagus kalau gitu." Arvand menyahut girang.
"Welcome." sambungnya sambil merentangkan tangan dengan senyum yang mengembang.
"Yaudah, nanti kumpulnya kapan,
kabarin aja ya!" sahut Grrycia dengan matanya yang menyipit karena silau terik matahari.
"Okee."
Arvand menyahut kalem, lalu melambaikan tangannya saat Grrycia pamit untuk pergi dari hadapannya.
Sementara Grrycia berjalan dengan senyum yang terus mengembang. Hatinya berdebar, tidak sabar menantikan akan seperti apa ekskul musiknya dengan Pak Andreas nanti.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
modus aj kamu gryc biar cepet dapetin p Andres 🤭
2025-02-18
0
Novi Rohmah
saya sih pernah suka aja Krn ikutan temen buat seru seruan ngecengin guru kebetulan saya KM jd suka pd iri kalau saya sering dipanggil pdhl mereka tau saya udah punya pacar KK kelas 🤭tp seneng bisa jailn mereka hehehe duh kenangan 30 thn yg lalu nih
2022-01-07
1
Desraniman Hia
teringat mantan guruku nih
yg aku suka, tapi aku mundur. soalnya aku dan dia beda keyakinan
2021-12-13
1