Kontrakan dengan satu ruang tamu, kamar, dan dapur yang menyatu dengan kamar mandi kini menjadi tempat tinggal Rinjani bersama bundanya. Ia sudah tidak lagi merasa terpukul karena semua aset kedua orangtuanya yang telah mereka kelola selama ini hilang begitu saja karena membayar semua hutang-hutang ayahnya.
Semua yang Rinjani lakukan mulai dari nol lagi, dan itu tidak keberatan baginya, apalagi sekarang ini ia melihat bundanya sudah jauh lebih tenang dibandingkan saat pertama kali mendengar kenyataan pahit yang menimpanya. Untung saja pemilik kontrakannya begitu baik kepada mereka, sehingga mereka bisa mendapatkan tempat tidur gratis, kalau tidak, mungkin mereka akan tidur hanya dengan beralaskan tikar.
Handphone yang Rinjani miliki bersama bundanya adalah satu-satunya barang berharga mereka, sengaja mereka tidak menjualnya karena untuk komunikasi dengan saudara-saudara mereka yang berada di luar kota. Setelah tahu keadaan mereka, seluruh saudara dari Desi menyuruh agar dirinya dan Rinjani untuk tinggal di rumah mereka, namun Rinjani yang menolaknya, karena ia tidak mau menyusahkan siapa pun dengan keadaannya seperti ini, dan Desi pun menyetujui keputusan anak perempuannya itu.
Saat Rinjani sedang menaruh pakaian-pakaiannya, tiba-tiba nama Dery terpampang di layar HP-nya, ada kesenangan yang tersimpan saat Rinjani melihat nama cowok tersebut, tetapi lagi-lagi jika ia mengingat keadaannya senyumannya pun langsung sirna.
"Halo."
"Apa kabar Jan?" Tanya seorang cowok dari sambungan telepon.
"Baik, kamu?"
"Baik juga. Oh iya, aku punya kabar bagus buat kamu."
"Apa?"
"Aku udah berada di jalanan dekat rumah kamu."
"Apa? Emm, Dery bisa kita ngobrol di luar, aku SMS ya alamatnya."
"Oh oke. aku tunggu."
"Iya."
"Dari siapa Jan?" Tanya Desi.
"Dery bunda." Jawabnya.
"Dery? Oh, Dery tetangga kita waktu di Jogja?"
Rinjani mengangguk pelan.
"Lalu kenapa kamu cemberut gitu?"
"Aku takut Dery pergi kalau tau yang sebenarnya bunda."
"Ceritakan yang sebenarnya, karena yang bunda tau, dia berasal dari keluarga yang tidak memandang status sosial." Desi memberikan kepercayaan diri kepada anak semata wayangnya.
"Iya bunda. Aku keluar ya mau ketemu Dery, bunda gak apa-apa aku tinggal sebentar."
"Nggak apa-apa. Ya udah sana temui dia, jangan buat Dery menunggu!"
"Iya."
Di warung makan pak Slamet lah tempat untuk bertemu cowok yang selama ini Rinjani rindukan. Cowok yang selama ini membalas setiap surat-suratnya, cowok yang berjanji akan menemui Rinjani di mana pun keberadaannya. Itulah Dery, cowok yang tersimpan rapih di dalam kenangan Rinjani dulu maupun sekarang.
"Rinjani?" Tanya cowok yang sudah berdiri di depan meja Rinjani. Cowok itu tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki lesung pipi di sebelah kanan, dengan senyuman yang penuh bersahabat.
"Gak usah berdiri! biar aku aja yang duduk." Ujarnya lagi, melihat Rinjani dengan refleks berdiri memandangnya.
"Dery." Ucap Rinjani tak menyangka bahwa imajinasi tentang Dery sama sekali tidak sama, justru Dery yang ada di hadapannya jauh dari ekspektasinya selama ini.
"Cara kamu memanggilku masih sama, begitu lembut." Ucapnya tersenyum sehingga terlihat lesung pipinya.
"Kamu ke sini..."
"Sendiri dan mau ketemu kamu." Potong Dery sambil melihat-lihat menu makanannya.
"Oh, iya Jani, rumah kamu masih di tempat yang dulu kan?" Tanyanya.
Rinjani diam sejenak dan mulai menceritakan keadaan keluarganya.
"Di mana kamu tinggal?" Tanya Dery.
"Dekat sekolah, jadi setiap pergi dan pulang jalan kaki biar sehat." Jawab Rinjani nyengir.
"Boleh aku ketemu bunda?"
"Boleh. Gimana kabar ibu dan bapak?" Tanya Rinjani.
"Baik. Aku kasih tau ke mereka kalau aku mau menemuimu, dan mereka nyuruh aku untuk membawamu ke Jogja." Jawab Dery.
Perasaan Rinjani selalu nyaman jika bersama Dery, ia merasakan kebahagiaan berada di dekatnya, dari dulu sampai sekarang Dery tidak banyak berubah justru dia tambah dewasa di mata Rinjani.
"Aku sih mau ke Jogja, tapi aku harus selesaikan sekolah dulu di sini."
"Iya, ku pikir saat aku lulus sekolah, kamu akan datang ke Jogja buat kasih surprise."
"Dulu aku sibuk, maaf ya."
Dery tersenyum menatap wajah Rinjani yang merasa menyesal tidak memberikan selamat kepada sahabatnya itu.
"Ternyata kamu berubah ya, selain tambah cantik, kamu juga selalu merasa bersalah."
Rinjani memanyunkan bibirnya. "Masa?"
Dery mengangguk. "Iya."
Mereka pun menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh pelayan pak Slamet.
Selesai bercengkrama melepaskan kerinduan hampir 10 tahun lamanya, Dery pun mengajak Rinjani untuk pulang ke kontrakannya dan mampir sebentar untuk menemui Desi.
Dery berasal dari keluarga yang mapan, bahkan kedua orangtuanya sudah mengenal baik dengan keluarga Rinjani sejak mereka tinggal di Jogja, dan menambah erat saat kedua keluarga itu bertetangga, sehingga semakin akrab satu sama lain tak terkecuali dengan Rinjani dan Dery, yang sejak kecil sudah bermain bersama. Meskipun berasal dari orang kaya, keluarga Dery tidak pernah memandang status sosial siapa pun, ia menerima orang asing yang dibawa anaknya masuk ke dalam keluarganya, yang terpenting seseorang itu baik untuk anaknya dan keluarganya.
Ada rasa bangga di dalam diri Rinjani, sebab memiliki seseorang yang begitu perhatian padanya, Dery bisa menjadi sahabat, kakak, dan sekarang bisa menjadi ayah bagi Rinjani. Berada disisi Dery membuat Rinjani merasa aman, karena Dery selalu berusaha untuk menjaga dirinya sejak kecil. Apalagi Dery telah kehilangan adik perempuan semata wayangnya akibat tertabrak motor saat bermain dengannya, itu salah satu alasan mengapa Dery menyayangi Rinjani sejak dulu hingga sekarang dan ia juga tidak mau menyesal untuk kedua kalinya.
Kedatangan Dery benar-benar tulus ingin menemui perempuan kecilnya yang selalu menangis apabila ia menjauh darinya, apabila Dery berpura-pura untuk tidak mengenal Rinjani, bahkan Rinjani selalu menangis jika Dery pergi tanpa pamit kepadanya, Rinjani akan menangis jika Dery tidak menemuinya walaupun hanya satu hari.
Kebahagiaan mereka sudah terukir sejak dulu, dan kini Dery dan Rinjani sudah bukan anak kecil lagi yang harus menangisi hal sepele. Mereka, terutama Rinjani akan mengeluarkan air matanya karena alasan yang membuat hatinya sesak.
Bagi Rinjani, Dery penyelamat hidupnya. Sampai kapan pun Dery adalah superhero untuk dirinya. Belum ada orang lain yang menggantikan posisinya di hidupnya.
"Ada kontrakan yang kosong lagi Bunda?" Tanya Dery.
"Ada di sebelah, memangnya kenapa?" Ucap Desi.
"Boleh aku tidur di situ?" Tanyanya lagi.
Desi dan Rinjani terkejut dengan perkataan Dery.
"Boleh?" Tanya Dery.
"Bunda bilang sama ibu kontrakan dulu ya." Jawab Desi.
"Iya."
Desi pun berjalan ke rumah pemilik kontrakan dan meminta untuk memberikan kontrakan yang kosong untuk Dery.
"Kamu yakin mau tidur di situ?" Tanya Rinjani.
"Yang penting gak kehujanan, gak kepanasan, itu udah cukup bagiku." Jawab Dery.
"Ini kuncinya dan di luar ada ibu kontrakannya." Kata Desi memberikan kunci pada Dery.
"Tunggu bentar ya." Ucap Dery pada Rinjani.
Rinjani membalasnya dengan anggukan kepala.
Setelah melihat dalam kontrakan yang akan Dery pakai untuk tidur, ia pun mengajak Rinjani untuk ngobrol berdua dengannya.
"Si ibu nanya buat berapa malam." kata Dery
"Lalu?"
"Kamu butuh aku di sini berapa lama?"
"Aku maunya kamu di sini terus, seperti di jogja." Jawab Rinjani dalam batinnya.
"2 hari." Jawab Rinjani tersenyum.
"Kenapa sebentar banget sih?" Tanya Dery.
"Aku gak mau kamu lama-lama di sini, karena aku tahu, kamu sibuk dengan kerjaan kamu di Jogja." Jawab Rinjani.
"Hmmm, baiklah." Dery pun kembali pada Bu Aya sang pemilik kontrakan untuk memberikan uang selama ia tidur 2 hari ke depan.
Keesokan paginya Rinjani jalan ke sekolah diantar oleh Dery, seluruh siswi yang melihat Rinjani bersama cowok lain langsung membicarakannya, mereka bisik-bisik sambil menatap dirinya dan Dery. Namun kali ini Rinjani tidak mempedulikan apapun yang dikatakan oleh para siswa-siswi di sekolahnya karena yang ada di otaknya hanya belajar, belajar, dan belajar biar lulus dengan nilai memuaskan.
Selama dua hari Rinjani menghabiskan waktu untuk menemani Dery ke pantai, salah satu tempat favorit Rinjani. Hari itu adalah pertama kalinya ia pergi bersama Dery dewasa. Senyuman serta ketawa Rinjani menghias di wajahnya yang imut, angin pantai membuat rambut-rambutnya mengayun bergelombang, sungguh menambah cantik parasnya.
Dery terpaku saat menatap wajah sahabat kecilnya itu, ia hanya bisa tersenyum dan membuat Rinjani bahagia dengan kehadirannya, Dery tidak mau menambah beban yang saat ini Rinjani pikul bersama bundanya, tugasnya sekarang ini bukan hanya menjaga seorang Rinjani tetapi ia juga harus menjaga hati yang tersimpan pada Rinjani. Sebab ia tidak mau melihat perempuan yang berada di hadapannya sekarang ini menangis karena dirinya. Itu adalah janji yang Dery katakan di dalam hatinya sejak kecil maupun sekarang, tidak pernah berubah sampai kapan pun.
Tak terasa waktu Dery habis untuk menemani Rinjani, ia harus kembali ke Jogja untuk melanjutkan bisnisnya di sana. Ada rasa berat di dalam hatinya untuk meninggalkan Rinjani dalam keadaan sekarang ini, namun ia sudah berjanji jika ada waktu senggang ia akan datang menemui Rinjani lagi bahkan mungkin ia akan membawa Rinjani bersamanya ke Jogja. Di bandara Dery pamit kepada Desi, dan tidak lupa Rinjani yang sejak tadi tidak mau memandang wajahnya, Dery pun memeluk erat Rinjani dan ia lihat sudah ada air mata di kedua pipinya.
"Apa wajahku sejelek itu sampai-sampai kamu gak mau menatapku?" Tanya Dery melihat Rinjani menunduk.
Dery menghapus air mata Rinjani lalu memberikan senyuman untuk mengatakan bahwa Rinjani tidak akan apa-apa jauh darinya.
"Padahal aku bisa satu bulan di sini, tapi kamu menyuruhku cuma 2 hari kan?" Ujar Dery lagi.
"Tapi waktu kamu tanya gitu, aku minta kamu selamanya di sini, seperti di Jogja."
Mereka pun saling memandang satu sama lain, seolah kedua mata merekalah yang berbicara.
"Sudah waktunya, aku pulang ya." Kata Dery.
"Iya."
Rinjani pun melepaskan kepergian Dery dan menatap punggungnya yang semakin lama menjauh dari pandangannya. Entah kapan lagi mereka akan bertemu, tetapi suatu saat pertemuan mereka mungkin tidaklah semulus seperti ini, sebab Rinjani merasakan ada hal lain pada dirinya. Mungkin pertemuan dengan Dery sekarang ini yang terakhir, ia bisa merasakan hangatnya pelukan Dery tetapi ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi suatu saat nanti. Apalagi Dery berada jauh dari Rinjani begitupun sebaliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments