Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, semua teman-teman sekelas Alex sudah berkumpul di rumah Satria untuk melepas kepergian teman mereka yang mulai besok akan melanjutkan sekolahnya di Jogja. Mereka senang karena akan ada pesta malam itu. Tanpa Alex ketahui, Satria sudah menyediakan beberapa minuman beralkohol untuk teman-temannya yang sudah biasa dengan minuman-minuman tersebut.
Alex duduk sendiri di halaman belakang rumah Satria, ia menyendiri hanya untuk menikmati pertengahan malam yang sunyi. Ia tidak begitu menikmati pestanya, sebab baginya Satria bukan hanya sekedar sahabat, ia sudah menganggapnya sebagai saudara, jadi berat bagi Alex untuk melepaskannya pergi. Bahkan di antara dirinya dan Dewa, hanya Satria yang lebih dewasa, ia bisa menyelesaikan masalah hidupnya tanpa marah-marah apalagi mabuk-mabukan.
"Semua orang lagi senang-senang dan elo ada di sini sendirian."
Alex menoleh ke belakang yang ternyata adalah Satria tengah berdiri memandangnya sambil membawa dua minuman untuknya.
"Minum dulu nih, biar gak stres."
"Gue udah stres dari dulu." Alex mengambil minuman dari tangan Satria dan menenggaknya habis.
"Galau amat, kayak di tinggal pacar." Ledek Satria.
"Ah, emangnya lo tau sejak kapan gue punya pacar." Sahut Alex menanggapi obrolan sahabatnya itu.
"Hahahaha, iya ya. Selama ini lo kan cuma dikejar-kejar doang sama cewek, tapi gak pernah tau rasanya cinta."
Alex memandang lurus ke depan sambil memberikan senyuman tipis di wajah tampannya. Ia memikirkan satu cewek yang diam-diam sudah masuk ke dalam hatinya.
"Gue suka liat tuh cewek. Dia imut, lucu lagi, dan bisa merubah sikap lo untuk beberapa bulan ini." Kata Satria.
"Siapa?" Tanya Alex.
"Pura-pura gak tau lagi. Rinjani, gue perhatiin dia lucu juga, beda sama cewek yang ada di sekolah kita. Yah, kadang-kadang agak jutek dan ngeselin sih." Jawab Satria.
"Terus kenapa lo pindah kalau lo suka sama dia?" Tanya Alex lagi.
"Gue suka? Gue kan lagi ngomongin elo. Gue tau Lex, lo ada rasa sama dia tapi gak sadar."
"Ngaco lo!" Alex menarik nafasnya. "Rinjani suka sama sahabatnya, dan gue cuma bisa dengerin setiap curhatan dia. Dia cewek menyebalkan yang pernah gue kenal."
Satria senyum-senyum mendengar ucapan sahabatnya itu. "Terus udah tau Jani suka sahabatnya, lo mundur? Payah! kayak Dewa dong! deketin cewek 2 tahun belum ada hasil tapi tetap semangat."
"Itu sih dianya aja yang bego, mau di mainin sama cewek."
"Lex, kalau orang udah cinta, dia bakalan memperjuangkannya. Dan sekarang lo sendiri yang tau, lo beneran cinta atau nggak sama Jani."
"Gue sedih karena lo pergi sat. Tapi sekarang gue rela lo pergi jauh karena udah ngomongin pribadi gue."
Satria terkekeh geli melihat sahabatnya. Kadangkala Alex jadi cowok Playboy, kadang dia jadi cowok pintar di kelas, kadang dia jadi sahabat yang paling peduli. Semua sifat dan sikapnya sama sekali tidak bisa di tebak. Dan sekarang di depan Satria adalah Alex, seorang cowok galau tentang percintaan dan persahabatannya yang menjadi satu.
"Jaga diri lo baik-baik." Ucap Satria menepuk bahu Alex lalu pergi meninggalkan sahabatnya sendirian.
...Cinta? Satu kata bisa merubah semua orang. Dari baik menjadi lebih baik, dari yang buruk menjadi baik, bahkan dari baik bisa menjadi buruk karenanya....
Pemikiran Alex tertuju hanya pada kata "CINTA" sebab, semua teman-temannya tau bagaimana menikmati cinta.
Cinta yang paling dekat adalah keluarga. Namun lagi-lagi Alex tidak bisa mendapatkan itu, cinta dari keluarga hanya sebatas kenangan saat ia kecil, dan sekarang ia lupa seperti apa menyenangkannya dahulu. Cinta dari seorang cewek yang tiba-tiba hadir di dalam hidupnya pun ia tidak bisa menggapainya, karena cewek yang ia cintai sudah menyukai cowok lain.
Tetapi terlintas ucapan Satria di kepala Alex yang mengatakan bahwa cinta itu butuh perjuangan, dan ia pun tersenyum sendiri memikirkan hal itu. Mulai besok dan seterusnya ia akan memperjuangkan apa yang ada di hatinya. Alex merasakan lebih dalam tentang perasaannya itu, sebab ia tidak mau perjuangannya sia-sia hanya karena salah menilai perasaannya sendiri.
Semangat Alex menggebu-gebu untuk mendapatkan cinta dari seorang Rinjani. Berhasil atau tidaknya, itu urusan belakangan, yang terpenting ia ingin seorang Rinjani bergantung pada dirinya.
Alex masuk ke dalam untuk mengikuti pesta dengan teman-temannya. Banyak di antara mereka yang sudah teler karena kebanyakan minum alkohol, tak terkecuali Gentong, teman spesial Alex yang akan menggantikan posisi Satria.
"Buset kingkong mabok, siapa yang mau gotong dah!" Teriak Nina, musuh bebuyutan Gentong di kelas.
Semua orang tertawa melihat tubuh Gentong yang sudah hilang keseimbangan. Alex menghentikan acara minum-minum itu lalu mengambil mic untuk berbicara di depan teman-temannya.
"Perhatian semuanya!" Teriak Alex.
Dan benar dugaan Alex bahwa tidak semua teman-temannya memperhatikan dirinya.
"Lihat tuh si playboy! lagi cari korban, iya kaaaan Lex?" Kata Dewa setengah sadar, entah sudah berapa botol dia minum.
"Siapa lagi yang bakal lo sakitin!" Sandra menubruk tubuh Alex, dan dicium aroma alkohol menyengat darinya, Alex pun segera merangkul Sandra ke sofa dan membiarkan dia sadar dengan sendirinya.
"lo mau nyakitin Rinjani? gak akan bisaaaaa Lex." Ujar Sandra lagi menahan tangan Alex.
Alex menatap Sandra tanpa merespon.
"Justru lo yang bakalan di sakiti!" Ucap Sandra sambil menyeringai lalu tidak sadarkan diri.
"Huft, dasar pemabuk!" Pekik Alex.
Alex langsung mengumpulkan beberapa botol lalu membuangnya, meskipun mendapat kecaman dari teman-teman sekelasnya namun ia tidak peduli, sebab ia tidak mau melihat semua temannya seperti orang gila.
"Lo kenapa Lex?" Tanya Satria.
"llo bisa ngatur orang gila 30 orang? dan cuma kita doang yang waras." Jawab Alex menunjuk semua teman-temannya.
"Tumben, biasanya lo yang paling gila."
"Huh, udahlah sat, atur mereka daripada semua barang nyokap lo pecah sama amukan mereka." Alex membanting tubuhnya ke atas sofa.
Satria pun pergi menuruti apa yang dikatakan sahabatnya.
Kedua mata cokelat Alex memandang satu persatu temannya. Terkadang ia merasa dirinya paling brengsek di antara kerumunan teman cowok sekelasnya. kadangkala ia beruntung karena tidak bisa mencintai cewek mana pun secara tulus. Ia hanya tau bagaimana caranya mempermainkan hati cewek, sehingga ada saja di antara teman-temannya yang meminta cara untuk melakukan hal yang serupa seperti dirinya.
Mungkin ini akan menjadi pesta terakhir bagi mereka di masa putih abu-abu, karena mulai beberapa bulan lagi mereka akan naik ke kelas XII dan akan sulit rasanya untuk berpesta. Sebab tidak hampir setahun mereka akan meninggalkan sekolah dan seragam yang akan menjadi banyak kenangan.
Pesta semalaman membuat hari Minggu di rumah Satria menjadi berantakan, seluruh ruangan bau minuman alkohol, bahkan sampai ada yang muntah akibat tidak kuat menahannya.
Alex yang hanya tidur 3 jam dan bangun lebih awal melihat teman-temannya masih asyik tidur, sedangkan di dapur sudah terdengar orang yang sedang nyuci piring.
Di lihatnya ternyata Bi Diah sedang merapihkan piring dan gelas-gelas yang berserakan di meja.
"Bi! Satria mana?" Tanya Alex mengagetkan Bi Diah.
"Ya ampun, den Alex jangan buat bibi kaget! Den Satria ada di kamarnya." Jawab Bi Diah, mengelus dadanya. Alex hanya tersenyum menanggapinya.
Alex segera menuju kamar Satria yang sudah ada beberapa koper di atas kasur. Ia mencari sahabatnya itu sedang teleponan dengan salah seorang cewek yang membuat hatinya tidak bisa berkutik ke mana-mana, cewek itu lebih dewasa 2 tahun dari Satria, tetapi dia tidak peduli, karena yang terpenting baginya adalah kenyamanan.
Itulah yang di suka Alex dari kepribadian Satria, dia tidak pernah mengambil pusing omongan orang lain, begitupun dengan Alex yang semakin lama mengikuti jejak sahabat karibnya.
Sudah puluhan kali Alex berada di kamar Satria namun tangannya gatel ingin mengacak-acak majalah yang tersusun rapih di sudut kamarnya, lalu Alex mendapati majalah dewasa yang Satria selipkan di antara majalah otomotif, Alex tertawa melihat kecerdasan sahabatnya dalam keingintahuan mengenai ****.
Saat Satria menoleh ke belakang, Alex langsung menunjukkan majalah yang ia pegang, dan dengan cepat Satria mengambil majalah tersebut lalu membuangnya.
"Kenapa di buang? Gue belum selesai lihat semua." Kata Alex.
"Lo belum cukup umur." Cibir Satria menutup teleponnya.
"Umur kita kan sama, beda 2 hari doang." Ujar Alex.
"Lo aja gak tau rasanya cinta, nah sekarang lo mau tau tentang ****? Aneh!"
Cibiran satria semakin lama membuat Alex kesal, "gue kalau udah cinta sama cewek itu selamanya. Nggak kayak lo, gonta-ganti mulu. Eh, seharusnya yang di cap playboy tuh lo, kenapa jadi gue ya?" Alex bertanya pada dirinya sendiri.
"Karena lo pacaran satu Minggu 2 orang, lo pacaran apa jadwal main futsal?"
"Mulut lo kayak cewek!" Alex mendengus kesal lalu melenggang keluar kamar Satria.
"Dan lo selalu ngambek kayak cewek Lex!" Teriak satria, dan hanya terdengar bantingan pintu kamarnya. Satria hanya tertawa melihatnya sebab itu adalah salah satu gaya Alex jika sedang kesal pada dirinya.
...******...
Hanya Alex, Dewa dan Gentong yang mengantar Satria ke bandara. Mereka pelukan karena bagaimanapun Satria sudah seperti saudara bagi Alex, seperti kakak bagi Dewa, dan saingan bagi Gentong di dalam kelas, sebab selain paling tampan di sekolah, Satria lah yang paling dewasa di antara mereka.
"Jaga diri lo baik-baik sat." Pesan Dewa dan Gentong sehabis memeluk sahabatnya.
"Siap." Kata Satria.
"Brengsek lo! Ninggalin gue gitu aja." Kata Alex, pura-pura mukul perut Satria, lalu memeluknya.
"Kalau lo cinta, ungkapin aja Lex. Jangan peduli di hatinya ada siapa, inget ucapan lo sama gue. Itu hati lo, jadi lo berhak buat mencintai siapa aja."
"Iya, itu kata-kata gue dan bakal gue inget."
"Ya udah, lo semua jaga kesehatan. Liburan sekolah jangan lupa main ke Jogja, nanti alamat rumah gue kasih tau." Satria melambaikan tangannya menjauh dari sahabat-sahabatnya.
Siapa yang bisa lupa pada Satria, hampir 5 tahun Alex dan Dewa menghabiskan waktu bertiga. Ke mana-mana bertiga, weekend selalu bersama, ke mana pun mereka selalu bertiga, di mana ada Alex pasti di situ ada Dewa dan Satria.
Persahabatan antara Alex dan Satria tidak akan bisa renggang walaupun jarak yang memisahkan, karena suatu saat nanti mereka akan kembali kumpul lagi dan menertawakan dunia dengan gaya mereka.
Di mata Alex dan Dewa, Satria sahabat yang sempurna. Di dalam dirinya ada sosok ayah, ada sosok seorang kakak, dan ada sosok seorang sahabat. Sehingga butuh waktu bagi Alex dan Dewa menyesuaikan diri tanpa adanya Satria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments